"Waktu dan tempat kedatangan monster-monster itu nggak jelas, Rav. Menurutku, mereka itu emang dikirim buat mancing bidadari biar pada muncul," terang Stefan, duduk di sofa ruang tengah sambil memegang stik konsol video game. Jari-jemarinya begitu terampil menekan tombol-tombol di stik itu.
Rava fokus menatap layar televisi yang menampilkan grafis dua lelaki yang bertarung. Tak kalah dengan Stefan, ia terus menekan-nekan tombol di stiknya dengan cepat dan akurat. Begitu karakternya mengalahkan jagoan Stefan, Rava baru menjawab, "Aku juga mikir gitu. Kayaknya, siapa pun yang ngirim mereka itu nggak bisa mendeteksi lokasi para bidadari. Kalau bisa, mereka udah ngirim monster ke tempat bidadari tinggal di bumi."
Stefan menyandarkan punggungnya ke sofa, mendesah pelan. "10-0. Aku kalah lagi."
Taraaa! Karena ada kabar baik, yakni cerita ini masuk recommended, jadinya tetap update untuk memanfaatkan momentum. Hehe.
Ngingetin lagi, mulai Maret, kalau nggak ada halangan bakal update setiap hari. Pokoknya jangan kelewatan.
Mungkin pada ngerasa aneh kenapa di depan judul masih dikasih angka. Soalnya, penulis akan sering make timer buat upload, dan karena di draft timer gak ada penomoran, jadinya kelewat dan gak sesuai dengan bab di word. (penulis emang copas dari word)