"NARA!! "
•
•
•
•
•
~~~🍁🍁🍁~~~
"Ngghh"
"Kau sudah sadar Nara!?" ucap Joon
"Nee, aku dimana? "
"Ah! Kau ada di ruang kesehatan, kau pingsan diatas panggung tadi" Jelas Joon
"Dimana yang lain? "
"Mereka masih di aula perlombaan" Ucap Joon
"Oh"
Ternyata aku pingsan saat musik dan dance ku selesai.
"Bagaimana keadaan mu apa lebih baik dari sebelumnya? " Hanya Joon
"Nee"
Dan setelahnya tak ada lagi percakapan. Ada yang aneh disini, rasanya canggung. Tentunya aku benci suasana canggung.
...
Setengah jam lebih aku dan Joon terdiam, tak ada percakapan yang terjadi diantara kami berdua.
Ceklek
Suara pintu yang dibuka menampilkan enam orang pelajar dan satu saemnya.
"Kau sudah baikan Nata" Ucap sehun saem
"Nee"
"Ah? Aku ingin memberi tahu kau menang dalam lomba itu dan ini piala mu. Aku yang mewakilimu mengambil piala dan hadiah lain" Jelas jimin
"Nee, gomawo. Kalau begitu ayo pulang"
"Biar yoongi yang mengatarmu pulang ya" Ucap Joon
"Kenapa aku? " Ucap yoongi malas
"Tak perlu, aku bisa pulang sendiri"
"Tak baik bila perempuan pulang sendiri lagian ini sudah mulai malam" Jelas Jimin
" Baiklah " Ucap ku pasrah
"Ayo" Ucap yoongi yang langsung pergi
Aku mengikuti yoongi hingga menuju mobilnya yang terparkir.
"Masuk" Ucap dia cuek
Aku masuk dan dia juga masuk. Sepanjang perjalanan tak ada yang bisa kami bicarakan.
'Canggung lagi 'batin ku
"Penampilan mu sangat bagus tadi" Ucap yoongi
"Terimakasih"
"Kau menangis? " Tanya yang membuat aku bingung
"Tidak, kapan aku menangis? "
"Tadi saat penampilan mu" Ucapnya
"Hanya menghayati saja"
Dan akhirnya kami kembali dengan suasana canggung, karna aku bosan aku hanya memalingkan wajah ku ke arah jendela mobil.
***
"Kita sudah sampai! " Ucapnya yang membuyarkan lamunanku
"Itu mobil siapa? " Tanyanya lagi
"Appa ku"
"Mau apa dia kesini" Gumamku
"Jika terjadi sesuatu keluar saja, menunggu diluar sini" Ucap yoongi
"Tak perlu aku tak apapa"
"Kau yakin? " Tanya yoongi
"Hmm! Aku pergi dulu, kau pulang lah! "
"Ok"
'Tapi aku tak yakin kau akan baik baik saja'batin yoongi
Aku keluar dari mobil yoongi dan melihat mobilnya pergi dari hadapan ku. Aku dibuat terkejut saat masuk kerumah, semua barang barang berantakan dan aku lihat Papa yang menampakkan wajah marah nya.
"Untuk apa kemari? "
"AKU MINTA DUIT MU! " Bentak Papa
" Enak sekali kau pak tua, kau bahkan pergi tanpa meninggalkan sepeser pun uang dan sekarang kau datang meminta uang pada ku? "
"CEPAT BERIKAN SAJA UANG MU"
"siapa kau, berani membentak ku? "
Papa melihat tas yang aku bawa dari tadi, dia menariknya dari tanganku hingga tali pada tas itu putus. Papa mengeluarkan semua isi tas itu termasuk piala dan uang hasil perlombaan itu.
"Kembalikan uang ku"
"Ini uangku sekarang" Ucap papa yang kemudian mengambil cambuk nya dan kembali memukul ku.
"Dasar anak sialan, karnamu taeyeon mati" Ucap nya.
"Lebih baik kau mati saja eoh"
Papa terus memukuli ku dan aku hanya bisa diam dan menangis.
Tak lama cambukan itu berhenti, dapat kulihat Papa keluar dari rumah dan suara mobilnya yang menjauh dari rumah. Apa ini semua mulai memburam, tubuh ku gemetar dan rasa mengigil mulai menguasai tubuh ku. Kepala ku sakit aku meringkuk di lantai dengan tangan yang memegang kepala. Kepingan kepingan memori terputar dengan paksa dikepala ku.
' nanti besar kamu mau jadi apa'
'Aku mau jadi idol biar bisa bawa mama keliling dunia'
'Mimpimu ketinggian anak kecil'
...
'Papa pulang '
'Yey Papa pulang'
'Eh anak Papa, sini Papa punya hadiah'
...
'Papa Papa nanti kita jalan bareng yuk, kan kita jarang banget jalan bareng'
'Nanti ya, tapi kamu janji dulu sama Papa gak jadi anak nakal'
'Janji'
Semuanya berjalan baik baik saja saat umur ku masih terbilang kecil. Mereka baik tak ada pertengkaran, hingga saat itu tiba.
'Papa lihat deh aku dapat peringkat pertama'
'Pergi kau anak sialan'
'Papa kenapa'
'Aku lelah'
'Sini biar aku pijit pa'
'Jangan pernah sentuh aku'
Entah kenapa semuanya berubah, papa menjadi kasar, begitu juga dengan kakak kakakku. Mama? Dia hanya diam saja saat aku di pukuli oleh papa.
'Dasar kau anak tak berguna'
...
'Mati saja kau'
....
'Kau yang membuat taeyeon mati'
'Aku tak punya anak sialan seperti mu'
...
"ARGGHH"
"Nara" Ucap seseorang yang menerobos masuk,
Pandangan ku kembali membaik, tapi tubuh ku makin bergetar dengan hebat. Sesuatu mengalir di punggung ku.
Tess
Kristal bening jatuh begitu saja. Aku benar-benar ketakutan sekarang.
"Kau tak apa? " Tanya nya dan membantu aku bangun
"Aku tak apa apa yoongi"
Dia yoongi, kurasa dia tak benar-benar pulang tadi.
"Bohong" Ucapnya yang langsung memeluk ku tanpa aba aba.
"Apa ini, tubuhmu berdarah? " Tanya yoongi
"Ah? "
"Apa sesakit itu Nara? Ayo untuk saat ini kau kerumah kami dulu. Biar aku obati luka mu" Ucap yoongi yang mulai menuntunku ke arah mobilnya.
YOONGI POV
"Itu mobil siapa? "
"Appa"
"Mau apa dia kesini" Gumam Nara
Aku dapat mendengar gumamnya.
"Jika terjadi sesuatu keluar saja, menunggu diluar sini" Ucapku
"Tak perlu aku tak apapa" Ucap Nara
"Kau yakin? "
"Hmm! Aku pergi dulu, kau pulang lah! " Ucap Nara yang menyuruhku pergi
"Ok" Ucap ku, tapi aku tak langsung pergi saat aku lihat Nara mulai masuk aku memutar menuju rumahnya.
Kalian pikir aku akan meninggalkan nya dengan appanya yang gila itu. Ku parkir kan mobilku tidak jauh dari rumahnya. Hampir satu jam aku menunggu tapi appa Nara tak kunjung keluar.
"Sepertinya aman aman saja" Ucap diriku sendiri
Baru saja aku ingin pulang untuk tidur, tapi appanya Nara keluar dengan membanting pintu.
"Tunggu! Bukan kah itu " Dapat aku lihat appa Nara membawa amplop yang sama persis dengan amplop uang Nara
Saat mobil appa Nara mulai menjauh aku keluar dari mobil dan menerobos masuk ke rumah Nata yang dikunci dari luar.
"Argghhh"
Seseorang teriak dari dalam dan aku yakin itu Nara. Aku menemukan nya sedang sedang terbaring meringkuk dengan tangan yang memegang kepala.
"Nara!! "
Nara menangis, apa dia benar-benar hancur.
"Kau tak apa? " Tanyaku dan membantu aku bangun
"Aku tak apa apa yoongi" Jawabnya, dia berbohong pada ku dan aku tak suka itu.
"Bohong" Ucapnku yang langsung memeluk ku tanpa aba aba. Entah dukungan dari mana yang membuat ku memeluk nya. Tapi tangan ku merasakan sesuatu, sebuah cairan dan saat aku melihat tangan ku ternyata itu darah. Tubuhnya berdarah? Apa yang dilakukan appanya.
"Apa ini, tubuhmu berdarah? " Tanya ku
"Ah? "
"Apa sesakit itu Nara? Ayo untuk saat ini kau kerumah kami dulu. Biar aku obati luka mu" Ucapku yang mulai menuntunnya ke arah mobilku.
Yoongi pov end
***
"Sini biar aku bantu" Ucap yoongi
Aku sudah berada dirumahnya, dan dia menuntun agar aku bisa masuk.
"Aku pulang" Ucap yoongi
"Kenapa baru pu lang" Ucap jimin
"Omo!! Nara! Ada apa dengan mu" Ucap joon
"Jimin panggil kan dokter, ingat! Harus dokter wanita karna ini untuk Nara" Ucap yoongi
"Ah? Tak perlu repot repot yoongi besok juga sudah sembuh" Ucap ku
"Jangan membantah" Ucap nya dengan nada marah
"Nee hyung" Ucap Jimin yang mulai menelfon
"Apa yang terjadi hyung" Ucap joon
"Nanti biar Nara yang cerita" Ucap yoongi yang mulai membawa ku kekamar
...
"Ini satu kamar yang masih kosong disini dan ku harap kau nyaman, menginap lah satu malam saja" Jelas yoongi
"Tapi"
"Tak Terima penolakan" Ucapnya dengan wajah datar
"Hmm, gomawo yoongi-ssi"
"Hmm"
"Hyung ini dokter nya" Ucap Jimin
"Oh, tolong priksa dia dan obati lukanya" Ucap yoongi dingin
"Nee" Ucap dokter wanita itu
Selama dikamar aku hanya diam bahkan saat dokter itu bertanya aku tak mau menjawabnya. Mulut ku benar-benar malas berbicara.
"Apa aku mempunyai dosa besar hingga dia saja membenci ku, atau dunia juga membenci ku"