Mike sudah menangkap pergelangan tangan Ace. Mata kuning iblis itu berkilat. Perlahan, warnanya berubah jadi emas, tetapi kali ini ditambahi gelombang merah. Oh, tidak. Ace yakin dia membuatnya murka!
―K-kau ...‖ Sayangnya Ace tidak mau kalah murka. Dia pun mengayunkan tangannya agar lepas, meski tetap tidak bisa.
―Apa yang aku? Menurut saja tidak bisa ya?‖
―TIDAK! TIDAK!‖ bentak Ace. Keringat bermunculan kembali di pelipisnya. ―M-maksudku, aku tak peduli dengan luka di bagian itu. Yang paha juga biarkan saja. Aku tidak apa-apa ....‖
Mata Mike meredup sekejap.
―Kenapa?‖
Ace tak berani menatapnya lagi. ―P-Pokoknya terima kasih,‖ katanya malu. ―Aku paham tujuanmu baik, tapi kumohon
sampai di sini saja.‖
Mike tercenung. Dia lirik pergelangan tangan Ace yang memerah karena remasannya, lalu melepaskan lelaki itu segera. Oh, fuck! Andai Ace tidak protes setegas barusan, dalam hitungan menit, Mike bisa meremukkan tulang-tulang dan kulitnya. ―Kau tidak paham dengan efek energi dariku,‖ desahnya pelan. Meskipun begitu, dadanya cukup berat melihat Ace masih menggigil di bawahnya. Lelaki itu mengelus pergelangan, membisu, dan tampak ingin pergi secepat mungkin.
―Tapi, sebagian lukaku sudah kau sembuhkan,‖ bantah Ace. Wajahnya entah kenapa memanas lagi. ―Apapun itu, pasti sekarang lebih mendingan. Jadi, kumohon cepat turun dariku.‖ Suaranya memelan di akhir.
―Baik,‖ kata Mike dengan dengusan kesal. Dia menjelma ke tubuh kucing hitam sebelum melompat pergi. ―Tapi tanggung sendiri akibatnya.‖
***
Mike belum pernah seemosi ini. Dia bingung, tetapi efek ditolak Ace nyata merambati sanubarinya. ―Tidak mau disentuh selain dengan kekasihnya? Fuck! Dia belum paham bahaya macam apa jika kena energiku.‖
Mike pun menyasar grand piano di ruang bermusik. Berani sumpah dia tak pernah menyentuh benda itu lagi sejak kematian sang adik, tetapi sekarang jarinya ingin meremukkan daripada menekan tuts-tuts-nya dengan lembut.
―Menyebalkan! Menyebalkan!‖
Alunan melodi yang dihasilkan pun menggaung berantakan. Apalagi ruangan itu sangat luas. Jadi, ketika dia semakin murka, bunyinya bisa memecahkan beberapa guci terdekat.
PLARR! PLARRR!!
Mike tak peduli dengan efeknya. Sebagai iblis, dia punya cukup banyak uang simpanan untuk mengganti semua barang dengan versi baru lagi. Tidak banyak kebutuhan yang menyedot eksitensinya di kalangan manusia. Namun, rupa-rupanya ada yang mendengarkan melodi pelampiasan tersebut.
―Ha ha ha. Astaga ....‖
Mike pun langsung menoleh ke sumber suara. ―Siapa?‖ Mata kuningnya membelah kegelapan di sekitar. Dalam satu kedipan, lampu-lampu di ruangan itu pun menyala sepenuhnya.
Clak! Clak! Clak! Clak!
―Aku, Adik Tersayang,‖ kata iblis dengan wujud wanita tersebut. Mike hampir saja berkomentar mengenai gaun terbukanya, tetapi sosok itu sudah merubah diri dengan wajah yang dia kenali. ―Jarang-jarang bisa melihatmu sejengkel ini.‖
―Phi Jeon,‖ desah Mike. Dia membiarkan Jeon duduk di sebelahnya, meski sangsi diledeki seperti barusan. ―Kau menghilang tiga bulan ini.‖
―Ha ha, iya.‖ Jeon mengambil alih melodi. Petikan iblis itu lebih halus dari Mike. Dia bahkan memejamkan mata sembari tersenyum saat menaikkan nada melodinya. ―Sibuk mencari pacar, tentu saja. Kau paham lah aku ini bagaimana.‖
―Benar-benar tak berubah.‖ Mike pun mulai mengikuti nada sang kakak dengan petikan seirama. ―Phi lama-lama dimasukkan sekte setan mesum kalau seperti ini.‖
Jeon justru mendengus bangga. ―Terus kenapa? Toh sekte itu penuh dengan iblis seksi. Aku nyaman-nyaman saja kalau sungguh diperintah.‖
―Ck. Tolol.‖
―Ha ha ha. Justru kau yang tolol, Adik Tersayang,‖ kata Jeon . Dia membuka mata untuk melihat kerut-kerut amarah di wajah Mike. ―Hidup sudah tiga abad, masih saja benci jatuh cinta. Kau menyia-nyiakan penismu di bawah sana.‖
―Cih. Aku bukan iblis rendahan seperti Phi.‖
―Oh, ya?‖ Jeon kini menyeringai. ―Tapi aku bukan iblis yang sok jadi malaikat.‖
JRENG! JRENG!
Mike pun meninju tuts-tuts tak bersalah di depannya. Keningnya berkedut, nafasnya memberat, tetapi tak bisa marah kepada sang kakak.
―Kenapa? Ingin bertarung denganku?‖ tantang Jeon refleks.
―Tidak. Maaf. Aku benci kehilangan keluarga karena hal konyol.‖ Mike pun meremukkan beberapa tuts hingga emosinya mereda. ―Ngomong-ngomong, apa Phi Jeon pernah mendekati lelaki?‖
:)