Télécharger l’application
47.5% Ex-Bangsat Boys / Chapter 19: War Begin

Chapitre 19: War Begin

Pulang sekolah Yeri dan teman-temannya nongkrong di cafe dekat sekolah. Gadis itu sedari tadi manyun sambil mengaduk orange juicenya tanpa minat. Eh bukan sedari tadi ding, melainkan sedari kemarin dan kemarinnya lagi. Ia melamunkan Lucas yang mendadak hilang ditelan bumi. Pemuda itu sudah tidak pernah mengirimkan pesan padanya, nomornya juga tidak aktif. Gadis mana yang tidak galau jika di ghosting Mas crush? Kampret emang!

"Huft...". Yeri mendengus untuk yang kesekian kalinya. Geng Yeri yang sedari tadi ngerumpi pun mengalihkan perhatian pada gadis itu.

"Udah lah Yer, masih banyak kali ikan dilaut. Tinggal comot aja, ngapain sih galau mulu". Tegur Joice dengan santuy-nya.

"Ini cowok bukan modelan ikan dilaut ya Jo! Melainkan modelan Mas Vincenzo, ya gimana gue gak stress di ghosting?!". Rengek Yeri sembari memendamkan wajahnya dilipatan tangan. Cuma Mas Lucas aja nih yang bisa bikin Yeri cepet move on dari Mario. Cuma Mas Lucas aja yang bisa bikin seluruh otak Yeri isinya pemuda itu aja.

"Lo kan punya Abang yang relasinya banyak, kenapa gak minta tolong dia aja sih? Kalau cuma nyari Mas Vincenzo itu gampang lah". Timpal Wenda memberi saran. Yeri menimang saran Wenda, benar juga sih. Antek-antek dan relasi Abang-nya bukan main banyaknya. Kayaknya kalau buat nyari Lucas perkara gampang.

Baru saja gadis itu hendak menyahuti Wenda, namun suaranya terhenti. Mata gadis itu tak sengaja menangkap sosok pemuda berpakaian serba hitam yang tengah berdiri di seberang cafe. Yeri menutup mulutnya dengan tangan, pemuda itu adalah pemuda yang sukses membuatnya lesu akhir-akhir ini.

"Gue cabut bentar!". Tanpa banyak omong, Yeri langsung melesat keluar dari cafe dan mengejar pemuda itu.

"Loh! Yer! Yeriiii! Kesurupan kali ya tuh anak". Omel teman-temannya.

"Mas Lucas! Mas!". Panggil Yeri dari seberang jalan namun Lucas tidak mendengarnya. Lelaki itu sedang fokus pada ponsel yang dibawanya. Yeri terus memanggil pemuda itu, ia hendak menyeberang tapi jalanan masih ramai. Gadis itu mengumpat dalam hati, ya Tuhan please ijinkan dirinya untuk menjemput jodohnya.

"Haishh... bodo amat gue nekat!". Situasi jalan masih ramai namun Yeri terpaksa menerobos hingga jalanan dibuat kacau. Pengendara yang lewat mulai marah-marah namun Yeri tidak mengindahkannya. Gadis itu dengan gigih berlari menghampiri Lucas.

"Mas Lucas". Panggilnya dengan nafas terengah hingga siempunya nama menoleh. Mata Lucas membulat begitu tahu siapa sosok yang memanggil namanya.

"Shit! Gue gak boleh berhubungan sama cewek itu lagi". Batinnya sebelum berjalan dengan cepat menjauhi Yeri. Yeri yang diabaikan pun tidak terima. Gadis itu mengejar Lucas meski kuwalahan.

Tugas Lucas sudah selesai, tidak ada alasan untuk terus berhubungan dengan Yeri. Pekerjaannya sangat berbahaya, ia tidak berniat menjalin hubungan dengan siapapun meski ia ingin.

"Mas Lucas tunggu! Aku mau ngomong!". Teriak Yeri.

"Mas! Please!". Mohon Yeri namun tetap saja Lucas tidak mempedulikannya. Sekali Yeri tertarik pada seseorang, maka ia harus mendapatkannya. Persis sekali seperti Abangnya. Meski harus begging-begging begini, Yeri tidak peduli.

"Mas, kenapa sih...".

Bruggg!!!

Karena sudah tidak punya tenaga lagi, Yeri terjatuh. Kedua lututnya menubruk aspal. Lucas pun sontak menoleh kebelakang dan kaget melihat kerumunan orang yang mengelilingi Yeri. Pemuda itu langsung berlari menuju kerumunan itu. Ia mengurai kerumunan dan berjongkok didepan Yeri.

"Kamu gak apa-apa?". Tanya Lucas perhatian. Yeri mendongak menatap Lucas dengan sendu.

"Mas, aku tuh sayang...". Ujarnya dengan suara serak menahan tangis.

--Ex-Bangsat Boys--

Jeka mengeraskan rahangnya begitu membuka link video yang dikirimkan Ririn. Video itu menampakkan sosok Guan yang tengah membentak Unaya didepan banyak orang. Jelas lah Jeka tidak terima Unaya diperlakukan sekasar itu, ia sendiri saja begitu menjaga perasaan sang gadis. Lha kok orang lain seenaknya. Oke, Guan tunangan Unaya. Tapi apa pantas seseorang yang mengaku begitu sayang pada Unaya berlaku demikian?

Bagi Jeka, lelaki yang berani kasar ke cewek itu banci. Dih, ganti jenis kelamin aja sono!

Jeka bakal ikhlas lahir batin kalau Unaya memilih Guan, dengan catatan lelaki itu memperlakukan Unaya dengan baik, bertanggung jawab, bisa membahagiakan gadis itu. Tapi faktanya Unaya tertekan bersanding dengan Guan. Ditambah sikapnya begitu arogan. Fix! Jeka jadi semakin yakin untuk menikung Unaya.

"Lihatin aja, gue gak bakal biarin lo hidup tenang". Umpat Jeka sembari memasukan ponselnya kedalam saku celana. Pemuda itu bergegas menghampiri Unaya dan mengajak gadis itu untuk menemui Guan. Padahal tadinya males abis mau diajak ketemu sama Guan. Tapi setelah lihat video tadi, Jeka jadi gak sabar. Gak sabar buat nampol maksudnya.

"Hah?! Mendadak banget sih Jek? Katanya ntar sore atau maleman aja?". Protes Unaya karena sedang asyik-asyiknya me time. Ini si Jeka ganggu aja deh.

"Ck! Buruan. Ntar malem ternyata gue gak bisa, gue ada urusan". Sahut Jeka beralibi. Tahu gak sih? Jeka diam-diam mau atur rencana buat bikin perhitungan sama Guan nanti malam Melibatkan antek-anteknya? Jelas lah! Balik kayak jaman SMA dong? Hmmm... mungkin.

"I-iya deh. Tunggu, gue ganti baju dulu". Kata Unaya tergagap-gagap. Gadis itu mendadak ngeri lihat wajah garang Jeka.

"Hmmm... GPL! Gak pake lama!". Perintah Jeka. Pemuda itu duduk di sofa yang tadi diduduki Unaya kemudian mulai menyusun strategi di dalam otaknya.

"Tuh laki pasti bawa banyak ajudan, bisa gak ya antek-antek gue ngelawan? Udah lama gak berantem lagi. Si Victor udah loyo, kalau mati juga kasihan dia udah punya anak istri. Berlebihan gak sih kalau gue nantangin dia?". Pikir Jeka. Kalau dulu sekalinya emosi tanpa pikir panjang langsung serang gitu aja. Kalau sekarang posisinya sudah beda, apa-apa harus dipikir berkali-kali. Ia membawa nama baik kampus sekaligus kedai. Terlebih sudah dewasa juga, kalau bisa dibicarakan baik-baik kenapa harus pakai kekerasan?

"Hmmmm... lihat nanti deh". Gumam Jeka.

***

Saat ini Jeka dan Unaya sudah ada disebuah Mall. Tadi sudah menghubungi Guan dan lelaki itu sudah setuju untuk bertemu. Lokasi pertemuannya di foodcourt. Jeka merangkul bahu Unaya untuk menjaga gadis itu. Terpantau sudah banyak fans yang sedari tadi ngintilin mereka. Jeka tidak mau ambil resiko Unaya-nya lecet.

"Beneran nih gak apa-apa ketemuan di tempat yang terbuka kayak gini?". Bisik Jeka ditelinga Unaya.

"Gak apa-apa. Mereka pasti paham kalau gue butuh privasi". Sahut Unaya. Dan benar saja begitu masuk kedalam Foodcourt, fans Unaya dengan tahu dirinya berhenti mengikuti gadis itu dan hanya menatap dari jauh. Keduanya memilih tempat duduk dipojok, Jeka memesan makanan untuk tiga orang kemudian menatap Unaya lurus-lurus.

"Na, kalau nanti gue lakuin sesuatu yang sedikit nekat, lo bakal marah gak?". Tanya Jeka serius. Tangan pemuda itu menggenggam jemari Unaya. Fans Unaya tidak heboh melihat skinship antara idola mereka dengan Jeka. Mereka tahunya Unaya dan Jeka saudara kembar jadi santuy aja.

"Maksudnya?".

"Unaya!". Obrolan mereka terpotong karena kedatangan Guan. Unaya langsung menarik tangannya dari genggaman Jeka hingga membuat pemuda itu berdecih. Oh iya, Jeka juga gak sudi natap Guan. Jadinya pemuda itu menatap kearah lain dengan cueknya.

"Mas Guan". Unaya berdiri dan menyambut pelukan lelaki itu.

"Kenalin ini Jeka". Lanjut Unaya dengan canggung sembari menunjuk Jeka dengan dagunya.

"Saya Guan". Ujar Guan sembari mengulurkan tangannya kearah Jeka. Jeka tidak menjabat tangan Guan. Pemuda itu justru hanya menatapnya kemudian menaikan alisnya keatas seakan mengatakan; oh iya, gue udah tahu. Tapikan Guan gak paham kode-kode, dasar Jeka wkwk.

Melihat sikap tidak bersahabat dari Jeka, Guan menarik tangannya dengan hampa sambil menarik sudut bibirnya. Lelaki itu duduk disamping Unaya dan besikap sok mesra, sumpah Jeka rasanya mau muntah. Sementara itu Unaya merasa tidak enak pada Jeka, kentara sekali pemuda itu badmood abis. Diam-diam Unaya mengenggam tangan Jeka dari bawah meja, berharap Jeka-nya luluh dan tidak badmood lagi.

Dan hasilnya, voila! Jeka jadi mesam-mesem kayak orang gila gara-gara sentuhan Unaya. Raganya boleh jadi milik Guan, tapi hatinya milik Jeka dong ;)

"Na, aku udah bicarain ini sama Papa kamu. Gimana kalau acara pernikahan kita dipercepat". Kata Guan tiba-tiba.

"Ekhem...". Jeka tersedak ludahnya sendiri. Pemuda itu segera meneguk air, sengaja banget si kaleng roti bahas-bahas pernikahan didepan matanya.

"Eunggg... terus Papa jawab apa?". Tanya Unaya dengan mata bergerak gelisah, genggaman gadis itu dijemari Jeka semakin erat.

"Papa kamu udah oke. Katanya kalau dia oke, kamu pasti oke". Sahut Guan seenaknya.

"Papa selalu deh mutusin sendiri tanpa tanya pendapat aku". Keluh Unaya. Jeka melepas genggaman ditangan Unaya sejenak, pemuda itu mengambil rokok kemudian disulut. Mengamati tingkah Guan dan cara bicara lelaki itu pada Unaya. Terus menyimak obrolan keduanya hingga lama-lama ia muak sendiri. Guan adalah sosok lelaki dominan, gemar membuat lawan bicaranya terpojok hingga tidak bisa menolak. Kalau Jeka sih sudah terdeteksi tipe suami-suami takut istri. Bukan takut sih, tapi lebih ke menghargai. Ia hanya tidak tega membuat terluka wanita yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak.

Guan merasa tidak nyaman dengan bau asap rokok, obrolannya dengan Unaya terinterupsi karenanya.

"Tolong hargai orang-orang yang anti asap rokok. Kalau mau merokok silahkan keluar". Tegur Guan tegas. Jeka terkekeh sinis.

"Oh mau dihargain? Berapa?". Tukas Jeka yang hendak mengeluarkan dompet dari saku celananya. Tentu saja Guan merasa tersinggung dengan perkataan Jeka. Padahal ia sudah bersikap sopan tapi Jeka-nya malah kurang ajar.

"Rokok tidak baik untuk kesehatan! Bisa menimbulkan berbagai penyakit". Lagi-lagi Guan menasehati. Jeka tambah mau muntah karenanya.

"Mendingan gue sakit karena penyakit, ketimbang nyakitin cewek". Sindir Jeka. Unaya yang tidak enak atas sikap Jeka pun mencoba menegur pemuda itu tapi Jeka acuh.

"Maksud kamu apa? Kamu gak suka sama saya?! Ngomong!". Guan mulai tersulut emosinya.

"To the point aja. Gue gak suka cara lo memperlakukan Unaya". Kini Jeka dan Guan saling pandang dengan tajam.

"Jek, udah... Jek". Bujuk Unaya karena tidak mau menimbulkan keributan.

"Diem Na. Gue mau kasih tahu ke dia kalau lo gak pantes dibentak-bentak! Didepan umum lagi. Laki bukan sih?".  Cerca Jeka. Guan tersenyum miring sebelum menanggapi.

"Lantas urusan kamu apa? Unaya itu tunangan saya, terserah dong mau saya perlakuan seperti apa". Jawaban Guan sontak membuat Jeka semakin emosi.

"Dia baru tunangan lo Sat! Bukan istri!". Umpat Jeka. Pemuda itu hendak meraih kerah baju Guan namun segera ditahan oleh Unaya.

"Jek, please jangan". Mohon Unaya dengan suara parau. Karena tidak tega dengan Unaya, maka Jeka mengurungkan niatnya untuk menghajar lelaki itu.

"Sebentar lagi dia bakal jadi istri saya. Jadi kamu gak ada hak untuk ikut campur urusan kami". Jeka berdecih.

"Pede bener lo. Coba tanya, dia pilih lo apa gue?". Tantang Jeka langsung membuat Unaya gugup.

"Ya jelas pilih saya! Iya kan Unaya?".

"Eung... a-aku...". Sahut Unaya tergagap.

"Unaya? Kamu kenapa? Kamu mau kan menikah sama aku". Tanya Guan sekali lagi dengan pilu. Lelaki itu meraih tangan Unaya. Unaya menunduk sambil menggigit bibir bawahnya. Haruskah ia katakan semuanya? Inikah waktu yang tepat?

"Maaf Mas, semua ini bukan maunya aku. Tapi maunya Papa, Papa yang selalu maksa". Genggaman tangan Guan mengurai. Lelaki itu menatap Jeka yang tesenyum meledek dengan bengis.

"Jadi kamu lebih milih cowok yang kata Papa kamu gak jelas itu daripada aku?". Guan mulai nge-gas.

"Kalem aja Bro, gak usah nge-gas". Sahut Jeka karena tidak tega melihat Unaya ketakutan.

"Saya gak ngomong sama kamu!". Bentak Guan.

"Mas udah, Mas. Maaf aku gak bisa bohongin perasaan aku lagi. Aku cintanya sama Jeka". Akhirnya Unaya berkata jujur. Ia ungkapkan perasaan yang sebenarnya selama ini pada Guan.

"Jadi cinta ku selama ini gak ada artinya?".

"Maaf". Kata Unaya menyesal.

"Oke, gak apa-apa. Tapi jangan pernah menyesal sama keputusan kamu ini Unaya". Ujar Guan yang menyiratkan ancaman.

"Gak bakal nyesel!". Seloroh Jeka.

"Kamu...!". Guan menunjuk Jeka tepat didepan wajah pemuda itu.

"Saya tandain. Bakal terima akibatnya....". Lelaki itu beralih menatap Unaya yang sedari tadi betah menunduk.

"Kamu juga. Kamu yang mulai macem-macem. Kamu tahu siapa saya, Unaya". Setelah mengancam Unaya dan Jeka, Guan angkat kaki dari tempat itu. Unaya seketika lemas, mendadak overthingking. Ketakutan mulai singgah dalam dirinya, Guan pasti tidak akan tinggal diam. Jujur Unaya tidak siap menghadapinya dikemudian hari, belum lagi soal Papa-nya. Duh... beliau pasti mencak-mencak.

"Bodoh banget gue". Gerutu Unaya sambil menjambaki rambutnya. Ditengah kegundahan itu, Jeka menggenggam tangan Unaya lembut.

"Makasih udah berjuang". Unaya sontak menatap Jeka dengan mata berkaca-kaca. Keduanya lantas saling memandang dengan tatapan penuh cinta.

"Makasih juga udah jadi kekuatan buat gue". Sahut Unaya yang membalas genggaman Jeka.

"Gak usah dipikirin perkataan dia tadi. Kedepannya kita hadapin bareng, gue janji bakal selesaiin ini dengan cepat". Kata Jeka sungguh-sungguh yang membuat Unaya mengangguk. Jeka tersenyum kecil kemudian mengecup punggung tangan Unaya sedikit lama. Akhirnya bisa memiliki Unaya seutuhnya. Tinggal hadapi perang yang ada didepan mata. Entah nanti gugur atau menang, Jeka tidak peduli. Yang paling penting ia sudah berjuang.

--Ex-Bangsat Boys--


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C19
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous