Andreas meraih bayi tersebut dan menggendong nya, dada pria itu bergemuruh kuat.
"mau kau namai siapa bayi ini?" tanya Peter.
"aku tidak memiliki hak untuk memberikan nya nama, sebaiknya kita menunggu ibunya sadar terlebih dahulu" sahut nya.
Peter mengangguk, dia setuju dengan perkataan andreas.
pria itu melihat kearah Angka yang mulai membuka matanya, dia menatap tajam kearah pria tersebut.
tentu saja dia marah karena pria itu lah dalang di balik rasa sakit nya,
angka memang di benci oleh bibi dan paman nya namun setelah kasus pemerkosaan itu, mereka semakin membenci nya, memukulinya bahkan membuang nya.
angka menelan ludahnya, dia sakit hati apalagi Andreas bersikap seolah-olah jika dia tidak pernah mengetahui tentang kejadian tersebut padahal dia telah mengetahui semuanya.
"kenapa kau tidak jujur pada ku?" tanya nya
Andreas terdiam, dia mendekat kearah gadis itu dan menelan ludahnya.
"karena aku tidak berniat menikahi mu dan mempertanggungjawabkan perbuatan ku, jujur aku tidak terbiasa dengan semua pernikahan setelah melihat keluarga ku" ucap nya pelan
angka menatap pria tersebut.
"aku pun tidak ingin kau menikahiku, kau pikir aku mau menjadikan mu sebagai ayah dari putra ku?" gadis itu menggelengkan kepalanya sambil meneteskan air mata.
"kau bukan contoh yang baik untuk anak ku tuan" ucap nya.
Andreas tak mengatakan apa-apa lagi, dia hanya mampu terdiam,
semula dia berfikir jika angka akan meminta pertanggungjawaban dari nya dan memohon untuk menikahi nya atas dalih seorang anak
tapi pikiran itu berubah, angka justru tidak menginginkan adanya pernikahan.
"aku harus pergi, sepertinya tidak ada alasan untuk ku tinggal dan bekerja di rumah mu" ucap gadis itu
Andreas menggelengkan kepalanya sambil menatap dalam-dalam wajah gadis cantik itu.
" dengar angka, aku memang brengsek..tapi bukan berarti aku tidak mengakui jika putra mu adalah anak ku, aku tidak ingin melihat dia berada di jalan dalam kondisi dingin...itu akan sangat membahayakan nya," ucap Andreas pelan
angka menggelengkan kepalanya sambil meneteskan air mata.
"aku tidak mau tinggal di rumah mu, saat ini orang yang paling aku benci adalah dirimu" pungkas gadis tersebut.
"kau jangan egois, aku tahu kau membenciku tapi bukan berarti kau bisa pergi jauh dalam keadaan tidak memiliki apa-apa, jika kau nekat berniat pergi dari rumah ku dan membawa bayi itu, ku pastikan jika aku akan merebut putra mu itu dan membuang mu ke jalan, bukankah hal itu cukup mudah bagiku" ucap Andreas dengan nada sedikit mengancam.
angka menoleh cepat
"kau tidak bisa melakukan hal itu, bukan kah bayi itu tidak pernah kau inginkan? aku tidak akan membiarkan mu merebut bayi ku itu" balas gadis itu kesal
Andreas mendekat kah wajah nya kearah angka lalu menatap nya tajam.
"selama ini aku bersikap cukup lembut pada mu, jangan membuatku bersikap seperti diriku apa adanya di hadapan mu, kau pasti telah mengenal bagaimana diriku bukan? jadi jangan membuat ku kehilangan kesabaran. dan mulai besok, kau tetap bekerja di rumah ku sebagai pelayan sama seperti sebelumnya...dan untuk anak mu, kau tidak perlu khawatir karena aku akan memberikan pertanggungjawaban untuk nya dan dia akan mendapatkan apapun yang dia butuhkan!" ucap nya.
angka terdiam, bagaimana caranya dia terbebas dari cengkraman tangan seorang Andreas.
"Peter" panggil pria itu
sang asisten datang dan berdiri berhadapan dengan nya.
"siapkan kamar bayi untuk putra angka, kau tanyakan pada nya...nama yang cocok untuk bayi itu, dan jangan lupa untuk siapkan penjagaan agar perempuan itu tidak kabur" ucap Andreas datar.
angka yang mendengar hal itu hanya terdiam, sementara Peter langsung mengangguk kemudian keluar dari kamar rawat gadis itu.
Andreas berbalik dan menoleh sesaat, bibir nya tersenyum namun senyuman itu memberikan arti yang cukup menakutkan.
dia tahu, bahwa Andreas adalah orang yang cukup di takuti bahkan beberapa di antara mafia mengatakan bahwa dia adalah dewa pembunuh.
bagaimana tidak, jika Andreas membunuh seseorang tanpa berfikir panjang.
dan angka tidak ingin itu terjadi pada nya, dan jalan satu-satunya adalah dia berusaha mengikuti permintaan Andreas agar dia tetap bekerja di rumah besar itu sebagai pelayan, tanpa adanya ikatan apapun bahkan Angka tidak mempunyai hak pada Andreas untuk mengurusi hidupnya dan semua yang berhubungan dengan kesenangan pria itu.
pria tampan itu menoleh dan terkekeh.
"lalu siapa nama putra mu?" tanya nya datar.
angka mengerutkan keningnya, dia berfikir sejenak..tidak mungkin jika dia menamakan anak itu dengan nama Januar atau pun Maulana. hei, Ini Kanada!
gadis itu memikirkan nama sang putra sedikit lebih lama dan membuat Andreas berdecih sebal.
"Nick atau Kevin cukup mudah di terima" pungkas pria itu.
angka menoleh, dia mengerutkan keningnya..nama kevin cukup mudah di ingat.
"Kevin cukup bagus,"sahut gadis itu datar.
Andreas tertawa lebar, dia langsung keluar dari ruangan kamar angka menunju ruangan bayi dan melihat anak nya sedang terlelap,
dia tersenyum lebar, sesungguhnya dia memang tidak ingin menikahi perempuan tersebut karena Andreas tidak menyukai sebuah hubungan yang serius... dan dia sebenarnya tidak ingin melihat wajah anak dari angka,
namun saat ia merasakan jari mungil itu menyentuh tangannya, tiba-tiba perasaan Andreas berubah.
jauh lebih lembut dan bahagia.
katakan perasaan apakah itu? bagaimana dia tidak bisa melupakan wajah putra kecilnya itu... dan untuk pertama kalinya dia tidak ingin kehilangan anak kecil tersebut.
selama ini dia berfikir juga memiliki anak adalah hal yang menyusahkan tapi ternyata setelah dia melihat putranya sendiri bahkan wajahnya lebih mirip padanya, hari nya berubah menjadi lebih hangat.
"Kevin..kau menggugah perasaan ku" batin Andreas.
namun untuk ibu dari bayinya, Andreas tetap tidak ingin menikahi nya karena dia tidak bisa mencintai perempuan tersebut.
bayi itu menggeliat, dia kembali terpejam dan membuat Andreas gemas bukan main,
"dia benar-benar mirip dengan mu tuan" ucap Peter
Andreas menoleh dan tertawa,
"aku tidak ingin semua orang mengetahui jika dia adalah bayi ku, aku takut jika hal itu akan di manfaatkan oleh musuh-musuh ku" ucap nya pelan.
Peter mengangguk, "baik tuan, aku akan mengikuti semua perintah mu" jawab Peter
pria itu menoleh dan kembali melihat kearah putra kecilnya, sungguh menggemaskan dan perasaan ini baru pertama kalinya dia rasakan.
sementara di kamar rawat, angka memikirkan semua keinginan andreas.
dan memilih tinggal sementara di rumah itu adalah hal yang tidak terlalu buruk selama dia mengikuti perintah Andreas dan berusaha untuk tidak membuat pria itu murka dan marah besar.