"Habiskan dulu, noona."
"Kau tidak mendengarku?"
"Iya aku dengar, nanti aku akan meletakkannya didalam lemari makananmu."
Selesai mengatakan itu, Jungkook sungguhan membuka kuncinya dan dirinya keluar lebih dulu dari mobil. Meninggalkan Yerin sejenak yang berada di jok belakang. Sedangkan Yerin masih dengan senang hati memperhatikan Jungkook yang berjalan memutari mobil. Setelan kemeja hitam yang dimasukkan dengan skinny jeans ketat yang membuatnya malah menjadi sesak nafas sendiri. Cara berjalannya anggun layaknya seorang patih di medan perang, penuh keyakinan dan kesungguhan dalam segala aspek. Dadanya bidang dengan satu kancing teratas sengaja tidak dikaitkan.
Tidak lupa lengannya yang di gulung sampai ke siku, jam tangan hitam elegan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, menambah ketegasan yang memang sudah melekat dalam aura mahal yang Jungkook pancarkan. Jungkook tidak pernah menggunakan jam tangan di tangan kiri. Selalu kanan dan Yerin cukup mengerti karena peletakan jam tangannya saja sudah bisa memberi tahu dirinya bahwa Jungkook adalah tipikal pria yang serampangan sebenarnya. Tapi tetap harus menuntut dirinya sendiri menjadi profesional dan terlihat lebih kalem dengan sedikit kenakalan di saat-saat tertentu.
Daun pintu perlahan mulai terbuka saat Jungkook sungguhan telah sedekat itu dengannya. Yerin hampir saja tersedak susu pisangnya sendiri yang sedang dia sedot dari pipet yang sudah gepeng karena sedari tadi digigit dengan cara yang tidak santai. Hanya karena memperhatikan Jungkook berjalan, pun sudah membuat Yerin membayangkan yang tidak-tidak sampai menggigiti pipet yang sama sekali tidak bersalah. Geram dan gemas secara bersamaan. Geram karena mengapa bisa dirinya sendiri terpesona begitu dalam pada pria Choi itu. Dan gemas karena mengapa ada pria setampan dan sesempurna pria Choi itu.
Perihal malam tadi juga sepenuhnya benar. Yerin sangat berusaha keras untuk selalu menepis semua pikiran gilanya tentang Choi Jungkook. Berusaha agar pikirannya tetap berjalan di jalannya, melupakan walau sejenak betapa sempurnanya manusia yang Tuhan ciptakan ini, dan lebih lebih lagi sempurna karena semesta sungguhan mengirimkan Jungkook untuknya.
Jungkook menjadi sangsi sendiri. Mendapat tatapan terlalu intens dari Yerin nampaknya membuat dirinya sedikit gentar walau dia tidak ingin menunjukkannya didepan sang gadis. Jungkook akhirnya hanya berdehem, mengulas senyumnya kemudian membuka mulutnya.
"Hanya sebentar noona, ini masih pagi dan belum terlalu ramai. Nanti aku akan mengajakmu ke suatu tempat."
Sempat Yerin mengedipkan kelopaknya berkali-kali setelah suara basah tipis itu terdengar begitu dekat dengannya. Rupanya Yerin terlalu menghayati bagaimana dia menikmati ciptaan Tuhan didepan matanya ini samapi rasanya hampir seperti khayalan.
Pun sekarang Yerin langsung beranjak berdiri dan tidak sadar saat dirinya sedang berada didalam mobil. Terjeduk atap mobil adalah yang sekarang membuat Yerin meringis dan Jungkook menjadi panik sendiri.
Yerin lansung terduduk kembali dan tertunduk sembari memegangi atas kepalanya yan telah berlagak keras dengan menjebretkannya keatap mobil dengan tidak santai sama sekali. Jelas itu bukan di sengaja, tapi tentu mengingat siapa penyebabnya, membuat Yerin sempat kesal sendiri pada dirinya sendiri.
Teringin sekali mengumpat dengan keras, namun Yerin lebih memilih untuk menahannya dalam benaknya. Sedang tidak ingin mengudarakan umpatan dengan mulut manisnya, walaupun biasanya tanpa sungkan meneriakkannya.
Melihat Yerin hanya tertunduk dan diam saja ditempatnya, Jungkook menjadi merasa bersalah sendiri. Padahal jelas-jelas dirinya tidak melakukan apapun. Hanya mengajak Yerin keluar dan malah kejadiannya sungguh memilukan. Teringin tertawa karena lucu sekali, tapi ternyata rasa ibanya lebih besar daripada jiwa tengil nya yang sudah mendarah daging.
"Noona.. noona... Tidak apa-apa? Sakit sekali hem?" ucap Jungkook cepat sekali. Beriring panik dan dadanya naik turun karena memacu nafas terserang kepanikan. Noona nya kesakitan dan itu adalah kesalahannya. Tugasnya melindunginya bukan membuatnya seperti ini.
Bukannya langsung membawa Yerin keluar dari mobil, Jungkook malah sekalian masuk dan merapatkan duduknya pada Yerin yang masih belum mau mengangkat pandanganya. Masih menunduk dengan sesekali suara ringisan tipis tertangkap oleh rungu Jungkook yang sangat peka walau suara dengan frekuensi sekecil isakan pun.
Pun Jungkook sekarang sedang berupaya memberikan sedikit perhatian dengan mengelus-elus bagian puncak kepala Yerin yang masih ditangkup rapat oleh kedua tangan Yerin. Mengelusnya sembari berusaha mengintip dari bawah wajah Yerin yang tertutup oleh surai sebawah bahunya yang tidak terikat. Sengaja di biarkan tergerai karena Yerin tak pernah suka rambutnya terikat. Katanya membebaninya, sakit, pegal dan tidak nyaman. Malah terkadang Yerin sering mengeluh pusing saat dirinya mengharuskan mengikat rambutnya.
Contohnya saja seperti mandi tadi pagi. Menyebalkan saat dirinya harus menahan pusing saat mandi, dia jadi tidak fokus dan berakhir hampir terpeleset sabun cairnya sendiri. Untungnya tangannya sigap menyambar shower sebagai pegangan, kalau tidak pasti dia bukannya berada dimobil bersama Jungkook, tapi berada dirumah sakit dengan dokter yang akan memberinya sebuah jaitan di kepala belakang karena benturan bath tub. Tidak apa-apa lah dia nanti harus memanggil tukang karena sungguhan showernya terlepas dan ambruk hanya karena menopang tubuh Yerin. Ah sepertinya Yerin sangat ceroboh hari ini.
"Noona, jangan membuatku panik. Kau selalu seperti ini. Membuatku panik sendiri dan..." ucapan Jungkook terhenti saat mendapati Yerin telah mengangkat pandangan kemudian tersenyum seperti tidak terjadi apapun. Senyuman paling manis yang pernah Jungkook lihat. Bahkan Sewon sekalipun akan kalah manis jika disandingkan dengan Yerin yang entah apa motivasinya malah menggapai dan menggenggam dengan kelewat erat tangan Jungkook yang semula mengelus puncak kepalanya.
"Sshh, tidak apa-apa"
[]