Gadis itu menggigit bibir nya menahan isakan ketika tubuh Vino kini terpendam selama nya di dalam tanah. Dulu ia pernah berpikiran bahwa setelah keadaan keluarga nya membaik, maka yang ia tahu hanya lah cara untuk tertawa, namun ternyata hidup memang tak seindah itu.
Harus nya ia sadar, mungkin hari ini ia akan tertawa terpingkal pingkal, tapi tidak ada yang tahu esok nya akan bagaimana, bukan? Bisa saja besok ia akan menangis tanpa henti. Bisa juga sebalik nya, mungkin hari ini ia akan menangis tanpa henti, tapi tidak ada yang tahu esok nya akan bagaimana, bisa saja besok nya ia akan tertawa terbahak bahak.
Pandangan menuju pemakaman itu terhalang oleh Bryan yang tahu tahu sudah berjongkok di depan kursi roda nya. Bryan mengulur kan tangan nya untuk menyeka air mata Karin sebelum merangkum pipi Karin erat.
"Percaya sama kakak, dia bakalan sedij banget kalau lihat kamu terus terusan nangis."