Ratih membuka matanya ketika melihat bayangan Sam muncul dari balik pintu. Entah sejak kapan lelaki itu pergi, Ratih tidak menyadarinya. Yang ia tahu ketika Sam kembali dengan membawa makanan di tangannya.
"Nasi goreng, gak apa-apa kan?" tanya Sam. Ia meletakkan bungkusan itu di meja samping kasur.
"Gak apa-apa, lo mau beliin maka aja gue udah bersyukur."
Sam pun tersenyum, lalu mengamati Ratih yang mulai membuka bungkusan pemberiannya.
Karena kosnya bebas dan tidak banyak orang yang bergosip seperti kos Ratih. Jadi untuk sementara hidup Ratih terjamin untuk sementara waktu, tapi Sam tak tahu sampai kapan dia bisa menampung Ratih karena uang kiriman dari orang tuanya hanya cukup untuk menghidupi dirinya saja.
"Lo serius mau jadi guru les? Iya sih gajinya gede, cuma lo gak capek?"
"Mana ada sih Sam kerja gak capek, rebahan seharian aja capek."
"Ya sih."
"Nadila—dia pasti gak pernah ngerasain hidup susah kek gue kan, Sam?" tanya Ratih tiba-tiba.