"Selamat Bro."
"Terima kasih."
"Kamu gugup?" Tanyaku karena Bob tampak gugup.
"Oke, gua tidak boleh kencing… tapi tidak gugup, hanya gua rasa sedikit emosional. Gua tidak sabar untuk memanggilnya istriku." Jawab Bob yang terlihat bahagia dari raut wajahnya, tapi sedikit tegang.
"Tumben lu tepat waktu." Sapa Alex memotong pembicaraan. Dia memasang senyuman miring dan satu lagi komentar paling klasik karena langsung dilontarkan dari wajahnya. "Tapi baju apa ini yang lu kenakan?"
"Gaun pengantin!" Zack mengomel dengan bisikan kasar. Kamu tidak bisa bersumpah di gedung ini.
"Sial ya. Sial, gua melakukannya lagi. Sungguh sial, maaf." Zack bingung seolah-olah dia memiliki semacam kelainan.
"Ceritanya panjang." Jelasku, mengacu kembali ke pertanyaan aslinya.
"Lu lupa mengambil jasmu kan?" Tanya Zack.
"Gua tidak lupa. Gua hanya tidak tahu kalau jas gua ketinggalan di hotel tempat gua menginap beberapa bulan yang lalu. "
"Sama saja dengan lupa?" Zack tertawa.
"Apa?" Aku membalas. "Itu karena terlalu sibuk."
"Gua tahu kenapa Dit. Hanya sebuah omongan besar di mulut lu. Dari mana lu mempelajarinya?" Ejek Zack
"Menjauhlah dari gua. Gua bukan orang yang benar-benar bodoh."
"Ayo, beri tahu gua." Zack menekan dengan senyum mengejek.
"Oke." aku mengakui dengan desahan yang kalah. Oke, gua saat itu ada acara yang sangat penting yang harus gua hadiri saat bersantai di hotel tanpa melakukan apa pun di malam hari. Acara itu diisi dengan kuis dan pertanyaan intelektual dan gua telah belajar banyak hal baru selama beberapa bulan yang lalu. "Taruhan, lu pasti tidak tahu simbol kimia untuk natrium?"
"Duduk," Alex memotong pembicaraanku. Mobil Sassy baru saja tiba. Secara naluriah mataku mengarah ke belakang gedung, dan benar saja ada keributan kecil yang terjadi di luar. Omong-omong, Alex berbisik di telingaku sebelum aku duduk.
"Sok pintar".
Lalu setelah memberi Zack ciuman singkat di pipi, dia berlari pelan di sepanjang lorong dan menuju pintu yang terbuka.
Seorang wanita tua berpakaian seperti putih susu yang goyah mulai memainkan musik yang menyedihkan di organ besar di depan gedung dan segera semua orang memperhatikannya. Jadi aku pun ikut melihat. Aku melacak pandangan orang-orang yang berdiri di samping ku ke arah belakang gedung, dan di sanalah dia.
Tanpa diragukan lagi wanita tercantik yang pernah aku lihat selain Angel, Sasy masuk dengan megahnya, menggandeng lengan Alex saat mereka berjalan dalam langkah kecil menuju ke arah kami.
Semua orang menatap Sasy, tidak bisa sesuatu pun dapat mengalihkan pandangan darinya. Gaun satin putihnya bersahaja - pas dan halus dengan potongan v dalam di garis leher. Semua itu sangat sempurna, dan faktanya memang menakjubkan.
Ketika mereka sampai di pelaminan, Alex membawa tangan Sasy dengan lembut sebelum meletakkannya ke tangan Bob. Aku belum pernah sebelumnya melihat ekspresi pengantin wanita murni seperti itu di mata pria sebelumnya.
Aku melihat Bob memandangi calon istrinya. Dia tersenyum begitu lebar, sangat bangga, dan matanya berbinar karena cinta. Saat itu juga aku melihat cinta yang begitu besar, seperti cintaku pada Angle. Meskipun aku tidak terlalu memahaminya.
"Dit," Rain langsung berbisik ke telingaku. "Lu menangis?" Dia melanjutkan dengan seringai yang tampak seperti makan kotoran di wajahnya. Aku bersumpah Rain adalah raja seringai pemakan kotoran, dan lebih sering dari ini sifat Rain yang sebenarnya dari kecil.
"Tidak." Bentakku, mengedipkan setetes air dari mataku. "Gua kepanasan, itu saja."
Aku harus membereskan semua itu sebelum aku merusak reputasiku. Tapi sial, siapa yang tahu pernikahan itu sangat mamacu emosional. Aku belum pernah ke pernikahan sebelumnya.
Sebenarnya aku hanya pernah ke pernikahan sekali sejak aku masih kecil dan itu pernikahan anak paman ku Jason. Bahkan itu tidak semenarik ini. Meskipun dalam keluarga, aku rasa mungkin karena anak paman ku Jimmy adalah seorang yang brengsek.
Emosi yang mengalir liar di nadi ku sangat cepat berubah menjadi kebosanan ketika setelah hampir setengah jam acara ijab qabul nya masih belum di mulai karena ceramah yang begitu panjang lebar. Secara naif, aku pikir mereka akan langsung mengucapkan sumpah mereka, dan berfoto ria sambil memamerkan buku nikah mereka dan kita semua akan langsung berpesta. Tapi aku salah. Acara itu berlangsung selama satu jam dan ini adalah acara terlama dalam hidup ku, dan pada akhirnya aku dengan sengaja terus bergeser di tempat duduk ku untuk menahan diri agar tidak tertidur.
Kehebohan tepuk tangan di akhir ijab qabul menghidupkan ku kembali dan aku langsung berdiri, bersorak untuk Bon dan Sasy.
"Indah bukan?" kata Rain, membenturkan bahuku dengan bahunya saat dia bertepuk tangan.
"Ya, tentu saja."
"Jangan khawatir, aku yakin pestanya tidak akan terlalu membosankan." Rain tertawa sendiri, menggelengkan kepalanya sedikit. "Ingin melihat mereka saat berpose untuk di foto?"
"Sudah cukup kita berlama di sini? Ayo pergi." Ajakku yang merasa mulai bosan dengan acara ini.
"Orang-orang akan ramai sebentar lagi berdatangan." Kata Rain sambil mendorong ujung bajunya ke atas dengan jarinya untuk melihat jam tangan.
Kami langsung segera ke luar aula setelah Bob dan Sasy meninggalkan pelaminan. Kami meninggalkan mereka bersama tamu lainnya, semua tampak berdiri untuk berfoto di depan pelaminan yang mewah. Keamanan mengelilingi kami dan itu mengingatkan ku pada acara pernikahan anak pamanku.
Ada banyak pria di setiap pintu keluar aula, di luar ruangan, dan Mike supir pribadi Alex tampaknya ada di mana pun ketika aku melihat tiap sudut ruangan.
"Kalau begitu kita harus makan lagi sebelum aula ini penuh sesak," kataku, melambaikan gelas kosongku ke udara.
"Lu baik-baik saja? Pernikahan seharusnya menjadi acara yang membahagiakan dan lu terlihat menyedihkan hari ini."
Sedih? Apakah benar aku sedih.
"Tidak tahu". Aku mengangkat bahu. Sepertinya aku baru menyadari bahwa aku tidak akan pernah memiliki apa yang dimiliki Bob. Meskipun sekarang ini aku memiliki Angel. Tapi kenapa perasaan ku tidak sebahagia Bob. Apalagi sudah 2 hari Angel tidak ada kabar dan tidak bisa dihubungi.
Aku tidak pernah benar-benar menginginkan pernikahan seperti ini sebelumnya, tetapi hari ini…
"Lu baru berumur dua puluh satu tahun. Lu masih punya banyak waktu untuk santai." Seru Rain tersenyum, membuat aku bingung dan heran. Apakah Rain menginginkan aku untuk menikah. Tapi yang ku pikirkan tentang Rain...
"Tapi apakah gua harus secepat itu?" Seruku merasa bingung.
"Jika tidak, lalu tentang apa percakapan kita ini?" Sahut Rain terlihat lebih dewasa dariku, dan aku tidak pernah menyangka pemikirannya bisa seperti ini.
"Seperti yang gua katakan, gua tidak tahu. Lu tidak mengerti karena kamu masih bocah."
"Gua hanya dua tahun lebih muda dari lu."
"Segalanya terasa berbeda sejak tingkah lu yang selalu membuat gua kesal. Manja, rasa sayang, tak bisa ditinggalkan, pengen mandi berdua… Mengisi hari-hari gua dengan perasaan ketakutan. Gua tidak punya waktu untuk mengabulkan keinginan lu. Tapi sekarang? Sekarang lu malah bersikap seperti lu abang gua. Teman-teman lainnya telah menemukan pendamping hidup. Mereka menempuh hidup yang baru. Apa gua juga perlu melakukannya, Rain?. Coba lu kasih masukan."
"Kalau begitu kita akan...."
Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!
Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!
Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius
Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!
Saya sudah memberi tag untuk buku ini, datang dan mendukung saya dengan pujian!