Fenomena Langka
Seluruh area mall mega park berguncang selama beberapa detik, para pengunjung pun panik. Mereka berusaha keluar dari mall, rigma hanya terdiam karena masih mengingat kejadian di sekolahnya.
"Bagaimana ini…!? Kita harus gimana…?"
"Aku juga tidak tahu…!"
"Tenang…!!"
Teriakan rigma membuat beberapa orang di sekitarnya terdiam, begitu juga harun dan jidris.
"Semuanya utamakan evakuasi pengunjung…!"
Rigma mencoba memberi arahan pada para pengunjung yang dilanda kepanikan. Beberapa staf keamanan mall pun membantunya mengevakuasi pengunjung.
"Rigma bagaimana dengan kita…?"
"Tenang semua akan baik-baik saja…"
Rigma mencoba menenangkan harun yang ikut berbaris bersamanya untuk keluar dari mall.
'Oi bocah… kali ini aku tidak setuju dengan perkataanmu…'
'Jangan bilang…'
'Dugaanmu tidak salah… satu monster dimensi telah keluar…'
*sambaran listrik…*
Sebuah aliran listrik kecil terlihat di area pintu keluar mall, lalu pintu keamanan darurat pun aktif.
*tertutup…*
Semua jalan keluar tertutup oleh baja karbon yang sangat keras, bahkan granat pun tak bisa menggoresnya.
"Sial pintunya…!"
Rigma sangat kesal ketika ia kalah beberapa langkah dari monster dimensi, sang monster mencegah buruannya kabur.
'Bukan saatnya mengkhawatirkan soal pintu keluar bocah…'
'Apa maksudmu syna…!?'
Di tengah kepanikan semua orang hanya fokus berdesakan untuk menuju pintu keluar. Hanya rigma yang penglihatannya fokus ke area tengah mall, dimana sebuah retakan muncul pada lantainya.
*ledakan...*
Suara keras dari ledakan yang terjadi di lantai dasar mall mega park membuat semua orang berhenti berteriak. Semuanya melihat ke arah sumber ledakan, kepulan asap menghalangi pandangan. Namun dibalik kepulan asap tersebut terlihat bayangan sosok aneh yang terlihat seperti manusia. Perlahan kepulan debu mulai menghilang dan memperlihatkan sosok makhluk berkulit biru dengan antena di kepalanya.
"Dari semua tipe… kenapa harus monster dimensi human type….!?"
Human tipe adalah sosok monster dimensi yang memiliki kecerdasan tinggi dan sangat ahli dalam bertarung. Dari semua jenis monster dimensi, human tipe selalu mendapat peringkat S ke atas.
"Kalian berdua ayo ikut denganku…"
"Mau kemana rigma…!?"
"Satu-satunya cara untuk selamat dari monster dimensi adalah mengulur waktu…"
Rigma menarik harun dan jidris untuk pergi dari kerumunan para pengunjung. Tanpa ia sadari tingkahnya mendapat perhatian dari sang monster dimensi.
"Jiwa kuat…"
"Berhenti di sana monster…!"
Tiga orang menghampiri sang monster dimensi yang sedang memperhatikan rigma.
"Kami adalah etranger… kau akan jadi lawan kami organisasi etranger SATRIA….!"
"Woahh… itu anggota organisasi etranger SATRIA…!"
Organisasi etranger banyak berkembang akibat sulitnya negara mengontrol semua etranger yang tidak menjadi aparatur negara. Di indonesia sendiri memiliki beberapa organisasi besar yang sering disebut 5 terkuat. Salah satunya organisasi SATRIA, mereka memegang peringkat ke 4 dari 5 organisasi terkuat.
'Ada etranger dari organisasi... ? mungkin aku sedang beruntung… paling tidak mereka bisa mengulur waktu…'
'Jangan terlalu berharap… perbedaan kekuatannya terlalu jauh…'
'Huh…!?'
*crat… *
Dalam sekejap salah satu dari tiga etranger yang menghadapi monster dimensi tewas secara mengenaskan. Separuh tubuhnya terpotong hingga jadi potongan kecil tubuhnya pun terlihat seperti meledak ketika hancur.
"Lemah… "
'Sialan… levelnya jelas jauh berbeda… hanya etranger yang sudah berevolusi atau kelas spesial yang bisa melawannya… gerakan tadi hampir tidak terlihat oleh mataku…'
*tap…*
Rigma panik saat melihat gerakan monster dimensi, ia lengah dan membiarkan dirinya di hampiri oleh sang monster.
"Kau… mati…"
"Eh…!?"
*melesat… tertahan…*
Serangan tangan sang monster dimensi tertahan oleh sebuah dinding transparan.
'Jangan diam saja…! Lari…! Perisai yang kami buat tidak akan bisa bertahan lama…'
"Ayo…!"
Rigma langsung menarik kedua temannya untuk menjauh dari sang monster dimensi. Ia sadar melindungi dirinya sendiri saja sudah hampir mustahil. Apalagi kalau sambil melindungi kedua temannya yang tidak bisa apa-apa.
"Jidris… bawa harun dan sembunyilah di toilet…"
"Bagaimana denganmu… !?"
"Harus ada orang yang membantu mengulur waktu...."
Rigma tersenyum pada jidris dan harun sebelum meninggalkan mereka, ia tidak ingin kejadian sama terulang kembali.
'Meski nyawaku taruhannya… paling tidak kali ini aku harus melakukan sesuatu… agar tidak menjadi pecundang seperti sebelumnya…!'
Pikiran rigma hanya terisi dengan tindakan untuk mengulur waktu hingga etranger dari luar mall selesai mengurus administrasi.
"Apa kau yakin bocah..!? Monster itu terlalu mengerikan loh…"
"Tapi kalian bertiga tadi bisa menghentikan serangannya, bukan…?"
"Jangan salah sangka… yang barusan itu adalah gabungan dari sisa kekuatan kami... kalau terlalu sering menggunakannya tanpa ada wadah pendukung… kami bertiga akan lebih cepat mati…"
Rigma langsung berhenti berlari ketika mendengar perkataan syna soal konsekuensi menggunakan kekuatan tanpa adanya wadah. Lagi-lagi dirinya membahayakan orang lain karena kelemahannya sebagai seorang manusia.
"Kalau memang membahayakan diri kalian… kenapa tetap kalian lakukan…?"
"Huh…!? Kau bodoh ya… kalau kau mati… sama saja dengan kami bertiga ikut mati... "
"Sebegitu pentingnya diriku sebagai wadah kalian…?"
"Ya bisa dibilang seperti itu…"
"Maaf… tapi aku masih ingin menjadi manusia biasa…"
Senyuman lusuh yang terpancar pada wajah rigma menandakan dirinya lebih baik mati dari pada menjadi etranger.
"Dasar anak keras kepala… lakukan sesukamu…"
Rigma pun berlari melewati syna begitu saja, syna sendiri wujudnya perlahan mulai menghilang.
'Aku benar-benar tidak merasakan keberadaan syna ataupun 2 jiwa lainnya… mereka benar-benar meninggalkanku sendiri… tapi… itu tidak masalah…'
"....!"
Betapa terkejutnya rigma ketika melihat kepala dua etranger sebelum nya berada di genggaman monster dimensi. Tubuh mereka sudah berlumuran darah, kedua etranger tersebut sudah tak berdaya dan tidak bisa melawan.
"Akhirnya muncul juga… aku… sudah bosan menunggu…"
'Jadi dia benar-benar menungguku…!?'
*pecah…*
Semua orang yang melihat ke arah sang monster dimensi kaget karena kepala dua etranger di tangan sang monster pecah. Darahnya berceceran kemana-mana, begitu juga dengan otaknya yang sudah hancur berkeping-keping.
'Dua orang elit etranger mati tanpa bisa berbuat banyak…? Cih… aku tak tahu bisa selamat atau tidak… tapi yang pasti aku kesini bukan tanpa persiapan…'
*brett…*
Urat-urat di tangan rigma terlihat menonjol dan kulitnya pun mengeluarkan asap tipis. Tekanan udara di sekitar rigma pun berubah, tatapan yang diselimuti aura membunuh terpancar di mata rigma.
"Aku di latih oleh ayahku yang keras kepala bukan tanpa hasil… setidaknya ini waktu yang tepat untuk menggunakannya…meskipun ini hanya teknik beladiri kuno… tapi..."
[Teknik Tenaga Dalam]
Teknik tenaga dalam adalah sebuah jurus yang dipelajari oleh para ahli beladiri tingkat master. Jurus itu membuat rigma dapat meningkatkan kekuatan fisiknya 5 kali lipat dalam waktu singkat. Rigma sendiri waktu kecil selalu diajari dengan keras oleh ayahnya, lalu dalam 5 tahun ia berhasil mendapat gelar master. Tepatnya ia menjadi master termuda di usia 16 tahun, seorang ahli beladiri pencak silat.
"Sekarang kita bisa mulai penguluran waktunya…!"
"Menarik… ♥"
"...!?"
Rigma menoleh ke arah kanannya dan melihat sosok monster dimensi tipe manusia lain sedang berdiri di langit-langit.
"Tidak mungkin…! Ada dua… monster dimensi…!?"
Semangat rigma untuk bertarung hancur seketika saat melihat sosok monster wanita berkulit oranye yang muncul di dekatnya. Rigma bisa tahu kalau wanita yang berdiri di langit-langit itu monster dari tangannya yang memiliki cakar aneh. Kemunculan dua monster dimensi sekaligus merupakan kejadian yang sangat langka juga berbahaya. Saat muncul dua monster dimensi secara bersamaan akan terjadi pertarungan sengit yang menyebabkan banyak korban.
Pertarungan Sengit
"Haruskah kita bertindak sekarang…?"
"Tahan… aku ingin melihat aksi anak nekat itu sedikit lebih lama…"
Dari balik bayang-bayang pengunjung mall yang melihat aksi rigma terdapat dua sosok misterius. Mereka sedang menunggu waktu yang tepat untuk muncul, aksi rigma membuat mereka menunggu sedikit lebih lama.
"Ether… minggir… dia mangsa ku…"
"Hooo… Stromer… kau ini tidak cocok dengan jiwa sebesar miliknya…"
'Mereka berdebat… ini kesempatanku…!
Rigma memanfaatkan perdebatan monster dimensi untuk melakukan serangannya, ia pun berhasil mendekati monster dimensi wanita.
*BAM….!*
"Eh…!? "
*Terpental…! BOOM…!*
Pukulan telak berhasil mengenai tubuh sang monster dimensi, tubuhnya terpental hingga membentur lantai dasar mall.
"Selanjutnya…! eh…!?"
Belum sempat rigma melanjutkan gerakannya untuk mengincar target selanjutnya, monster dimensi berkulit biru sudah muncul di depannya.
"Mati…!"
*swing…! tap…!*
Tidak seperti sebelumnya dimana rigma hampir terbunuh oleh tusukan tangan monster berkulit biru. Kali ini rigma berhasil menggeser tusukan tangan sang monster dengan sentuhan lembut sambil menghindar ke sisi kiri.
"...!?"
'Sial aku sudah mati-matian hanya untuk menggeser serangannya…!'
*wush.. tap…*
Monster dimensi dan rigma melompat untuk mengganti lokasi bertarung mereka, terlalu berat untuk rigma melawannya di langit-langit.
'Aku sangat yakin dia bisa lebih cepat lagi… sekuat apapun diriku… aku tetap manusia biasa… sial…'
*duar… mendarat…*
Rigma dikejutkan oleh sosok monster wanita yang muncul kembali, padahal sebelumnya ia memukul perut sang monster dengan sangat keras.
"Ether minggir…"
"Tidak mau… dia sudah menyerangku… jadi aku juga punya hak untuk membunuhnya…"
"Aku akan… membunuhnya… lebih dulu…"
"Hihihi… jadi sekarang siapa cepat dia dapat…"
*wush…*
Sang monster dimensi berkulit biru menghilang dan hanya meninggalkan aliran listrik kecil. Wajah rigma pun pucat mengingat tujuan mereka adalah membunuhnya, ia langsung tahu kemana sang monster berkulit biru pergi. Ketika rigma menoleh ke belakang serangan sang monster dimensi hampir mengenainya. Rigma memejamkan matanya karena sudah tak punya waktu lagi untuk menghindar.
*sshhhhss…*
"Sial tenaganya lebih kuat dari perkiraanku…"
"Kalau aku sudah menduganya… itu sebabnya aku ikut membantu menghentikan tangan monster ini…"
Rigma merasa aneh karena sudah beberapa detik berlalu, tapi ia belum terkena serangan. Hanya ada suara asing yang terdengar di telinganya, perlahan rigma mulai membuka matanya.
"Oi bocah… bisa kau menyingkir dari situ…?"
"Ah iya… awas…! "
Belum sempat rigma bergerak, tangan kiri sang monster mencoba menyerang wanita yang berbicara padanya.
*merunduk… berputar… tendang…*
Gerakan yang begitu halus dan cepat digunakan oleh wanita asing itu untuk menyerang balik sang monster.
*BAM…!*
Pukulan pria yang ikut menghentikan tangan kanan sang monster dimensi berhasil mengenai bagian perut monster berkulit biru. Monster berkulit biru pun terdorong mundur beberapa meter, rigma benar-benar tertolong oleh kedatangan mereka.
"Nak lebih baik kau urus wanita oranye di sana… biar kami yang menangani si biru ini… apa kau bisa…?"
"Tentu…! aku akan berusaha semampuku…!"
"Hooo… jadi kalian para etranger meremehkanku… !?"
Monster wanita yang dipanggil ether merasa tersinggung dan senang ketika mendapatkan rigma sebagai lawannya. Rigma dan ether sama-sama melakukan inisiatif untuk menyerang, rigma sekarang jauh lebih waspada karena sekali terkena serangan akan game over. Kecepatan keduanya seimbang, rigma terus menerus menepis dan menghindari serangan ether.
'Sejauh ini aku lebih bisa mengimbangi kecepatan wanita ini dibandingkan dengan si biru…'
Pertarungan sengit juga terjadi antara pasangan misterius dengan monster dimensi berkulit biru. Sang wanita sudah memakai senjatanya yang berupa tombak, sementara sang pria menggunakan panah. Panah yang digunakan sang pria terus mengejar targetnya sampai terbentur sesuatu atau mengenai sang target. Monster dimensi berkulit biru juga terlihat lebih serius, sebab ia membuat senjata dengan pemadatan energi listrik di tangan kanannya.
*tang… tembak…*
Setiap kali monster dimensi berkulit biru beradu serangan, sang pria menembakkan panahnya. Sementara rigma mati-matian hanya untuk menghindar dari cakar ether, ether pun mundur sejenak.
"Ini jauh lebih membosankan dari yang aku kira…"
"Hah…!? "
Rigma langsung emosi ketika mendengar perkataan ether, padahal nafasnya juga sudah berat.
"Lebih baik aku akhiri ini sebelum aku kehilangan minat…"
"Ap-..."
*swing… terpotong…*
'Kau pasti bercanda… dia bisa lebih cepat lagi…!? Dan itu tanganku…!'
"Arrrghhhh….!!!!"
Tangan kanan rigma terpotong dengan mudah, darahnya bercucuran dan rasa sakit yang amat dahsyat melanda tubuhnya.
"Gawat… bocah itu…!"
"Lawanmu disini…"
"Eh…!"
*wushhh…*
Ketika monster berkulit biru hampir berhasil mendekati wanita pengguna tombak, sebuah panah melesat tepat di depan wajahnya. Gerakan sang monster pun terhenti, lalu ia mundur beberapa langkah.
"Jangan lengah…! "
"Cih sial…! Maaf bocah… memang bakatmu sangat bagus… dan sayang untuk dibuang… tapi kami juga bertarung mempertaruhkan nyawa…"
Pasangan misterius tidak bisa memalingkan pandangannya sedetik pun, sebab lawannya sangat kuat dan cepat.
"Aku bosan…"
*grekk... *
Amukan & Keputusan
Monster berkulit biru tiba-tiba berhenti bergerak, lalu tubuhnya mulai bergejolak hebat. Tentakel tumbuh di kedua tangannya, lalu tubuhnya semakin membesar ketika tentakel tumbuh di punggungnya.
"Ini dia transformasi tahap dua…"
"Jadi sudah ditetapkan kalau monster ini memiliki peringkat SS+..."
Di sisi lain ether yang melihat temannya menggunakan transformasi hanya bisa tersenyum. Ia pun menatap rigma yang sibuk menghentikan pendarahan dengan tatapan penuh nafsu membunuh.
"Kalau stromer sudah serius… maka aku juga harus serius kalau tidak ingin mangsaku di curi…"
*mengaum… *
Gelombang suara yang dibuat oleh ether membuat seluruh area mall mega park berguncang hebat. Bersamaan dengan auman keras panjang ether, tubuh monster wanita tersebut perlahan berubah. Bulu-bulu tipis tumbuh di seluruh tubuhnya, pakaian yang ia kenakan pun perlahan sobek. Tubuhnya sedikit membesar akibat perubahannya, ia pun terlihat seperti seekor cheetah.
"Aku memang tidak secepat stromer kalau sama-sama dalam bentuk awal… tapi dalam bentuk ini… aku lebih cepat darinya…!"
Ketika ether mulai melakukan serangan rigma sudah lebih dulu mempersiapkan pisau belati miliknya.
*Trinnnnn…. *
Gesekan akibat beradunya tubuh ether dengan pisau rigma terdengar sangat nyaring. Seolah rigma sedang mencoba memotong besi dengan pisaunya.
"Hooo… masih bisa melakukan gerakan seperti itu… padahal bukan etranger… memang pantas dirimu memiliki jiwa yang besar…! Tapi serangan berikutnya tidak akan meleset..."
'Sial… kulit macam apa itu… aku seperti sedang mengukir di atas baja dengan sebuah pisau biasa…'
Rigma menatap pisaunya yang sudah hampir hancur hanya karena menahan gesekan dengan tubuh ether. Ia hanya tersenyum melihat situasi terpojok seperti sekarang ini, rigma pun kembali memasang kuda-kuda.
'Paling tidak hanya aku yang mati…'
"Matilah…! "
*swing… tap… tertusuk…*
Serangan ether berhasil mengenai jantung, namun sayangnya bukan jantung rigma yang ia tusuk.
"Ke-kenapa…!? Kenapa kau kesini…!!?"
Sosok yang berusaha rigma lindungi mati-matian malah datang untuk menghalangi serangan mematikan dari monster dimensi. Sosok laki-laki yang berhasil menghalangi serangan tersebut adalah jidris, ia mengorbankan tubuhnya sendiri.
"Aku sudah menyuruhmu bersama harun…!!"
"Uhukk… ha… habis kalau… kau mati… harun akan sedih… aku tidak ingin melihatnya menangis..."
Jidris tersenyum pada rigma sambil menjelaskan alasannya, mulut penuh darah tidak menghalangi jidris untuk tetap tersenyum.
"Menjengkelkan… pergi kau…!"
*boom... ! *
Ether mengayunkan tangannya dan melempar tubuh jidris ke lantai dasar mall. Rigma yang sangat marah melihat temannya diperlakukan seperti sampah langsung menyerang leher ether. Hasilnya pisau rigma pun patah karena tak sanggup memotong kulit ether yang sangat keras.
"Beraninya kau…!!!"
*cakar…*
"Uhaaakk… "
Ether mencakar perut rigma untuk membuatnya berhenti berteriak, di sisi lain monster berkulit biru mengumpulkan energinya.
"Oi yang benar saja…! "
"Tunggu stromer… kalau kau melakukan itu... Tempat ini…!"
*meledak… KBOOM…!*
Sebuah ledakan elektromagnetik pun terjadi seluruh area selatan mall mega park pun runtuh. Seluruh pasukan gabungan yang berjaga di area luar mall pun ikut terkejut melihat kejadian tersebut. Rigma tertimbun reruntuhan mall, tubuhnya terasa remuk dan ia tidak bisa bergerak.
'Mungkin ini akhir dari kehidupanku… aku seorang pecundang yang lagi-lagi tidak bisa melindungi siapapun akan mati disini… kalau saja aku tidak sombong dan menerima tawaran syna… mungkin jidris masih tetap hidup sekarang ini… sial…'
Rigma yang sudah tak berdaya dipenuhi rasa menyesal, ia sangat ingin mengulang kembali waktu. Namun sayangnya hal itu sangat mustahil untuk dilakukan, bahkan kekuatan etranger kelas spesial pun tidak bisa melakukannya.
'Bangkitlah…'
'Tapi aku hanya akan kembali jadi pecundang bila selamat dari sini…'
Suara misterius menggema di kepala rigma, namun ia menolak dukungan suara itu.
"Rigma…! "
Teriakan seorang wanita yang sangat ia kenal seolah menghentak jiwa pada tubuh rigma. Suara teriakan tersebut berasal dari harun teman sekampusnya, ia mencoba menggali reruntuhan untuk mengeluarkan tubuh rigma.
"Rigma aku mohon jangan mati… jangan tinggalkan aku…!"
"Ha… run… lari…"
Rigma tidak ingin harun dalam bahaya, ia tahu kalau monster dimensi yang mengincarnya pasti akan muncul.
"Ohh… di sini rupanya…"
Ketika harun membalikkan tubuhnya, ether sudah tepat berada di depannya. Ia pun mendorong harun yang menghalangi jalannya menuju rigma.
*brugh… *
Harun terpental hingga membentur puing-puing gedung di sekitarnya, ia pun kehilangan kesadaran.
"Hmmm…? Kenapa jiwanya jadi lemah begini…!?"
Ether melihat jiwa yang ada di dalam tubuh rigma menjadi jauh lebih kecil dari sebelumnya.
"Jangan bilang kau sudah menyerah untuk hidup…? Cih kalau begini sia-sia aku mencarimu…"
Ether sangat kesal melihat kondisi rigma yang sekarat juga jiwanya mengecil. Namun saat ether melirik ke arah harun yang sedang pingsan, ia melihat jiwa yang cukup kuat.
"Hooo gadis ini juga lumayan… paling tidak aku mendapat sesuatu yang bagus…"
*pegang…*
"Huh…!? "
"Jangan… Sentuh … dia…!"
"Minggir kau barang rusak…"
Rigma berusaha menahan ether dengan tangan kirinya, namun tubuhnya terlalu lemah. Rigma lagi-lagi melihat pemandangan dimana temannya akan mengalami nasib tragis.
'Jangan bilang akan terulang lagi… aisha, jidris… sekarang di depan mataku harun akan mengalami nasib yang sama…!? Sial… sial sial sial sial sial… kekuatan… aku butuh kekuatan...'
"Sy… na…"
Mulut rigma dengan suara lemah mencoba menyebut nama syna, ia sudah tidak bisa memikirkan jalan lain. Jika menjadi etranger bisa membuat orang disekitarnya tidak mati atau sekarat. Maka rigma akan membayar apapun resikonya demi menjadi seorang etranger, meski harga dirinya dipertaruhkan.
'Memanggilku…? Tapi sepertinya sudah hampir terlambat… sayangnya ada pepatah bilang… lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali…'
Syna pun muncul di hadapan rigma yang sudah sekarat dan menyodorkan sebuah kertas lusuh berisi kontrak.
"Kalau kau menerima kontrak ini… kami bertiga akan menjadi milikmu… "
"Aku… terima…"
Dengan sisa-sisa kekuatannya, rigma menerima kontrak yang diajukan oleh 3 jiwa pengelana di hadapannya. Rigma menandatangani kontrak dengan darah yang ada jari-jarinya, kertas kontraknya memancarkan cahaya dan kemudian menghilang setelah ditandatangani.
"Dengan ini kau resmi jadi wadah kami… kondisi wadah sangat memprihatinkan… dibutuhkan penanganan segera... mode pengambilalihan darurat diaktifkan.."
Jiwa kecil rigma tiba-tiba kembali membara dan menjadi lebih besar dari sebelumnya.
"...!?"
*BOOM…! cahaya…!*
Ledakan muncul dari tempat rigma tertindih reruntuhan bersamaan dengan cahaya ungu, hijau dan merah yang menjulang ke langit. Tiga warna yang menjadi satu, cahaya tiga warna menyerupai sebuah tiang raksasa menembus langit. Sebuah keajaiban yang menjadi tanda kontrak rigma dengan 3 jiwa pengelana berhasil terjalin. Tubuh rigma berubah bentuk menjadi jauh lebih tinggi dan terlihat gagah, rambutnya juga memanjang. Semua luka pada tubuhnya sudah pulih sepenuhnya, bahkan tangan kanannya kembali utuh.
"Bagaimana bisa…!"
"Sekarang waktunya serangan balasan…!"
Rigma terlihat sangat bersemangat sambil menatap monster dimensi yang telah membunuh temannya.
Bersambung…