Untuk kemudian, Chen Liao Xuan lupa akan tujuannya tadi. Garirah yang membakar dirinya malah membuatnya memberikan cumbuan lebih kepada gadis yang bahkan tak sadarkan diri itu. Hingga dia melakukan sebuah penyatuan, dan matanya kembali terbelalak saat tahu, jika gadis yang kini telah ia tiduri masih murni.
Sementara di kerajaan langit, Sang Raja tampak berdiri di gerbang yang membuatnya terus mengingat rasa perih itu. Setiap saat, setiap hari. Hingga cahaya keemasan yang sangat menyilaukan itu tampak nyata. Bahkan cahaya itu sampai menembus alam langit dengan sangat sempurna.
"Bukankah ini sebuah takdir yang sangat menyakitkan, Baginda Raja," Li Qian Long berjalan mendekati Sang Raja. Untuk kemudian, dia memandang pintu yang tertutup rapat-rapat itu. Pintu yang dibuka hanya untuk Dewa-Dewi yang melakukan kesalahan. Dan pintu yang dibuka terakhir kali untuk sosok yang paling penting di langit ini. "Cahaya dari intisari kehidupan Putra Mahkota bahkan mampu menembus alam langit dengan sangat nyata. Bukankah ini tandanya, jika dua insan itu sekarang telah kembali bertemu?"
Rahang Sang Raja mengeras, tapi dia tak mengatakan apa pun selain diam. Sebab dia sendiri tak bisa berkomentar apa-apa tentang hal ini.
"Yang Mulia Raja, keberadaan Dewi Anqier dengan Putra Mahkota adalah takdir yang diberikan langit. Dewi Anqier adalah Dewi tertinggi di sini meski dia lahir dari setengah manusia. Dan memang Dewi Anqier merupakan jodoh yang diberikan langit untuk Putra Mahkota. Bagaimanapun Yang Mulia Raja memisahkannya, dan seberapa besar kekuatan Yang Mulia Raja menghapus ingatan mereka. Percayalah, Yang Mulia, takdir pasti akan mempertemukan mereka dengan cara mereka masing-masing,"
"Aku tidak peduli dengan itu, Dewa Li," Sang Raja pun akhirnya bersuara. Antara Anqier dan Liao Xuan terjadi sesuatu sesungguhnya tak merisaukanku. Hanya saja, kesalahan Liao Xuan benar-benar telah di batas wajarku sebagai seorang Ayah. Meski kadang-kadang aku merindukannya seperti halnya sekarang,"
Dewa Li Qian Long terdiam mendengar ucapan dari Sang Raja itu. "Bukankah kau yang menulis takdir untuk makhluk di alam semesta ini, Dewa Li. Lantas kenapa kau buat takdir putraku sampai seperti ini? Entah apa akhirnya nanti, akan tetapi putraku telah menjadi seorang Raja Iblis. Dan sampai kapan pun Raja Iblis tidak akan pernah bisa menjadi seorang Putra Mahkota Langit sampai kapan pun itu,"
"Yang Mulia, sesuatu yang telah menjadi miliknya akan kembali kepada tuannya. Itulah yang saya tahu dari hukum semesta ini," Li Qian Long kembali bersuara. Sang Raja hanya meliriknya sekilas, kemudian dia menghela napasnya panjang. "Yang Mulia akan selalu panjang umur. Asal posisi Putra Mahkota tetap kosong sampai tuannya datang. Sebab jika tidak, akhir dari kerajaan langit akan dimulai sejak itu,"
*****
"Maaf, Panglima Jiang, hamba sudah mencari Yang Mulia Raja di mana pun. Tapi sampai detik ini kami masih belum bisa menemukannya. Jika dilihat dari jatuhnya Yang Mulia Raja kami yakin kalau Yang Mulia Raja jatuh tak jauh dari hutan persik milik Kerajaan Iblis. Akan tetapi sampai detik ini kami menyusuri daerah itu, kami tidak menemukan petunjuk apa pun. Selain...."
"Selain apa? Katakanlah langsung tanpa basa-basi!" ucapan Jiang Kang Hua tampak menggelegar, bahkan intonasinya cukup tinggi untuk membuat makhluk sekelas manusia meremang dan menggigil ketakutan. Prajurit itu, kembali memberi hormat, dengan mimik wajah takut mereka.
"Selain cahaya yang sangat menyilaukan mata tampak menyala sampai menembus langit, Panglima Jiang. Saat kami hendak mendekat, tubuh kami semua terpental. Dan ada beberapa pasukan kami yang langsung hancur oleh cahaya itu. Sampai detik ini, kami belum bisa memastikan cahaya apa itu, Panglima Jiang. Tapi kami janji, kami akan kembali menyusuri tepian-tepian sungai, dan hutan pinus yang ada di sana."
"Baiklah, karena aku sudah banyak membunuh prajurit yang tak becus seperti kalian. Jadi kali ini, aku beri kalian kesempatan. Tapi, kalau sampai dua hari sebelum purnama penuh kalian belum juga membawa Yang Mulia Raja ke sini, kalian tahu apa hukuman untuk kalian? Tubuh-tubuh kalian akan ku jadikan mangsa anjing-anjingku yang kelaparan,"
"Baik, Panglima Jiang!"
Semua prajurit yang ada di sana langsung pergi, dengan hati berat mereka. Separuh dari mereka adalah manusia, yang diperbudak untuk menjadi budak dan menyembah kaum iblis. Terlebih, purnama merah akan muncul tepat empat hari sebelum hari ini. Mereka hanya diberi waktu dua malam, apakah itu cukup?
Sementara Jiang Kang Hua tampak meremas meja yang ada di hadapannya. Ya, dia juga tak buta. Malam tadi, dia menyaksikan sendiri, sebuah cahaya berwarna putih keemasan muncul dari sebuah titik, dan itu dari arah sekitar hutan persik milik kerajaan iblis. Jiang Kang Hua tak tahu, cahaya apa itu. Sebab setahunya dia hidup dalam ribuan tahun ini, dia tak pernah sekalipun melihat cahaya seterang dan seindah itu. Ya, indah... tapi, Jiang Kang Hua agaknya tahu. Indah menurut mata bukanlah indah menurutnya. Sebab yang pasti, cahaya suci seperti itu akan dengan mudah membakar tubuhnya menjadi seperti abu.
Dia kembali menghela napas panjang, semalam ini dia bahkan tak bisa untuk berpikir jernih. Dia tahu betul semua ini adalah salahnya, dia datang kepada Sang Raja di saat Sang Raja tengah bertapa, dalam rangka memulihkan kekuatannya yang hilang. Dan di saat dalam kondisi selemah itu, dia malah datang untuk meminta bantuan, memaksa Sang Raja keluar melawan selimuan rubah. Lagi, Jiang Kang Hua meremas merah itu bahkan sampai meja itu hancur berkeping-keping. Dia sangat khawatir dengan kondisi rajanya, dia sangat ingin tahu dengan kondisi rajanya. Apakah rajanya akan mampu bertahan hidup? Ataukah rajanya kini sekarat dan mati, dan butuh puluhan ribu tahun lagi untuk membangkitkan rajanya dari tidurnya. Tidak... itu tidak boleh terjadi. Sebab jika sampai seperti itu, kerajaan iblis akan diakuisi oleh orang-orang tak bertanggung jawab lainnya lagi.
"Kelopak terakhir dari pohon persik di luar yang hendak jatuh kini mulai bersemi, bukankah itu sebuah pertanda yang bagus?" penasihat Li pun datang, sambil mengibaskan kipasnya dia melirik Panglima Jiang dengan tatapan sengitnya. "Namun seperti itu, kesalahan adalah sebuah kesalahan. Dan apa yang kau lakukan di dalam pertempuran itu adalah kesalahan fatal, Panglima Jiang," katanya lagi, dengan penuh penekanan dan aura dingin yang mecengkam. Keduanya kini tampak saling pandang, emosi dan rasa kesal membuncah menjadi satu dengan sangat nyata. Kubu untuk Sang Raja, dan merasa ingin paling dianggap, membuat mereka menjadi satu musuh dalam selimut dengan begitu nyata.
Ya, di aula utama ada sebuah pohon perish, yang usianya sudah selama kehidupan Sang Raja. Bahkan pohon itu mulai muncul dengan cara cukup aneh saat Sang Raja datang ke alam iblis. Dan katanya, pohon persik itu menandakan tentang kesehatan dan umur Sang Raja. Sebab, setiap kali Sang Raja kehilangan kekuatannya, pohon itu tampak sangat layu, kelopak-kelopak bunganya berguguran. Namun, ketika Sang Raja kembali sehat, maka pohon persik itu akan menghijau dan subur, bahkan pohonnya penuh dengan bunga dan buah. Aneh, memang, bagi seorang Raja Iblis mengimbaskan dirinya dengan sebuah pohon persik. Entah apa yang terjadi di kehidupannya terdahulu. Atau malah, pohon persik dulu telah menjadi saksi atas kehidupan sebelumnya.
Pagi ini, jemari Anqier tampak bergerak-gerak, untuk kemudian dia mulai membuka matanya. Kelopak mata yang indah, seperti kelopak-kelopak bunga persik yang sedang bermerkaran, dan matanya tampak berbinar dengan begitu cantik.
Dia kemudian mengambil posisi duduk, agaknya dia ingat kejadian terakhir yang dia alami, yaitu dia dicekik oleh sosok yang ia tolong. Ya, sosok itu… laki-laki berwajah tampan namun sangat mengerikan itu.
Dia tersentak, kemudian dia mendengar percikan api yang menyala, serta bau harum khas makanan tercium sangat nyata.
"Kau sudah bangun?" suara serak itu mengagetkan Anqier. Kemudian dia mundur dengan cepat sambil menarik selumut yang ada di tubuhnya.
Tunggu… selimut? Dan pakaian baru ini? Anqier menoleh, melihat sosok yang sedang duduk di depan perapian. Mulutnya tampak sibuk meniup-niupkan api pada bambu panjang untuk mengatur perapian. Dan tanganya tampak sibuk mengipasi sesuatu yang ada di atas perapian.
Pakaiannya kini berubah, bukan pakaian terkoyak yang penuh darah. Dia sudah memakai pakaian berwarna biru terang, dengan rambut hitam legam yang sudah tersisir rapi. Hiasan rambut berbentuk naga itu tampak sangat manis menghiasi rambut hitamnya. Laki-laki itu, benar-benar tampak berbeda dari yang semalam dia kenal.
Sebenarnya, apa yang terjadi malam itu? Di saat dia pingsan setelah dicekik oleh laki-laki berparas tampan itu? Anqier benar-benar tak bisa mengingatnya sama sekali.
"Siapa yang mengganti pakaianku?" tanya Anqier dengan nada sengit. Laki-laki itu kemudian menaruh masakan itu ke dalam dua mangkuk kecil, kemudian dia taruh di atas meja. Laki-laki itu mendekat, membuat Anqier spontan berangsut mundur.
"Semalam tubuhmu basah, pakaianmu basah, jadi aku menggantinya," jawab Chen Liao Xuan. Nadanya sedikit menggantung, untuk kemudian ujung matanya menangkap sosok Anqier yang agaknya masih tidak percaya dengan apa yang ia katakana.
"Aku tak merasa sedang mandi atau kehujanan semalam. Sebab memori yang aku ingat adalah, kau mencekikku dengan sangat menyakitkan," ketus Anqier.
Chen Liao Xuan kembali tersenyum, untuk kemudian dia menyodorkan mangkuk berisi bubur itu kepada Anqier. Merasa enggan mengambil, Anqier hanya melihat ketika Chen Liao Xuan mulai menikmati bubur itu sambil sesekali meniupnya.
"Semalam mungkin ada sedikit kesalahpahaman, kau tahu, aku sedang tak enak badan. Aku pikir kau adalah salah satu dari musuhku, yang menyamar dan memanfaatkan kelemahanku. Tapi kurasa, aku telah keliru," kata Chen Liao Xuan menerangkan.
Anqier tampak tersenyum kelu, bahkan maaf pun tak keluar dari mulut laki-laki itu, yang semakin membuat Anqier kesal bukan main. Dia hendak memijat lehernya yang sakit, tapi dia meraba ada sesuatu di lehernya. Sebuah kalung yang semakin membuat Anqier bingung.
"Oh, itu, aku menemukannya, sepertinya sangat cocok jika kau kenakan. Jadi aku mengenakannya untukmu,"
"Tunggu, Tuan! Ada sesuatu yang janggal di sini!" Anqier kembali memandang Chen Liao Xuan dengan sengit. Berbeda… berbeda dari semalam, sorot mata laki-laki itu tampak sangat lembut, wajah tampanan nan cantik laki-laki itu tampak semakin mempesona dengan senyum tipis yang menghiasi bibirnya. Fokus Anqier menjadi goyah, untuk kemudian dia terbatuk-batuk untuk kembali memfokuskan konsentrasinya. "Kau… kau menggantikan pakaianku dengan cara seperti apa?" selidiknya kemudian. Kedua alisnya bertaut, dan telunjuknya sudah menunjuk tepat di wajah Chen Liao Xuan. "Apa itu berarti jika kau membuka semua pakaianku? Kemudian kau dengan tangan kotormu sendiri melepaskan pakaianku dan memakaikannya dengan pakain yang baru? Apa benar seperti itu?" tanyanya kemudian. Rona merah di pipinya tampak nyata, membuat Chen Liao Xuan kembali tersenyum dibuatnya. Andai… andai gadis kecil itu tahu, jika dia malah telah berbuat lebih. Apa yang akan gadis kecil itu lakukan kepadanya.
"Apa kau pikir aku punya ilmu sihir yang bisa melepas dan mengganti pakaianmu tanpa aku menyentuh dan melihat tubuhmu? Tidak, Nona, aku adalah manusia biasa yang tidak memiliki kemampuan sihir semacam itu,"
Anqier langsung memeluk tubuhnya sendiri, dia memandang Chen Liao Xuan dengan tatapan kesalnya. Untuk kemudian, tangannya melayang mau memukul pipi Chen Liao Xuan, namun semuanya menjadi lain, saat Chen Liao Xuan menangkap tangan itu kemudian menarik tubuh Anqier sehingga jatuh sepenuhnya ke dalam pelukannya.
Anqier mencoba untuk melepaskan diri, tapi Chen Liao Xuan tak membiarkan itu terjadi, hangat napas Chen Liao Xuan tampak sangat nyata berembus di pipi Anqier, dan itu menambah rona merah pada wajahnya.
"Tuan kau jangan kurang ajar. Asal kau tahu, aku—"
Chen Liao Xuan melumat bibir Anqier sekilas, kemudian dia melepaskan lumatannya. Bibirnya tampak tersenyum, melihat gadis kecil itu mematung di tempatnya dengan mata terbuka lebar.
"Kenapa? Apa kau tak pernah disentuh seperti itu oleh seorang laki-laki, Nona?" biskk Chen Liao Xuan.
Plak!!
Amarah Anqier membuncah, wajahnya tampak memerah, kemudian dia mengusap bibirnya dengan kasar. Bahkan, air mata itu sudah menggantung di pelupuk matanya.
"Kau jangan kurang ajar!" marah Anqier dengan suara yang bergetar. "Kau pikir aku ini apa, hah? Aku adalah seorang anak dari tabib yang terhormat! Yang bahkan pantang bagiku untuk disentuh laki-laki mana pun sebelum kami melakukan malam pertama pernikahan! Aku bukan budak, bukan tawanan, bukan dayang-dayang, atau wanita murahan yang ada di rumah border yang bisa kau lecehkan seperti ini, Tuan! Apa kau tak punya malu, huh? Setelah kebaikanku menyelamatkanmu, kau malah berbuat hina kepadaku!"
Anqier langsung beranjak dari duduknya. Tapi, dia merasakan sakit yang luar biasa pada selangkangannya. Dia nyaris jatuh, tapi dia berusaha untuk bisa berdiri dengan tegap kemudian kembali memandang laki-laki itu dengan mimik wajah lebih sengit dari pada tadi.
"Ingat, Tuan, mulai hari ini, jangan pernah muncul di hadapanku!"
Setelah mengatakan itu, Anqier langsung pergi. Langkahnya tertarih kemudian dia memegangi salah satu pohon karena dia tak kuat untuk berjalan. Ada apa ini? Kenapa tenaganya seolah habis? Tubuhnya sangat lemah luar biasa, dan selangkangannya terasa nyeri dan sakit. Apa yang terjadi semalam? Apakah semalam laki-laki itu menyiksanya, atau mengambil energinya sampai dia menjadi seperti ini? Sebab dia ingat betul apa yang dilkatakan oleh ayahnya, dia harus menjaga tubuhnya baik-baik. Karena dari dalam tubuhnya, ada energy suci yang tak semua orang memilikinya.
"Apa yang terjadi kepadaku?" rintih Anqier, keringat dingin mulai membanjiri keningnya, kemudian dia nyaris ambruk, sebelum Chen Liao Xuan menangkap tubuhnya dengan sempurna.
Napas Chen Liao Xuan agaknya tersengal, dia merasa sedikit menyesal karena telah melakukan hal melebihi batas kepada gadis kecil ini. Biar bagaimanapun, dia dari Kalangan manusia, pasti apa yang dia lakukan semalam akan menyakitinya sampai seperti ini.
Chen Liao Xuan, membuka mulut gadis kecil itu, kemudian dia memberinya separuh tenaga dalamnya untuk mengembalikan tegana dari gadis kecil itu.
Vous aimerez peut-être aussi
Commentaire de paragraphe
La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.
De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.
OK