Télécharger l’application
15.38% Suamiku pilihan ayah / Chapter 28: 28. Menyelidiki

Chapitre 28: 28. Menyelidiki

Disisi lain terlihat reza sudah berada di ruangannya, ia kini sedang berbicara dengan andi sang asisten.

"Andi, saya mau minta tolong dengan kamu?"tanya Reza.

"Mau minta tolong apa pak Reza?"tanya andi.

"Saya ingin kamu menyelidiki teman dekat jihan."ucap Reza.

"Semua teman dekat dari nona Jihan pak?"tanya andi.

"Iya."ucap Reza.

"Baiklah pak, saya akan menyelidiki nya, ada lagi yang ingin pak Reza katakan kepada saya."ucap andi.

"Tidak Andi, kamu boleh kembali bekerja."ucap Reza.

"Baik pak, saya permisi pak Reza."ucap andi.

Reza hanya mengangguk kan kepalanya saja, kepada andi.

Andi berlalu pergi meninggalkan ruangan reza sedangkan reza terlihat melamun dengan pikirannya sendiri di kursi kerjanya, tak berapa lama reza kembali melanjutkan pekerjaannya.

Kini hari pun menjelang sore terlihat jihan sudah merapikan meja kerjanya, setelah merapikan meja kerjanya jihan beranjak keluar dari ruang kerjanya dengan membawa paper bag di tangan nya menuju lift untuk mengantarkannya ke lantai bawah perusahaan.

Sesampainya di lantai bawah jihan jalan menuju mobilnya yang berada di parkiran perusahaan, sejenak jihan tersenyum dan menjawab sapa para karyawannya saat berjalan.

Setelah sampai di mobilnya, jihan langsung masuk kedalam mobil dan melajukan mobilnya menuju pulang ke rumah.

Hampir beberapa menit melajukan mobilnya kini terlihat jihan sudah sampai di halaman depan rumahnya, jihan langsung memasukkan mobilnya kedalam garasi setelah mobilnya berada di dalam garasi jihan jalan menuju pintu rumahnya yang tak jauh dari garasi mobilnya dengan membawa paper bag nya.

Sesampainya di pintu rumahnya terlihat jihan langsung membuka pintu rumahnya yang tidak di kunci dari dalam.

Ceklekkk...

"Assalamualaikum?"ucap jihan masuk kedalam rumah.

"Waalaikum salam."ucap asih yang ingin mengunci pintu rumah.

"Ibu asih dimana ayah?"tanya jihan.

"Pak wisnu berada di kamarnya jihan."ucap asih.

"Oh...Ayah baik- baik saja kan ibu asih?"tanya jihan khawatir.

"Alhamdulilah, pak wisnu baik- baik saja jihan."ucap asih.

"Alhamdulilah kalau ayah baik - baik saja ibu asih."ucap jihan merasa lega.

"Iya jihan."ucap asih.

"Ibu asih kalau gitu jihan mau pamit ke kamar ayah dulu ya, oh iya jihan bisa minta tolong sama ibu asih?"ucap jihan.

"Iya jihan, mau minta tolong apa?"ucap asih.

"Tolong antarkan paper bag ini ke kamar jihan ya ibu asih."ucap jihan memberikan paper bag nya.

"Iya jihan."ucap asih.

"Terima kasih ibu asih."ucap jihan.

"Iya jihan."ucap asih.

Jihan berlalu pergi meninggalkan asih menuju kamar wisnu, tak berapa lama asih pun jalan ke kamar jihan untuk mengantar kan paper bag milik jihan, jihan kini sudah sampai di depan kamar wisnu terlihat pintu kamar wisnu tertutup dan di kunci dari dalam.

Tok...tok...tok...

"Ayah...ayah... ayah?"panggil jihan berada di luar pintu.

Namun tak ada jawaban dari wisnu dari dalam kamarnya.

"Jihan, ada apa?"tanya asih di belakang jihan.

"Ayah tidak membuka pintu kamar nya ibu asih, jihan jadi khawatir sama ayah."ucap jihan melihat asih.

"Mungkin pak wisnu berada di dalam kamar mandi jihan jadi pak wisnu tidak mendengar Jihan."ucap asih menenangkan jihan.

Jihan diam saat perkataan asih, tak berapa lama jihan memanggil wisnu.

"Ayah?"panggil jihan.

"Iya sayang, sebentar."ucap wisnu dari dalam kamar.

Ceklekkk...

"Jihan...Asih ada apa?"tanya wisnu langsung di potong jihan.

"Ayah...kenapa lama sekali buka pintunya, jihan khawatir sama ayah, jihan pikir ayah pingsan di dalam?"ucap jihan.

"Ayah tadi berada di dalam kamar mandi sayang, alhamdulilah ayah baik- baik saja sayang."ucap wisnu.

"Syukurlah kalau ayah baik - baik saja, benar yang dikatakan ibu asih kalau ayah berada di dalam kamar mandi jadi ayah tak mendengar jihan tadi."ucap jihan merasa lega.

"Iya sayang, ada apa kalian kesini?"tanya wisnu.

"Tidak ada apa-apa pak wisnu saya tadi kesini karena mendengar jihan memanggil- manggil nama pak wisnu, saya pikir pak wisnu terjadi sesuatu."ucap asih langsung disambut jihan.

"Ayah, jihan hanya ingin melihat kondisi ayah saja".ucap jihan.

"Oh..."ucap wisnu.

"Pak wisnu...jihan...saya permisi dulu ya mau ke dapur?"ucap asih.

"Iya ibu asih."ucap jihan.

Wisnu hanya menganggukkan kepalanya saja saat perkataan asih.

Asih berlalu pergi meninggalkan jihan dan wisnu menuju dapur, tak berapa lama wisnu kembali bicara kepada jihan.

"Jihan sayang mandilah, sudah waktunya untuk sholat magrib."ucap wisnu.

"Ayah kebetulan jihan tidak bisa sholat lagi berhalangan."ucap jihan.

"Oh... kalau gitu pergi mandilah sayang"ucap wisnu.

"Iya ayah, kalau gitu jihan ke kamar dulu ya ayah?"ucap jihan.

"Iya sayang."ucap wisnu.

Jihan berlalu pergi meninggalkan wisnu menuju kamarnya, sesampainya dikamar jihan membanting pelan tubuhnya di kasur empuk milik nya sejenak jihan menatap langit-langit kamarnya dengan pikirannya sendiri.

Hampir lima menit merebahkan tubuhnya, kini terlihat jihan bangkit dari kasur empuk milik nya jalan menuju kamar mandi sesampainya di dalam kamar mandi sejenak jihan mengisi air dan aroma terapi ke dalam bathub.

Terlihat jihan kini sudah merendamkan tubuhnya ke dalam bathub dengan menyiram kan air ke lehernya, hampir sepuluh menit merendamkan tubuhnya kini jihan terlihat sudah selesai dengan mandinya.

Jihan langsung jalan mengambil kimono handuk nya yang berada di kamar mandi untuk di pakainya setelah itu jihan langsung beranjak keluar dari dalam kamar mandinya.

Sesampainya di luar, jihan langsung mengambil pakaiannya di lemari nya, setelah memakai pakaiannya jihan langsung beranjak keluar dari kamarnya untuk menemui wisnu di kamarnya.

Saat sudah sampai di lantai bawah jihan melihat wisnu tengah jalan menuju meja makan.

"Ayah?"panggil jihan.

"Iya sayang, mari kita makan."ucap wisnu.

"Iya ayah."ucap jihan.

Jihan langsung menghampiri wisnu yang sudah duduk di kursi meja makan, sesampainya jihan dimeja makan jihan langsung menduduki kursinya.

"Jihan tadi kamu jadi pergi bersama nak Reza?"tanya wisnu.

"Jadi ayah."ucap jihan.

Wisnu hanya mengangguk kan kepalanya dan tersenyum saat perkataan jihan.

"Ayah, biar jihan yang mengambil kan makanan buat ayah."ucap Jihan.

"Baiklah sayang."ucap wisnu.

Jihan langsung mengambil makanan untuk wisnu setelahnya jihan mengambil makanan untuk dirinya sendiri, jihan dan wisnu melahap makanan tanpa ada sedikit pembicaraan di antara mereka.

Hampir lima menit melahap makanannya, terlihat Jihan dan Wisnu akhirnya selesai dengan makanannya.

"Jihan?"panggil Wisnu.

"Iya ayah."ucap jihan melihat wisnu.

"Jihan sayang, ayah sekarang ini merasa bahagia sekali tinggal menghitung hari Jihan akan menikah dan menjadi seorang istri."ucap wisnu bahagia.

"Iya ayah."ucap jihan tersenyum.

"Jihan, pesan ayah jadilah istri yang Sholeha kelak dan menurutlah apa perkataan suamimu sayang sebab dialah imam dalam rumah tangga kalian, kalau pun kalian ada masalah selesai kan secara baik- baik."ucap wisnu.

"Iya ayah, insya allah."ucap jihan.

"Baiklah sayang kalau gitu ayah mau pamit ke kamar dulu."ucap wisnu beranjak dari duduknya.

"Iya ayah."ucap Jihan.

Wisnu berlalu pergi meninggalkan Jihan menuju kamarnya sedangkan Jihan terlihat terlihat merenungkan perkataan wisnu, tak berapa lama Jihan beranjak dari duduknya jalan menuju kamarnya.

Sesampainya di kamarnya Jihan langsung merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya dengan menatap langit- langit kamarnya dengan memikirkan perkataan wisnu.

"Ayah,sebenarnya jihan tidak menginginkan pernikahan ini tapi melihat ayah bahagia jihan rela menikah demi ayah, tapi maafkan Jihan ayah karena jihan belum bisa menuruti pesan ayah ke juga , mungkin suatu saat Jihan akan menurutinya".batin jihan.

Tak berapa lama Jihan lelah dengan pikiran nya terlihat Jihan menguap karena kantuknya, selang tak lama Jihan langsung terlelap dengan tidurnya.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C28
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous