Namun, Apo sendiri yang ingin tinggal. Dia berhenti menghubungi setelah kali pertama. Sebab rasanya malu sekali—Demi apa Apo mengganggu Paing mengerjakan tugas kelompok waktu itu. Lebih parah yang mengangkat telepon adalah teman kuliah. Jadi, lebih baik ditutup saja.
"Tapi, kenapa aku tidak percaya?" cicit Apo. Omega itu meremas celana pasien bergarisnya. Dia bukan terlampau percaya diri, tapi Paing melepaskan banyak emosi dalam matanya. Mungkin sang Alpha tak menyadari. Hanya saja itu pertanda seseorang yang telah jatuh.
"Memang Phi harus melakukan apa agar membuatmu yakin?" tanya Paing. Namun, sebelum Apo membuka mulut dia, sosok itu mendadak tertawa. "Pfffft---ha ha ha ha ha. Harusnya kau bercermin dulu sebelum bicara denganku. Bengkak semua, astaga "