Dulu Ginnan selalu membayangkan dirinya membedah TV hanya karena melihat mata-mata itu. Mereka yang nonton bersamanya, tak pernah berhenti mengoceh hanya karena banyak boneka dan mainan yang meletus dari semua toko saat malam natal. Secara kompak teriakan "SANTA CLAUSS ITU NYATA!" pun menjerit, namun Ginnan hanya bisa tersenyum karena kebahagiaan mereka hanya akan menjadi angan indah.
Tentu saja bukan jenis senyum senang. Namun, dia cukup larut dalam suasana sakral itu sampai-sampai bisa kembali ke masa lalu.
Ngomong-ngomong apa kabar semua temannya di Panti Asuhan Himawari dulu? Sudahkah mereka sukses? Masihkah percaya hadiah, oleh-oleh, dan mainan itu bisa didapat tiap natal?
Atau ada yang masih sedih hingga Ginnan berharap bisa ke sana dan membelikannya? (ehem… meski diperoleh karena menggosok kartu hitam Renji juga).
"Kau sedang memikirkan apa?" tanya Renji tiba-tiba.
Renji memang tipe yang kesulitan memilih (≧▽≦) Dia memiliki kekurangan ahahah... karena itulah dia suka borong sesuatu daripada beli satu-satu..