Di sebuah cafe yang sudah di dekorasi sedemikian rupa untuk pesta anak muda. Dekorasi tampak minimalis dengan dominan warna pink, balon balon, meja makan panjang yang di isi beranegam makanan.
Lily sejak tadi sibuk mengatur semuanya agar tampak baik, bergabung bersama pelayan cafe, setelah semua tampak sempurna dan cantik, dia menghubungi Miran dan mengatakan kalau semuanya sudah siap, terdengar teriakan girang dari seberang sana.
"Aku tak pernah salah mengandalkanmu!" Teriak Miran kagum pada Lily di seberang sana.
Dia menutup saluran komunikasi dan tersenyum. Acara rapat OSIS baru saja selesai, dia berdiri lebih dulu dan mengambil komando.
"Teman teman, sebenarnya aku terlalu senang bisa berada di tengah tengah kalian hari ini, maka dari itu sebagai rasa syukur dan bahagiaku, aku ingin mengundang kalian untuk makan bersama di sebuah cafe, apa kalian bisa dan tidak keberatan?" Ujar Miran dengan pidatonya yang singkat tapi cukup mengesankan, dia mendapat tepuk tangan girang dari rekan rekannya sesama OSIS.
"Apa arti tepuk tangan ini kalian tidak ada kegiatan lain, dan ada waktu untuk makan siang bersama ku?" Tanya Miran.
"Ya dong! Lagian kan kegiatan belajar masih belum sepenuhnya aktif, jadi tidak ada kegiatan yang begitu penting juga, sementara club' masih sibuk mencari anggota baru. Ya tidak teman teman?" Ujar salah seorang dengan wajah sumringah menerima tawaran makan siang dari Miran.
"Betul, lagipula inikan ajakan seorang ketua OSIS, kami merasa sangat tersanjung, ayo siapa yang mau berangkat!" Ujar seorang lagi sambil mengacungkan tangannya, yang lain ikut ikutan mengacungkan tangan.
"Aku.."
"Aku.."
"Aku!"
Miran sangat senang karena dia mendapat dukungan penuh dari anggota OSIS yang akan menjadi rekannya selama satu tahun nanti.
Cklek!
Pintu ruang OSIS terbuka dan itu adalah Aoran, semua orang tampak terdiam dan menunduk sopan. Menyambut kedatangan Aoran. Begitu pemuda itu muncul aura ruangan OSIS yang hangat seketika jadi dingin, Aoran tak menyukai acara yang tak penting dan tak berguna, apalagi hanya sekedar makan bersama.
"Ah kak Aoran!" Miran segera keluar dari kursinya dan mendekati posisi kedatangan Aoran.
Wajah Aoran tampak tiga kali lebih dingin melihat Miran mendekatinya tanpa rasa canggung, dia sedang menyembunyikan degup jantung yang menyerangnya tiba tiba sekali.
"Kak, aku mengundang semua orang di sini untuk makan siang bersama, apa kakak bisa ikut?" Tanya Miran dengan senyuman dan wajah yang hangat.
"Ya ampun, Miran nekad banget deh, kasihan kan kalau putri OSIS kita mendapat penolakan ketus dari kak Aoran?"
"Kau benar, kak Aoran mana mau ikut acara gak penting, dia selalu bilang semua itu gak ada yang penting selain kegiatan yang dia sukai.."
Rekan rekan OSIS mulai bergosip di belakang punggung ketua dan mantan ketua OSIS mereka.
Siapa yang tidak tahu sikap Aoran yang kaku dan dingin, yang sibuk sendiri, yang menyukai kesendirian dan jarang bergaul, Aoran sangat tidak suka segala hal yang berbau sosialisasi, dia hanya bicara pada orang yang memang pantas diajaknya bicara, dia hanya berbicara pada guru dan profesor, dia malas meladeni percakapan kosong rekan rekan kelas dan teman sebayanya.
"Bagaimana kak, kakak bisa ikut?" Miran yang bertanya tapi teman temannya yang tegang. Mereka semua belum siap mendengar jawaban Aoran yang akan membuat Miran yang ceria itu berubah murung, mereka benar benar sangat mencemaskan Miran, si ketua OSIS yang hangat dan ramah, yang baik hati dan cantik, yang cerdas dan berkelas. Jangan sampai bunga baru itu jadi layu karena kata kata ketus Aoran.
"Apa?" Tanya Aoran, hanya sepatah kata saja setelah Miran sejak tadi bicara panjang lebar.
Tidak kesal ataupun jengkel, gadis itu masih saja tersenyum dan dia dengan senang hati membalas pertanyaan Aoran dengan perlahan dan hati hati, mungkin tadi ucapannya terlalu panjang dan cepat hingga Aoran tak bisa menangkap dengan jelas.
"Aku mengundang kakak untuk makan siang.." ujar Miran singkat dan perlahan.
Seketika wajah Aoran jadi merah padam, dia melirik sorot wajah di belakang sana yang kompak membuang muka begitu dia membalas tatapan mereka.
Bisa bisanya gadis ini mengajak seorang pemuda makan siang di hadapan teman temannya? Tadi dia bisa menghampiri tanpa rasa canggung dan menyambut dengan penuh senyuman, dia sungguh gadis yang berani dan tanpa rasa sungkan. Batin Aoran dah Dig duh sendiri.
"Ehem!" Dia melonggarkan tenggorokan lalu menjawab dengan suara seperti berbisik, hingga Miran tidak begitu yakin dengan jawaban dari bibir Aoran.
"Ya.."
Gadis itu menautkan alis, dia tak begitu mendengar jawaban berbisik Aoran yang tampak malu malu ini, tapi ketika dia menoleh dan mendapati wajah melongo rekan rekannya membuat Miran bingung, gadis itu mengangkat bahu seakan bertanya, ada apa?
"Dia mau ikut?" Tanya seseorang juga berbisik. Miran membalas dengan anggukan kecil di kepalanya, entahlah! Dia tak mendengar begitu jelas jawaban Aoran tadi tapi sepertinya ya.. mungkin dia akan ikut.
Ternyata..
Aoran benar benar bergabung di antara rekan rekan OSIS junior nya, meski dia tampak syok saat masuk ke cafe ini, ternyata yang di ajak makan siang bukan hanya dia seorang melainkan semua orang yang ada di ruangan OSIS, dia jadi berdesis kesal dan malu sendiri.
Lily menarik bangku satu persatu dan menurunkan satu persatu minuman segar dari nampannya.
Saat meletakkan segelas minuman di depan Aoran, pemuda itu sedikit jengah dan menghindar, dia melirik sinis dengan ekor mata pada gadis dengan pakaian sekolah yang sama tapi tampak seperti seorang pelayan ini.
Apa yang dia lakukan, kenapa dia menjadi pelayan di sini? Kenapa dia tidak duduk bergabung malah sok sibuk menyiapkan semuanya.
"Lily! Tolong kue nya!" Pinta Miran memanggil Lily agar mendekati dirinya, Lily mengangguk lalu segera meninggalkan raut heran Aoran.
Lily mendekati Miran dan menggantikan tugas adiknya itu sementara Miran bergabung bersama rekan rekannya, dia memberi pidato kecil yang sudah di tulis oleh Lily, semua merasa kagum akan aura kepemimpinan dan keramahan Miran, mereka semua sangat senang bisa makan siang di sini dan berbicara sedikit lebih dekat dengan ketua OSIS baru mereka, yang lebih menyenangkan adalah bahwa mantan ketua OSIS juga ikut bergabung, dan ini adalah momen yang langkah sekali.
Lily tidak bergabung pada meja panjang dimana teman teman Miran asik ngobrol dan menikmati santapan mereka, Lily lebih memilih di sisi meja hidangan sambil menikmati cemilan kecil dengan senyuman tipis di bibirnya.
Aoran menautkan alisnya,
Kenapa gadis itu tersenyum dan berdiri di sana, kenapa dia sibuk mengurus semua ini? Apa dia sedang cari muka dengan Miran? Siapa dia!
Kenapa Aoran begitu penasaran dengan Lily, padahal gadis itu sama sekali tidak mengganggunya, bahkan dia dengan telaten dan rapi mempersiapkan semua untuk yang lainnya agar merasa nyaman di sini, dia benar benar seperti seorang pelayan, bahkan mungkin hanya Aoran saja yang menyadari kalau Lily mengenakan seragam sekolah yang sama dengan mereka, tapi dia tidak mendapatkan kursi yang sama dengan mereka.
"Miran, kau mengajak selain anggota OSIS hari ini?" Tanya seseorang, oh.. ternyata ada juga yang menyadari perihal keberadaan Lily.
"Yaa.." jawab Miran singkat sambil tersenyum manis.
"Dia bertingkah sangat manis ya padamu, setiap saat selalu ada untukmu, selalu melakukan ini dan itu, dia tampak seperti anak baik dan rajin, kau pasti senang ya mendapatkan asisten seperti dia, apalagi kalian seumuran.. pasti dia banyak merepotkan mu, kau tahukan kalau kau itu sangat cantik dan cerdas, apa dia pernah iri padamu? Apa dia pernah menyontek pekerjaan rumah mu?" Tanya seorang lagi dengan mode wajah ingin membuat gosip.
Miran hampir saja tersedak dengan pertanyaan ini, dia segera menarik tisu dan mengelap bibirnya dengan anggun, dia menggeleng pelan.
"Tidak kok, kalian sudah salah faham, dia tak pernah sama sekali merepotkan ku, hubungan kami sangat baik, bagiku dia itu bukanlah seorang asisten, dia sudah seperti kakakku sendiri.." balas Miran mendapatkan decak kagum dari rekan rekannya.
"Ah Miran kau membuat nasibnya begitu beruntung, dia bisa sekolah di sekolah elit seperti kita, mendapatkan seragam yang sama, bahkan sekarang makan makanan yang sama, bahkan nilainya tidak lebih baik dari ku.." gusar seseorang dengan wajahnya yang iri. Tapi Miran malah tersenyum getir mendengar ucapan barusan.
Apa katanya! Nilainya tak jauh sama! Setidaknya aku ini cantik dan lebih kaya darimu! Batin Miran meronta ronta mendengar seseorang mengejek nilainya yang bisa dibilang pas Pasan.
"Lily kemari!" Panggil Miran ke arah Lily, dan kakak perempuannya itu segera meletakkan piring cemilannya, dia melangkah cepat ke arah Miran yang memanggilnya seperti seekor anjing peliharaan.
"Ayo duduk di sini, bergabung dengan kami, ambil satu bangku dan kita berfoto bersama." Pinta Miran dengan suaranya yang lembut dan wajahnya yang ceria.
Aoran benar benar merasa jengah dengan kebaikan hati Miran pada Lily, dia tak suka seseorang memanfaatkan orang lain sama seperti saat ini, bagi Aoran Lily itu tampak seperti parasit yang menempel pada Miran, dia mungkin ingin dikenal dan populer seperti Miran, tapi caranya itu tidak elegan.
Aoran bangkit dari kursi tiba tiba dan membuat yang lainnya terkejut.
"Kakak mau kemana?" Tanya Miran.
"Kamar mandi!" Jawab Aoran datar, dia menyimpan kedua tangan di saku dan menuju kamar mandi.
"Kalian sih bergosip, sudah tau kak Aoran tak suka gosip!" Seseorang berbisik dan melontarkan pendapat mengapa Aoran memilih meninggalkan kursi.
Lily mengambil satu bangku dan berusaha mengangkat dengan perlahan, bangku kayu ini cukup berat, saat itu Aoran lewat di depan wajahnya dan berhenti sesaat, mata pemuda itu menyapu penampilan Lily dan membuat gadis itu heran.
"Ck!" Desis Aoran kesal dan meninggalkan Lily.
Jelas gadis itu merasa heran, ada apa gerangan dengan dirinya.
"Dia siapa? Kenapa dengannya?" Tanya Lily pada diri sendiri, dia menggeleng. Dia jadi sungkan untuk duduk bergabung dengan yang lainnya.