Sejam kemudian, Cia yang sudah kelelahan menghampiri mamanya yang duduk di kursi tunggu. Peluh keringat membasahi dah Cia membuat Bianca reflek mengusap keringat Cia.
"Ma, Cia bosan. Udahan nih," rengek Cia.
Bianca berpikir sejenak. "Apa lebih baik aku kabur ya? Aku ogah banget nikah sama Kenzo," gumam Bianca.
"Nak, tunggu," kata Bianca saat melihat Cia berlari menjauh dari dia.
"Kenapa, Ma? Cia hanya ingin jajan aja kok," tanya Cia.
"Kita harus kabur dari sini sekarang juga, Nak," kata Bianca.
"Kabur lagi?" tanya Cia menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa? Kamu suka yang dekat Uncle Kenzo?" tanya Bianca.
"Suka sih. Dia ngebahagiain Mama, enggak kayak papa yang sudah jahat sama kita, terus si Uncle Jo juga baik banget. Uncle Jo ngurusin Cia pas Mama sibuk," jawab Cia dengan mata berbinar.
"Nak, kita lebih baik pergi dari sini," kata Bianca.
"Pergi ke mana, Ma? Emang Mama tahu dimana tempat yang bagus dan aman?" tanya Cia.