Télécharger l’application
70.21% ueueue / Chapter 33: accident#33

Chapitre 33: accident#33

"Ih apaan, mint nya ngeselin banget anjir" gerutu Sing pada film yang ia tonton.

Di sabtu sore ini, Sing sedang menonton series thailand ditemani snack kecilnya,

Dan juga seseorang yang masih saja asik memasukkan kepalanya ke dalam bajunya.

Entah dalam maksud apa, orang itu hanya ingin berdiam di dalam sana untuk waktu yang panjang.

"Ihh?? Asli si kao cium pete?? Yeayy!!" Soraknya. Ia bahkan tak peduli pada Max yang sudah menciumi perutnya itu.

Fyi saja, semenjak Sing berpacaran dengan Max, lelaki kecil itu sudah mulai malas mempertahankan abs nya.

Lagipula ia tidak ingin kelelahan lagi saat kardio. Max pun sudah terlalu bucin padanya, jadi apa gunanya lagi abs itu dipertahankan?

Sudah berpacaran dengan Max yang senang menyemil, ditambah tidak boleh melakukan pekerjaan berat, kini perut Sing hanya berbentuk datar saja.

"cepet jadian sih aelah, kelamaan pete nya segala mikir mikir dulu ih" komen nya masih mendalami film itu.

"Nanti di season dua mere--" ucapan Max terpotong saat Sing menepuk kepalanya dengan cepat.

"Gada spoiler aa' ih, Harit kan pen tau sendirii" ujarnya. Max tertawa kecil, suaranya teredam di dalam sana. Sing fokus menonton sambil mengelus kepala Max yang masih senantiasa berada di dalam baju nya.

"Tangannya jan nakal aa' Max" tegur Sing saat jemari panjang itu sudah memainkan dadanya.

"Yaelah kan cuma gini doang sayang, hehe" jawabnya lalu kembali lanjut memainkan nya dengan senang.

Ada ada saja.

Diluar sana sedikit berangin, cuaca agak mendung tetapi masih lumayan cerah. Sangat cocok untuk chill seperti itu.

Sing mulai terusik, lama kelamaan hal yang dilakukan Max pada tubuhnya mereaksikan sesuatu.

"Nghh~~" lenguh Sing tiba tiba saat Max mulai memberikan hickey disana.

Walaupun sudah begitu, ia tetap lanjut menonton dan membiarkan lelaki itu memainkan tubuhnya.

"Aa' pelan pelaan~" ucapnya sambil menepuk bahu lelaki itu.

Max mengeluarkan kepalanya, Sing kira ia sudah selesai, tapi ternyata  tidak.

Lelaki itu mengangkat kaus Sing hingga terlepas, lalu kembali masuk ke selimut dan menyelimuti ia dan Sing.

"Nah kan gini enak" katanya senang lalu memeluk Sing erat.

"Ada ada aja si aa' mah" gumam Sing. Ia lalu mendekatkan tubuh setengah telanjangnya itu agar menempel pada Max, lalu kembali menonton filmnya.

"Sayang, masa aa' mau toast nya Harit sih?" Ucap Max sambil mengelus perut dan meremat pinggang Sing.

"Aa' mau rasa apa?" Tanyanya. Ia lalu mempause filmnya dan mendongak untuk menatapnya.

"Yang keju susu, hehe. Buatin na?" Pintanya.

Sing mengangguk. Ia lalu bangkit berdiri, dan langsung pergi ke dapur walaupun masih shirtless.

Max menyusulnya, ia lalu duduk di minibar sambil menatap lelaki kecilnya itu membuatkan makanannya.

"Oh iya sayang, tadi malem waktu aa' baru selesai landing, mama telpon" lapornya.

"Ih iya?? Apa katanya?"

"Nanya sibuk apa engga, trus aa' jawab masih lumayan sibuk, kan dari minggu kemaren padet terus. Nah katanya kalo udah gak sibuk disuruh ke sana"

"Ooh, trus kapan aa' gak sibuk?"

" hari ini nyampe lusa, jadwal kosong kok. Nanti aa' pesen tiket dulu" jawabnya lalu segera mengambil laptop yang ada di minibar, dan memesan tiket.

"Kenapa ya mama minta kesana?" Bingung Sing.

"Mungkin kangen sama anak gadis nya, wkwkwwk" ucap Max sambil tertawa membuat Sing menatapnya datar.

"Lah gini gini Harit juga masi cowok ya, ih" gerutunya.

" iyaa, cowok. Cowok imut imut gemoy gemesin pacarnya Max kan?" Goda nya lagi.

"Gak imut ya, macho"

"Iya macho, macam chowok, awoakwoawok"

"Ih aa' mah!!" Kesal Sing. Ia lalu segera menyelesaikan toast yang diminta kekasih jangkungnya itu selagi ia memesan tiket.

Keduanya menikmati waktu santai di sore hari itu, dan pada keesokan harinya mereka pergi ke rumah keluarga Sing yang ada di tangerang.

"Panas banget ih di luar" gerutu Sing saat mereka baru saja turun dari pesawat.

"Sinian makanya" tarik Max membuat Sing kini berada di rangkulannya dan lelaki itu menutupi sebagian kepala hingga bahu Sing dengan hoodie yang ia sampirkan.

"Mobilnya udah sampe?" Tanya Sing yang sedang memegang ujung baju Max sementara lelaki itu menggiringnya ke tempat pengambilan bagasi.

"Udah kayaknya" jawabnya. Ia lalu menyadari bahwa lelaki kecilnya itu sejak tadi memegang ujung bajunya. Kemudian ia menarik Sing untuk dirangkul erat sementara lelaki kecilnya itu membuka ponsel.

"Kata mama makan siang di rumah aja" lapornya.

Max sedang mengambil koper nya (baju dia dan Sing dijadikan satu koper), ia lalu menatap Sing sambil kembali merangkul dan menggeret koper itu keluar.

"Oh yaudah deh"

Keduanya segera pergi ke rumah Sing, tidak jauh dari bandara sebenarnya.

Dan sesampainya disana, mereka langsung di sambut oleh sekeluarga besar Sing yang sudah menunggu nya sejak tadi.

"Nah ini dia calon mantu" ujar sang papa sambil membawa keduanya masuk ke ruang tengah.

"Astaga cakep banget?? Wah lu kaga bilang bang kalo pacar lu ganteng" komen seorang lelaki berambut cokelat yang merupakan sepupu Sing.

"Ngapa gue harus laporan sama lu bambank?" Ucap Sing.

"Ayo duduk, disini nih biar gampang diliatnya" ucap tante Sing membuat Max segera duduk di tempat tadi.

Mereka memutuskan untuk duduk santai di ruang tengah, beralaskan ambal dan sudah berkumpul melingkar.

Kebanyakan keluarga Sing adalah lelaki, hanya tante dan juga sepupu kecilnya yang perempuan, ah nenek nya pun.

"Nah jadi ini orang yang udah aku ceritain tadi" kata mama Sing sambil menatap Max.

"Namanya siapa??" Kepo sepupu laki laki itu pada Max.

Sebut saja dia Mike. Dia dua tahun lebih muda dari Sing.

"Namanya Max Brasier, dah gosah kepo lagi lu" sewot Sing membuat Mike menatapnya sengit.

"Aih baru ketemu udah ribut aja ni dua bocah" ujar sepupu Sing yang lebih tua, namanya Neo.

"Oh iya Max, katanya udah kerja ya? Kerja nya lancar?" Tanya tante Sing.

"Kerjaan Max lancar kok te" jawabnya masih sedikit canggung.

"Dia udah jadi pilot nih" sambung ayah yang baru saja kembali dari kamar. Yang lain pun menatapnya kepo.

"Wah? Pilot nih? Maskapai apa?" Tanya Neo.

"Air Asia International Airlines" jawabnya sambil menatap Neo.

"Hadoh bang, lu lucky banget sih? Kerjaannya rebahan makan tidur kok bisa dapetnya yang kayak bang Max" ujar Mike membuat Sing membulatkan matanya.

"Heh budi!! Asal jeplak aja lu. Trus kenapa emangnya?" Sewotnya lagi membuat Max tertawa kecil.

"Kapan mamah sama papah kesini? Katanya kemaren mau dateng sekeluarga nih" tanya mama.

"Kata mamah tunggu jadwal pada kosong dulu ma, soalnya Max juga masih padet flight" mendengar itupun sang mama mengangguk.

"Ini anak gadis mama kok merengut aja sih daritadi ih?" Sing yang merasa ternotice pun menatap mamanya yang ada di samping Max.

"Ih gak mama gak Max, sama aja. Sing bukan anak gadis ya" omelnya. Yang lain tertawa, apalagi Neo dan Mike.

"Bhahahah anjir!! Lu dikatain anak gadis bang? Cucok meong lah pokoknya awoakwoawok!!" Kata Mike.

"Setuju ma, Sing gaada cowok cowoknya emang, wkwwk!!" Lanjut Neo.

"Iih nyebelin bat si anjir ah, mending gue cari makan aja dah" ujar Sing lalu bangkit berdiri dan meninggalkan mereka.

Yang lain semakin tertawa, Sing memang sering begitu jadi sudah biasa.

_________________________________________


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C33
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous