Télécharger l’application
27.02% Love you, My Prince / Chapter 10: Tentangmu

Chapitre 10: Tentangmu

"Tuan!. " beberapa orang terdengar berteriak dari belakang. Si pria tua dan dua orang wanita yang berpakaian seperti pelayan berlari cemas menghampiri kami.

"Kenapa ini? Kamu apain dia, hah?!." Si pria tua terlihat sangat marah

"Aku, aku juga nggak tau. Kita lagi ngobrol terus tiba tiba dia pingsan gitu aja. Aku juga nggak ngerti." Kataku yang sama paniknya dengan mereka.

"Kemari. Biar saya yang bawa dia masuk. "

Pak kumis tua itu mencoba menarik tubuh Preinan dariku.

Tapi, aku merasa sedikit nggak tega kalau dia yang membawa Preinan. Gimana kalo nanti mereka malah jatuh lagi? Ah...

"Jangan. Nggak apa apa, pak. Biar aku yang bawa dia masuk." aku merangkul dan membopong tubuh Preinan naik.

"Bapak tunjukin aja kamarnya dimana dan kalian berdua, panggil dokter secepatnya. "

Kedua pelayan wanita itu mengangguk dan berlari kedalam rumah. Sementara aku berjalan mengikuti si pria tua yang melangkah tergesa gesa.

Ah, merepotkan saja. Lagipula dia ini kenapa sih..

....

Seorang dokter pribadi sedang memeriksa dia sekarang. Aku duduk disofa dekat jendela kamarnya sambil memijat tanganku yang pegal. Ah, aku tidak tau kalau kamarnya ada dilantai tiga. Aku harus naik tangga sambil membawa tubuhnya juga. Sangat melelahkan. Badanku jadi sakit semua.

Seorang pelayan datang dan mengetuk pintu yang terbuka sambil membawa baki air dan cemilan. Dia menaruhnya di meja kecil di depan ku lalu berjalan kembali keluar.

Aku memperhatikan seluruh isi ruangan ini. Semuanya sangat menakjubkan. Interiornya memang sederhana tapi dengan dekorasi yang elegan membuat ruangan ini sangat rapi dan berkelas. Dia memang benar benar orang kaya.

Dokter tadi berjalan ke ambang pintu dan bicara pada pak tua berkumis. Aku menyondongkan tubuhku kedepan agar bisa mendengar mereka dengan jelas.

Kepo? Ya, emang.

"Dia tidak apa apa. Saya juga kurang yakin dengan gejalanya. Tapi, kalau ada yang salah waktu dia bangun. Kalian bisa bawa dia langsung ke rumah sakit. Oh, ya. Apa dia punya keluhan atau sesuatu yang lainnya?." Kata dokter

"Akhir akhir ini pola makannya memang sangat buruk. Setelah gula darahnya rendah beberapa hari lalu, kesehatannya jadi kurang bagus." pak tua itu menjelaskan dengan suara yang terdengar takut.

"Ah, begitu. Tolong pastikan saja dia makan dengan benar dan tepat waktu sekarang. Saya akan kasih resep, nanti kamu bisa langsung ambil. Jangan abaikan ini lagi, kalau kalian tidak mau dapat masalah."

"Baik. Terimakasih sudah datang kemari."

"Saya tidak akan memberitahu Pak Ronald. Tapi, tolong lebih hati hati lagi ya, pak Eko."

"Baik baik. Mari biar saya antar kebawah."

Dan setelah itu mereka berdua pergi. Dan meninggalkan aku sendirian disini.

Pembicaraan yang sedikit aneh menurutku. Ah, lagi pula aku nggak terlalu mengerti yang begituan. Tapi, kayaknya Preinan baik baik saja.

Aku berdiri dan berjalan menghampiri ranjangnya. Dia hanya terlihat seperti tidur saja menurutku. Tidak ada hal aneh apapun yang aku rasakan.

Hah...

Aku lebih yakin kalau dia hanya sedang berpura pura. Dan ingin mengerjaiku saja. Tapi buru buru aku tepis jauh jauh keyakinan itu di kepalaku. Toh, gak baik kalo aku suuzon tanpa alasan.

"Hei, kamu tuh kenapa sih? Bikin orang repot aja, tau nggak? Mana pingsan gak pake bilang bilang lagi. Kan kaget." aku menggerutu kesal.

Ah,.. apa sekarang aku yang gila?!, Ngajak ngomong ke orang yang nggak sadar.

Hah.. Biarlah..

Aku juga baru ngeh kalau dirumah sebesar ini, dia hidup sendiri. Dari tadi aku perhatiin, nggak ada orang lain selain si pak tua itu dan beberapa pelayan wanita.

Dimana orang tuanya?.

Apa dia yatim piatu? Eh, It's very impossible menurutku.

"kamu masih disini?. "

Suara dari balik pintu itu mengejutkanku.

"Ah, Iya. aku mau tungguin sampe dia bangun." jawabku agak canggung.

"Tidak perlu. "

"Euh, Ya sudah, sampe orang tuanya datang aja."

"Tidak akan ada yang datang, jadi buruan pergi." Dia benar benar sangat ketus

"Kenapa orang tuanya nggak dateng?. "

"Itu bukan urusan kamu. Saya juga tidak tahu kamu siapa, jadi jangan ada disini terlalu lama. Saya tidak mau kalau harus mengawasi kamu terus. "

"Tapi pak, sebentar aja, ya?, "

"Ah, Saya lupa. Terimakasih karena sudah mau membantu membawa tuan kemari. Tapi, sekarang kamu benar benar harus pergi. "

"Bapak tuh nggak ngerti. Aku kemari karena mau menebus kesalahan aku sama Preinan beberapa hari yang lalu. "

"Apa maksud kamu." Mendengar perkataanku, dia sekarang mulai menatapku curiga.

"Sebenarnya, aku... yang bikin dia sakit kemarin lalu. Dan aku kesini untuk minta maaf langsung sama Preinan, karena dia nggak datang ke sekolah. "

"Ahhh, jadi kamu orangnya. Kamu ini ya.. "

Dia menatapku dengan kesal dan menarik kerah bajuku keatas.

"Maaf, aku benar benar menyesal. Aku benar benar minta maaf. Aku janji aku akan ganti rugi semuanya. Tolong lepasin."

Dia akhirnya melepaskan lengannya dari bajuku dan mundur selangkah.

"Dengar. Kamu tidak tahu apa yang semua orang alami karena hal konyol yang kamu lakuin. Hah, anak jaman sekarang memang menyusahkan. " Dia terlihat melonggarkan dasi di dadanya dan duduk disofa.

Untuk beberapa saat dia terus menghela napas dan memejamkan matanya sambil bersandar seperti orang yang sangat lelah. Aku sama sekali nggak ngerti apa yang terjadi disini. Apa yang sebenarnya dia maksud?. Semuanya sangat membingungkan.

Tanpa berpikir panjang aku duduk disisi lain sofa sambil terus memperhatikannya.

"Kamu tahu?." Dia kembali bicara.

"Tentang apa?." tanyaku polos.

Dia membuka matanya dan menatap kearahku. "Gara gara ulah kamu, beberapa orang dipecat dari sini. "

"Maksud bapak apa, aku nggak ngerti?." aku mengerutkan alisku dan menatapnya dengan bingung.

"Hari itu, dokter bilang gula darahnya turun drastis dan nyaris fatal. Mestipun saya tidak tahu pasti kejadiannya, tapi tuan besar sangat marah. Dia menyalahkan kalau pelayan yang waktu itu tidak becus bekerja. Dan membiarkan tuan preinan pergi tanpa makan apapun. Beberapa asisten dapur dan tukang masak juga dinggap tidak berguna lalu dipecat begitu saja tanpa pesangon. Dan kamu tahu? Tidak ada orang yang menyangka kalau tuan preinan ternyata dibully di sekolah barunya sama kamu. Tuan preinan sendiripun tidak bicara apapun. Ahh, kalau sampai tuan besar tahu semua. Hidup kamu pasti tidak akan tenang."

Dia menjelaskan panjang lebar tentang cerita dibalik kelakuanku yang bahkan aku sendiripun tidak menyangka akan sampai kesana.

"Aku minta maaf... Aku benar benar nggak tau kalo semuanya bakal sekacau itu, dan lagipula kalo dia nggak bolos waktu itu. Saya juga nggak akan hukum dia."

Tapi mendengar perkataanku dia terlihat sedikit terkejut. "Bolos?."

"Iya... Dia bolos sampai tengah hari. Makanya aku kasih dia hukuman."

"Ahh, anak ini ternyata masih tidak berubah. Tapi, saya tidak kaget. Karena anak nakal seperti dia memang tidak pernah berhenti. "

"Maksud bapak?. " tanyaku yang masih bingung

"Tuan memang suka kabur kaburan. Terakhir kali waktu itu dia lari dari rumah sampai Papanya nelpon polisi dan ikut keliling mencari. Dia benar benar anak yang menyusahkan."

Eh, kejadian yang waktu itu, ya?

"Tunggu! Aku masih nggak ngerti, deh. kenapa dia bisa kayak gitu?. "

"Awalnya saya pun nggak ngerti. Tapi, memang Papanya jarang sekali pulang. Mungkin itu sebabnya dia nyari perhatian. Tapi, kejadian waktu itu sangat membuat tuan besar marah. Makanya dia terus dikawal. Tapi, tuan Preinan juga marah dan tidak terima. Alhasih, saya yang jadi korban karena harus ngejagain dia 24 jam. "

"Emang Mamanya kemana?." Jiwa kepoku masih saja belum puas.

"Orang tuanya sudah lama cerai, Mamanya di luar negri dan dia lebih milih tinggal sama Papanya disini."

"Tapi ya pak. Kenapa Papanya nggak nikah lagi aja? Biar Preinan ada yang ngurusin." ucapku sok ikut campur.

Dia tertawa. "Heh anak kecil, siapa yang mau menikah dengan orang yang tidak pernah pulang kerumah. Wanita manapun nggak ada yang mau, apalagi harus ngurus anak nakal ini sekaligus."

"Ah, jadi gitu ya. Benar juga sih."

"Anak yang lahir dari keluarga yang kaya biasanya memang manja tapi kurang kasih sayang. Yaa begitulah. Lagipula ngapain saya cerita semuanya sama kamu. Tidak ada gunanya."

Aku sedikiit tertawa mendengar itu "Aku tau bapak pengen banget cerita, kan? Gak usah sungkan."

Dia mendengkus geli "Sok tahu kamu."

"Buktinya bapak cerita tanpa aku tanya, tuh"

Dia kembali tertawa. "Di rumah besar ini, tidak ada yang mau mengobrol dengan pria tua sepertiku. "

"Tapi bapak orang baik, kok. "

"Memang iya. Hanya saja mereka sering menganggapku kolot dan ketinggalan jaman."

Aku terkekeh. "Mereka emang benar. "

"Heh, dasar anak nakal."

"Maaf... Maaf. "

Kami saling berbincang sejenak dan membahas apapun yang terlintas dikepala kami. Meski kebanyakan memang tentang Preinan si anak nakal kesayangan ayahnya ini. Tapi, itu bagus karena aku bisa tahu banyak tentang dia tanpa harus susah susah mencari informasi.

Dia menengok arlogi hitam ditangannya dan terlihat serius. "Ah, ini sudah waktunya makan siang. Bapak mau periksa kedapur dulu. Kamu, terserah. Mau pergi atau tetap disini sesukamu. Tapi jangan sentuh apapun. Mengerti?. "

"Iya." Dia beranjak dari duduknya dan pergi dari ruangan meninggalkanku sendiri.

Hahhh.. .

Sekarang aku harus apa? Menunggunya bangun membuatku sangat bosan.

Tapi, tak lama ponselku berdering.

Uh, sial! Fiya menelponku.

Aku benar benar lupa soal konser itu....


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C10
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous