Télécharger l’application
6.1% Awakening Of The Fallen Soul / Chapter 8: Raja Aldridge Hallbert

Chapitre 8: Raja Aldridge Hallbert

"Tolong jelaskan, apa saja yang kau sembunyikan selama ini!" Tanya Violet dengan nada menggebu.

Sedang kan yang ditanyai malah mengangkat kedua bahunya acuh.

"Carlo, mengapa kau menyembunyikan hal sebesar ini?"

"Memangnya apa yang ku sembunyikan?"

Violet menggeram marah, bisa-bisanya Carlo menanggapi pertanyaan nya se-santai ini

"Kau menyembunyikan sebuah fakta besar Carlo, kau menutupi nya tanpa memikirkan akibat dari ini semua!"

"Apa maksudmu, Violet?"

"Kau berpura-pura bodoh sekarang?"

Violet berjalan mendekati Carlo, ia harus membicarakan hal ini dengan serius, karena ini bukan hanya menyangkut tentang fakta yang Carlo tutupi, tapi juga tentang nasib seorang bayi tak berdosa.

"Jawablah dengan jujur, Carlo. Apa kau memiliki seorang anak dengan Elva?"

Carlo berdiri mematung, badannya terlihat kaku, iris nya yang tadi menatap Meghan tengah berkeliaran kesana kemari.

"Benar atau tidak?" Tanya Violet berusaha sabar.

Carlo berbalik membelakangi Violet, entah apa yang dipikirkan laki-laki itu, ia malah memilih menyibukkan diri dan menyuruh Violet untuk keluar dari kamar nya.

Katakan Violet sudah bersikap kelewatan, ia kini memutar paksa tubuh Carlo agar berbalik menghadapnya, di cengkram lengan Carlo kuat dengan tatapan penuh intimidasi, kesabaran Violet seperti meluap begitu saja, sekarang yang ada hanyalah Violet dengan sikap tegasnya.

"Jangan hanya karena kau berdarah bangsawan, kau bertingkah seenaknya Carlo, tidakkah kau berpikir akan seberapa menderitanya Elva ketika mendengar pengumuman pertunangan mu?!"

Carlo menepis cengkraman tangan Violet, ia balik menatap kakak perempuan nya itu nyalang, "apa maksudmu, Violet!"

"Kau bodoh Carlo! Sangat!"

"Keluar dari sini sekarang, ku rasa kau sudah mulai tidak waras karna stress dengan keputusan suami mu," ketus Carlo dengan nada mengejek.

Plakk..

Carlo memejamkan matanya ketika merasakan area pipinya mendapat tamparan dari Violet, Sedangkan Violet tengah mengatur nafasnya yang menderu karena terlalu terbawa oleh emosi.

"Kau pikir perempuan mana yang tidak hancur ketika mendengar kabar pertunangan ayah dari anaknya! Elva yang malang itu sudah mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan anakmu, dan ini kah balasan yang ia dapat dari mu?"

"Dari mana kau tau.."

"Apa hanya kalimat tanya itu yang mampu kau ucapkan? Apa kau pernah berpikir untuk lebih menanyakan kabar Elva dan anak mu sekarang?"

Carlo melemah atas perkataan Violet, entah merasakan perasaan menyesal atau hanya sekedar merenungkan, Violet sendiri sebenarnya tak habis pikir bahwa semua ini akan terjadi, karena yang ia tau, Carlo bukanlah tipe pria bejat yang hanya mendatangi wanita ketika butuh lalu meninggalkan bila dirasa tidak berguna lagi.

"Carlo, apa kau tidak memiliki keinginan untuk menemui anak mu?"

"kau bisa menemui nya, ia ada disini, ia menunggu ayahnya.. apa kau tidak ingin melihat wajah tampan putra mu?"

Carlo menatap lantai kamarnya lesu, ia sama sekali tidak berniat nenggubris pernyataan Violet.

"Carlo, belum terlambat untuk memperbaiki semuanya, kau, Elva, dan juga bay--"

"Cukup Violet! Aku sama sekali tidak peduli dengan semua ucapan mu!"

Violet terperangah, "aku tidak mengerti, Carlo. Mengapa kau dapat melakukan se--"

"Aku tidak akan pernah mau untuk merawat bayi itu jika itu yang kau inginkan, kalau kau mau, kau saja yang urus, atau kembalikan saja ke ibu nya," sela Carlo yang memotong ucapan Violet, dari raut wajahnya, Carlo terlihat cukup lelah berdebat dengan Violet.

Violet memijit pelipisnya kasar, rasanya percuma dari tadi berbicara dengan Carlo, sifat Carlo sekarang benar-benar tidak ia kenali, ia merasa  Carlo yang sekarang bukanlah Carlo yang sebenarnya.

"Sebentar lagi penobatan ku sebagai Raja menggantikan ayah, aku tidak ingin ada yang merusak suasana hatiku, kau pun bersiaplah atas penobatan suami mu."

"Carlo..."

"Selagi aku memintanya secara baik, keluarlah sekarang dari kamarku Violet."

"Tapi.."

"Keluar!"

Mau bagaimana lagi? Violet terpaksa menyeret langkah kakinya keluar dari kamar Carlo, sebelum ia melangkah keluar, ia menoleh memperhatikan wajah Carlo yang tidak menunjukkan ekspresi apapun.

***

"Dari mana kau?"

Violet menatap malas orang yang baru saja bertanya pada nya

"Jawab pertanyaan ku, Violet."

Violet tidak perduli dengan nada menggertak yang dikeluarkan oleh Adam, ia lebih memilih membuka buku yang sudah berada di tangannya.

"Terserah, aku hanya ingin bilang, kalau aku akan ada urusan sebentar," kata Adam yang berjalan mendekati Violet.

"Kau dengar atau tidak?" Tanya Adam kesal saat ucapannya tak kunjung mendapat respon.

"Hhmm.."

Adam menghela nafas pelan, "sementara aku pergi, kita harus menemui tamu dari kerajaan Theovelt, mereka sudah datang sebelum pernikahan berlangsung, kita hanya perlu menemui mereka ketika mereka hendak kembali untuk pulang, dan aku ingin kau yang menemuinya saat mereka akan bersiap pulang," jelas Adam.

"Kenapa aku?" Tanya Violet yang tetap fokus pada bacaannya.

"Karena mereka tamu kita."

"Maksudku, kenapa harus aku?"

"Yang menikah kita, yang mengundang kita, yang menyambut kita, apa pantas yang mengucapkan salam perpisahan pelayan? " Protes Adam

"Hhmm.."

"Jawaban apa itu? Aku butuh kejelasan!"

"Hhmm.."

"Violet, mereka itu bangsawan penting, kita tidak boleh sembarangan memperlakukan mereka."

"Memangnya kenapa harus aku? Toh, palingan juga pangeran yang datang, atau cuman orang suruhan yang ditugaskan menggantikan mereka sebagai pencitraan."

Adam memutar bola matanya jengah, langsung saja ia merampas paksa buku yang tengah dibaca Violet, dan karena hal itu ia mendapat tatapan tajam dari Violet.

"Dengar baik-baik, yang datang bukan pangeran atau orang suruhan, tapi Raja mereka, jadi sekarang kau sudah paham?"

Violet merebut buku bacaannya dari tangan Adam, namun gagal, genggaman Adam pada buku itu sangat kuat.

"Raja Aldridge Hallbert, sendiri yang langsung datang bersama beberapa prajuritnya, sebenarnya aku tidak tau siapa yang mengundang nya, mungkin saja ayah mu, dan maka dari itu kaulah yang harus melakukan nya!"

Malas beradu mulut dengan Adam, Violet langsung meng-iyakan nya dengan segera.

"Baiklah, kau hanya perlu menemaninya sebentar dan bisa kembali bersemayam di kamar mu, kau juga harus istirahat agar dalam perjalanan besok tidak merepotkan siapapun," lanjut Adam yang dibalas decakan malas Violet.

"Kalau begitu, aku pergi dulu.."

"Adam!"

"Apa?"

Violet sudah cukup sabar menghadapi Adam, padahal belum sampai sehari dirinya menjadi isteri Adam, entah berapa kali ia telah memaki Adam dalam hatinya.

"Apa kau tidak ingin aku pergi? Aku mengerti... pasangan baru seperti kita memang seharusnya lebih banyak menghabiskan waktu bersama, tapi maaf, aku ada urusan sekarang, setelahnya juga aku harus mendatangi Freya, lalu--"

"Berikan buku nya dan pergilah!" Seru Violet jengah, entah apa yang di pikirkan Adam sampai mengatakan hal konyol begitu.

Adam mengernyit bingung sesaat dan setelah menyadari bahwa ia masih menggenggam buku bacaan Violet, dengan segera ia mengembalikannya ke sang empu.

"Pergilah.."

"Kau mengusirku?"

Violet menggeram dalam hati, jika ia tidak pandai mengatur emosinya, saat ini mungkin ia akan langsung memukul kepala Adam dengan buku di tangannya

"Baiklah, aku akan pergi, kalau aku tidak kembali berarti aku ada bersama Freya, jangan coba-coba untuk mendatangi kami," kata Adam memperingati Violet.

"Memangnya siapa yang peduli, huh?" Gumam Violet acuh.

***

"Hormat Hamba, Yang Mulia Aldridge Hallbert..." Violet membungkuk anggun dihadapan seorang pria dengan busana kebesaran seorang Raja.

Seperti yang dikatakan Adam, yang datang bukanlah pangeran atau orang suruhan, melainkan Raja dari kerajaan Theovelt langsung.

Namun, saat pertama Raja itu menghampiri dirinya, hampir saja Violet bertindak tidak sopan karena mengira Raja itu adalah seorang pangeran, menurut perkiraan Violet sendiri, Raja itu berusia tidak jauh dari nya atau bisa dibilang, Raja itu merupakan Raja muda, atau bahkan Raja termuda, karena Violet tidak pernah melihat ataupun mendengar kabar seorang Pangeran yang dinobatkan menjadi raja di usia muda. Baru kali ini.

"Salam Agung, Tuan putri Violet, saya turut berbahagia atas pernikahan anda, maaf baru sekarang dapat mengatakannya," kata Aldridge formal, ia menundukkan kepalanya sedikit kala Violet membungkukkan tubuhnya.

"Hamba merasa sangat terhormat atas kehadiran Yang Mulia, di hari bahagia hamba..."

Aldrige menatap beberapa prajurit yang sedari awal menemani nya, "pergilah," kata Aldridge yang langsung di patuhi oleh prajuritnya.

Violet sempat tertegun, kiranya ia yang di suruh pergi, ternyata para prajurit itu.

"Tidak ada siapapun, saya harap Putri bisa lebih santai dalam berbicara," ucap Aldrige.

Violet tersenyum kaku, perkataan Aldrige membuatnya tergagap saat hendak bicara, apalagi sekarang mereka hanya berdua di luar gerbang istana, walaupun di tempat terbuka, tetap saja rasanya canggung.

"A-ahh ha-hamba berharap, perjalanan Yang Mulia akan lancar dan nyaman." hanya kalimat itu yang tiba-tiba keluar dari mulut Violet, kalimat tidak masuk akal, para prajurit sendiri tau bahwa kenyamanan Raja mereka adalah yang utama.

Aldridge terkekeh saat melihat tingkah gugup Violet, Meghan sendiri tidak tau harus menghela nafas lega atau merasa terancam sekarang.

"Sudah saya bilang, tidak perlu se formal itu," kata Aldridge.

"Emhh.. y-ya?"

Aldrige berjalan mendekati Violet yang masih menunjukkan ekspresi dongkolnya, sembari semakin mendekat ke arah Violet, Aldrige merogoh saku dan mengeluarkan sesuatu di dalamnya.

"Ini.. ambil dan pakailah," titah Aldrige, karna bagaimanapun nada yang laki-laki itu keluarkan seperti perintah tak terelakkan.

Violet mengambil benda itu dan mengamatinya sebentar.

"Pakailah..."

Takut dengan aura Aldridge yang semakin dirasakan, Violet langsung mematuhi dengan memakai benda itu di sekitar lehernya.

"Anggun, menawan, indah, kau.. sempurna Violet." Ucap Aldrige mengamati kalung pemberiannya yang sudah berada di leher jenjang milik Violet.

Sedangkan Violet yang mendengar ucapan dari Aldridge hanya tersenyum singkat, dengan perasaan de ja vu. Ia seperti pernah mendengar ucapan itu.

"Anggun, menawan, indah.. kau.." batin Violet yang berusaha mengingat kelanjutan berbeda dari perkataan itu, namun nihil. Ia tidak ingat, apalagi sekarang ada Aldridge dihadapannya, ia tidak bisa mendapat konsentrasi penuh sekarang.

***


L’AVIS DES CRÉATEURS
Ni_zza Ni_zza

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C8
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous