Hiro akhirnya menyerah, dia duduk di meja makan setelah Ratih menyelesaikan masakannya.
"Kayaknya Nadila bener-bener gak suka kamu pacaran ya?" Ratih meletakkan panci yang berisi kare dan juga tempe yang tadi sudah dia goreng.
"Ya begitulah, mungkin salahku juga karena dulu aku gak pernah izinin dia pacaran. Makanya dia begini."
Hiro terdiam sejenak. Membayangkan hal yang belum lama ini terjadi. Anehnya mengapa jantungnya berdebar tiap kali dia teringat dengan kejadian di mana Nadila mencium bibirnya.
Apakah karena ini pertama kalinya Hiro merasakannya? Ciuman itu adalah ciuman pertama mereka berdua, jadi apakah wajar kalau Hiro merasa berdebar seperti itu?
Ketika berhadapan dengan Nadila, matanya kadang tak lepas pada bibir Nadila yang sempat menggodanya malam itu.
"Kamu kenapa?" tanya Ratih.
"Heh?"
"Kamu megangin bibir kamu, lagi sakit?" tanya Ratih.
Hiro menggelengkan kepalanya. "Lagi mikir."
**
Nadila tak tenang, apalagi tahu kalau Hiro sudah jadian dengan Ratih.