Hati Angel masih tak tenang, hatinya ikut terluka melihat memar diwajah adik semata wayangnya.
"Alex, kau jadi ingin mengajukan cuti?" tanya Angel yang kembali menatap intens ke arah Alex.
Alex menoleh setelah mendengar suara lembut sang kakak yang terdengar seperti akan mengabulkan permintaan yang ia sangat inginkan, Cuti dan berangkat menemui Lita, itu yang langsung terdaftar dalam fikirannya.
"jadi! jadi banget, mulai besok aku bisa cuti, kan?" mata Alex berbinar antusias, senyum yang jarang meliuk di sudut bibirnya, kini merekah terukir menyempurnakan wajah tampannya.
Angel tersenyum melihat tingkah Alex yang kekanakan, segitu ingin istirahat nya kah si bontot sampai mendengar kata cuti bisa membuatnya tersenyum ceria begitu, "tenang dong, happy banget sih kamu denger kata cuti"
"iya dong, kakak ku itu bener-bener malaikat dari syurga kalau lagi baik begini" puji Alex dengan senyum yang masih menghias lebar diwajahnya.
"bisa aja kamu, kakak izinin kamu cuti, sepuasnya deh" sambung Angel.
"serius?!" ucap Alex tak percaya, matanya membola girang mendengar ucapan ajaib sang kakak.
"iya, tapi, tunggu Lita selesaikan cutinya yah, nanti kamu boleh cuti sepuasnya deh" sambung Angel lagi senyumnya lebar terlukis diwajahnya ketika melihat binaran senang sang adik, yah izin cuti yang diberikan sebagai imbalan kasih sayang yang tak bisa diungkapkannya.
Senyum Alex terhenti, liukan indah diujung bibirnya berubah datat saat mendengar kalimat terakhir wanita yang baru saja ia yakini sebagai malaikat syurga, bagaimana tidak, maksud hatinya cuti adalah untuk bisa berlibur bersama dengan Lita, tapi kenapa izin cutinya baru bisa ia dapat setelah Lita selesai liburan.
"kamu kok diam, kenapa? seneng banget kan bisa cuti sepuasnya!" ucap Angel polos, tanpa tahu apa yang ada didalam fikiran sang adik.
Alex mendengus kasar, dan memalingkan wajahnya menghindari tatapan sang kakak, "kalau gitu, aku enggak jadi cuti" ketusnya dingin.
"loh? kenapa? why? kok enggak jadi?" tanya Angel bingung dengan perubahan sikap adik semata wayangnya.
"kenapa harus nunggu Lita selesai cuti?" tanya Alex, setelah kembali menghadap kearah Angel, kedua alisnya bertaut dengan tatapan mata yang berubah penuh amarah merasa tidak adil dengan keputusan sang kakak.
"kalau kamu ikutan cuti siapa yang akan handle toko ini? siapa juga yang akan handle tugasmu, kau harus bersabar ya!? tunggu sampai Lita pulang" terang Angel lembut.
Alex bangkit dari duduknya, dan meraih masker duckbill putih yang ia letakkan disamping mouse komputer, ia menggunakan masker itu untuk menutupi luka memar di pipinya, "aku lapar, aku mau makan dulu" ucap Alex ketus dan langsung pergi meninggalkan Angel, tanpa menoleh sedikitpun kearah belakang.
Angel diam, bingung melihat sikap adiknya yang berubah dingin lagi, "dia ngambek lagi" ucap Angel setelah mendengus panjang, memang ia merasa bersalah pada Alex, namun bagaimana lagi, meskipun Alex anak pemilik perusahaan, loyalitas pada pekerjaan adalah hal utama bukan?
****
"jam berapa penerbanganmu?" tanya Shella setelah menengguk jus stroberry buatannya sendiri sambil menikmati pemandangan laut, duduk berdua Lita diatas beanbag yang berada dibawah pohon kelapa.
"besok pagi tan" jawab Lita, sambil ikut menengguk jus stroberry.
"kau yakin, ingin sendirian berangkat ke yogya?" tanya Shella, kini matanya menatap lembut pada Lita.
Lita tersenyum tipis "aku bukan anak kecil lagi tante, jadi tante jangan khawatir".
Shella mendengus, "kenapa Leo tega biarin istrinya liburan sendirian sih" ucap Shella sambil membelai pucuk kepala sang keponakan yang dimatanya tetap terlihat seperti kanak-kanak.
"aku yang mau tante, lagi pula, nunggu mas Leo kelamaan, waktu cutinya habis duluan untuk keluarganya, bahkan tahun kemarin tidak ada kesempatan untuk aku mengunjungi kalian" terang Lita, setidaknya bukan itu alasan yang sebenarnya, hanya saja ucapan Lita salah satu hal yang memang benar.
"sayang! didapur butuh bantuanmu!" ucap Aryan setelah berlari kecil menghampiri istri dan keponakannya yang sedang asik bercengkrama.
"oh! oke! Lita, tante kedapur dulu ya, kamu diam disini saja, nanti tante akan kesini lagi" ucap Shella memberi peringatan, yah iya tahu pasti keponakankannya akan mengikuti kedapur untuk membantu juga kalau ia tak memberi larangan.
Lita mengangguk sambil tersenyum tahu akan maksud sang tante yang terus-terusan melarangnya membantu pekerjaan di kafe, "iya tante" jawab Lita.
Shella dan Aryan kembali masuk kedalam kafe yang selalu ramai pengunjung setiap hari, sudah menjadi rutinitas bagi mereka berdua sibuk setiap saat.
****
"shsh ah mas stoph" desah Indah saat bibir Leo bermain di leher jenjangnya, Indah memang terus mengucapkan kata-kata penolakan, namun tubuhnya tak bisa berbohong ia pun ikut menikmati setiap cumbuan yang dilakukan lelaki yang tengah memeluk dan menyudutkannya ke sisi tembok.
"hemsshaah mash jangahansh dishmnsch" belum sempat Indah menyelesaikan kalimatnya, mulut Leo rakus menghisap lidahnya.
Kedua bibir itu terus berpagut saling membalas satu sama lain menikmati manisnya hasrat yang mulai melayangkan imajinasi. Kembali cumbuan bibir Leo menjelajah ke telinga dan leher Indah.
"mash stoph" ucap Indah saat tangan Leo sudah menyingkap sebagian bawah dressnya, "jangan disini, kita bisa melakukannya dirumah" sambung indah sambil menatap mata sayu Leo yang tengah tenggelam dalam nafsunya.
"maaf" ucap Leo dengan nafas yang masih belum beraturan, sambil menjatuhkan keningnya menyentuh kening Indah. Meskipun ia pernah melakukan hal gila bersama Indah di ruang tangga darurat yang tertutup, ia tak pernah sekalipun memikirkan untuk melakukannya diruang merokok yang terbuka seperti ini.
Hati Leo terlalu kalut saat ini, rasanya sangat frustasi membayangkan hal yang akan terjadi kedepannya bersama Lita, terlebih memikirkan apa yang akan diadukan Lita pada om Aryan dan tante Shella, ia belum siap jika harus kehilangan Lita.
"ayo, kita kembali kedalam, mas" ajak Indah sambil menangkup wajah Leo dengan kedua tangannya, dan mendekatkan wajahnya sambil mengecup lembut bibir lelaki yang ada dihadapannya.
Tanpa menjawab Leo mengangguk samar, menuruti ucapan Indah. Tak bisa dipungkiri, Indah cukup menjadi penenangnya saat ini, meskipun apa yang dilakukannya adalah sebuah kegilaan yang tak patut di maafkan oleh sang istri, namun hatinya tak bisa berbohong, jika ia mencintai kedua perempuan ini.
***
Alex kembali dengan wajah masam, senyum yang sempat terukir beberapa saat lalu tak nampak lagi disudut bibir yang kini terkatup datar. Tanpa basa-basi pada sang kakak setelah ia selesai makan siang, Alex langsung duduk kembali ke meja kerjanya.
Angel melirik kearah sang adik yang tengah sibuk kembali dengan pekerjaan yang menunggu di layar komputer yang kini bersinar terang memantul kewajah tampan nan dingin Alex.
Angel mulai tak nyaman merasakan getaran dan aura gelap yang secara kasat mata seperti sedang melingkar disekitar Alex, bukan karena ada bayangan mistis dari hantu sekitar, hanya saja perasaan marah yang Alex rasakan terlalu kentara terlihat dimata Lita.
"oke! cukup!" pekik Angel frustasi mengimbangi mood buruk yang diberikan Alex, "kenapa sih harus begini lagi, padahal tadi kamu sempat senyum selebar gitu, cuma gara-gara cuti yang ditunda kamu balik nyebelin lagi begini, ngeselin tauk gak sih!" cerocos Angel protes pada Alex.
Alex menoleh kearah Angel, masih dengan bibir yang terkatup datar dengan tatapan mata setajam elang Alex memberi jawaban dari ocehan sang kakak, tanpa bersuarapun Angel mengerti kalau adiknya tengah murka.
Angel mencembikkan bibir, dan menarik nafas dalam-dalam, "okey, besok kau boleh cuti" sambungnya menyerah, dengan segala pertimbangan, ia memutuskan untuk mengabulkan keinginan adiknya yang super duper moody.
"harusnya kau katakan itu saat aku masih tersenyum tadi" ketus Alex memalingkan wajah tanpa merubah ekapresinya sedikitpun, meskipun isi dalam hatinya senang bukan kepalang.
"lukamu menjadi bahan pertimbanganku, kembalilah setelah memar itu hilang" ucap Angel penuh perhatian, sambil menatap Alex yang bahkan telah berpaling darinya.
"oke, thanks" jawab Alex tanpa menoleh kearah Angel, dan berpura-pura fokus dengan pekerjaan yang ada di komputer.
Meskipun terlambat, meskipun senyum adiknya tak terukir lagi, namun mendengar suara yang terucap dari bibir sang adik, cukup memberi jawaban jika Alex sudah tidak marah lagi, bagi Angel, diam itu lebih menakutkan.
****
"Aji! ayo kita surfing!" pekik Guil yang kini tengah berdiri tegak sambil memegang papan seluncur di tangan kanannya yang ia tancapkan secara vertikal ke pasir.
Lelaki yang akrab di sapa Aji itu berjalan mendekat kearah Guil, "sorry, kau lihat sendiri, Adisri pulang malam lagj hari ini" ucap Aryan sambil menjelaskan keadaan kafenya yang ramai pengunjung, dan pastinya ia tak bisa menerima tawaran Guil.
"om pergi saja, ada Lita kok, aku bisa gantiin Adisri" timbrung Lita yang duduk tidak jauh dari Guil dan Aryan.
"tidak! tidak perlu!" tolak Aryan, "aha! Guil, keponakan saya ini sedang liburan, tapi Adis sibuk dikampusnya, lebih baik kau ajak dia saja menikmati pemandangan dan permainan dipantai ini, kau pergi dengan Guil, nikmati liburan mu" ucap Aryan setelah berfikir sejenak, yah Guil satu-satunya orang yang bisa ia percaya untuk menjadi guide keponakannya selama liburan, dan ia juga merasa bersalah pada Lita, karena dari kemarin keponakannya malah ikut sibuk membantu pekerjaan di kafe.
"enggak perlu om, Lita disini saja" tolak Lita setelah sejenak cukup terkejut dengan perintah Aryan.
"sudah! jangan menolak, sekarang pergi bersama Guil, nikmati liburanmu, tantemu bilang besok kau sudah harus pergi lagi" paksa Aryan sambil mendorong pelan Lita untuk mengikuti perintahnya, "Guil, saya percaya padamu, tolong jaga keponakan saya" Aryan langsung pergi meninggalkan Lita dan Guil begitu saja.
Tinggalah Lita dan Guil yang saling menatap canggung karena tindakan Aryan yang tiba-tiba.
— Un nouveau chapitre arrive bientôt — Écrire un avis