Télécharger l’application
20.68% Caffe Latte With Jae / Chapter 6: Jogja

Chapitre 6: Jogja

Tepat pukul 5 sore aku sudah cantik hahaha maksudnya aku sudah sangat siap untuk mengelilingi Jogja saat ini, aku keluar kamar ku dengan slingbag coklat dipadukan dengan dress diatas dengkul dan sedal Jepit tentunya, karena aku yakin akan sangat nyaman jika aku menggunakan sandal Jepit. Tapi ini bukan sedal Jepit yang kalian bayangkan loh, ini bagus kok, bahan nya dari rotan. Mamah beli saat dia pergi ke Bali bulan lalu.

Aku mengetok kamar Brian

"masuk aja ga di konci" Brian teriak dari dalem

Aku langsung menyelonong masuk, dah ehh ada Jae disana. Sepertinya mereka sedang ngobrol serius tadi atau mungkin Jae sedang curhat, aduh aku benar-benar ganggu mereka banget kayanya

"ehh lagi ngobrol ya?" kataku di ambang pintu, aku belum sempurna masuk ke akamr Brian

"gakpapa kok, kalian mau pergi ya? yauda, gue balik kamar dulu" kata Jae

Aku jadi merasa tidak enak, apalagi melihat muka nya yang sangat kusut dan rambut mu sangat berantakan tidak seperti biasanya.

"tadi lagi curhat ya Bri?" tanyaku

"iya tapi uda selesai kok"

"ohh gaenak soalnya gue ganggu kayanya"

"nope, btw cantik amat mba, mau kemana sih?" ini bukan sekali dua kali Brian ngegoda ku seperti ini jadi aku biasa saja hanya mencubit perutnya, dan aku tertawa lepas saat dia meringis kesakitan.

***

Kami sudah berada di malioboro, warna matahari sudah berubah jadi orange di tengah-tengah keramaian ini. Aku sangat suka suasana ini, apalagi denga suasana sunset seperti ini. Aku memegang jaket Brian dengan erat takut ketinggalan, maklum Brian kalau jalan seperti pelari langkah nya cepat-cepat. Dan dia sudah sangat terbiasa jika ujung kaos atau jaket nya ku pegang. Sebenarnya aku ingin sih memegang tangan nya aja, tapi aku tahu batasan, aku takut hal itu ngebuat kita berdua tidak nyaman hahaha

"lo mau cobain ini ga?" Brian menawarkan foodstreet

"mau mauu" aku langsung mengambil satu tusuk cumi bakar

"mau dibungkus ga? Kita makan sambil jalan-jalan aja" kata Brian

"ihh mauu"

Akhirnya Brian membeli 2 tusuk lagi, ukuran cumi nya sangat besar jadi kayakanya aku hanya bisa makan setengah nya, sisanya Brian.

"Bri, bentar mau beli topi" kataku saat melihat topi pantai, aku lupa namanya yang pasti topi yang biasa dipakai para cewe saat liburan ke pantai, tanganku penuh dengan ponsel dan cumi tadi

"mau yang warna apa?" Brian bertanya

"peach ini bri" kataku

Brian mengambil topi nya dan memasangkan nya kepadaku

"cantik caa, beli ini aja" aku tak percaya jadi aku ngaca, dan benar terlihat cocok dengan dress corak putih yang sedang kupakai ini

"mas berapa?" tanya Brian sambil mengeluarkan uang dari dompetnya

"eh gue aja Bri" kataku

"gausa, santai, liat tangan lo kan penuh tuh" benar juga sihh akan susah kalau aku harus mengeluarkan dompet

"yauda tar gue yang traktir lo di kafe" kataku

***

Aku dan Brian menyusuri jalan sepanjang Malioboro di setiap sisi jalan ada yang jualan entah makanan maupun pakaian, dah hal itulah yang membuat Jogja sangat estetik. Kursi-kursi yang berada dijalan sudah penuh diisi oleh pengunjung. Suasana Jogja saat ini sedang indah-indahnya dipadukan suasana sore dengan angin sepoi-sepoi. Banyak akringan yang dipenuhi oleh anak muda yang sedang asik makan nasi kucing atau hanya sekedar mengobrol dan bercanda ria. Dan Jogja akan terasa asing jika tidak ada seniman dan musisi jalanan, entah seniman yang sedang melukis atau suara lembut dari musisi jalanan yang menambah keindahan Jogja di sore menjelang malam ini.

Aku jadi ingat 2 tahun lalu tepat sebulan sebelum Rey pindah ke Sydney kami pernah kesini sebagai jalan-jalan perpisahan. Semua nya masih terasa sama, Jogja masih menjadi tempat ternyaman. Banyak tempat yang kami kunjungi pada saat itu. Semua canda dan tawa masih membekas banget diingatan ku. Dan disinilah Rey pernah berjanji akan menjemputku saat kerjaan nya di sydey sudah cukup untuk membiayai aku dan dia, yap dia nyuruh aku untuk nunggu beberapa tahun. Hahaha ini sudah 2 tahun tapi sepertinya dia belum siap untuk menjemputku, mengingat dia saat ini sudah memiliki pacar membuat ku sedikit sakit. Tapi aku masih yakin dan percaya suatau saat dia akan menjemputku atau kemungkinanaku yang menyusul nya kesana, doakan saja project ini berhasil agar aku juga bisa pindah ke Sydney.

Rey, aku sangat yakin bahwa dialah orang yang akan menghiasi hari-hariku sampai tua nanti, kenapa aku seyakin itu, karena dia bukan tipe orang yang menjanjikan sebuah kebohongan. Aku sudah mengenal nya hampir 10 tahun, aku dan dia tetanggaan, jadi semenjak kuliah aku dan dia sudah berpacaran. Aku sudah mengenal nya dan hal itu yang membuat ku yakin bahwa suatu hari dia akan datang kembalin padaku. Dia pria yang sangat baik, dia menghargai setiap wanita karena dia nge-treat wanita sama persis saat dia nge-treat kakak atau ibunya, jadi aku yakin dia tidak macam-macam disana.

Kenapa hari itu aku memutuskan untuk mengudahi hubungan kami, ya jelas seperti perkataanku tadi, aku ingin Rey menemukan seseorang yang ada disamping nya setiap hari, dan yang menemaninya kemanapun. Aku takut dengan adanya hubungan ini akan menghambat wanita-wanita baik yang bisa menemaninya disana. Aku seperti ingin menitipkan dia ke wanita baik disana untuk beberapa tahun sampai aku dan dia akhirnya bertemu hahahaha, se simple itu alesan ku, namun itulah yang membuat ku bertahan sampai saat ini.

Ah, aku jadi kangen Rey dan Jogja, mungkin Brian sudah menyadari perubahan mood ku saat ini, dia menoleh ke arahku sambil memakan cumi bakar yang tinggal sedikit lagi.

"heyy, kan gue dah bilang ga boleh sedih-sedih" katanya lalu berhenti

"no its okay bri" aku tersenyum meyakinkan Brian bahwa aku tidak apa-apa

"bentar lagi kita sampai kok ke caffenya"

"oh iyaa, deket dong?" aku kembali dengan mood ku semula

Aku memang tertarik banget dengan caffe yang diomongin Brian, kayaknya akan seru banget malem-malem minum kopi disana. Aku jadi sangat tidak sabar ingin cepat-cepat sampai.

"tuhh di depan" Brian menujuk sebuah caffe yang dari jauh saja sudah terlihat sangat tenang dan nyaman, bangunan nya khas Jogja dipadukan lampu-lampu yang menghiasi, dan tentu saja di depan nya ada ontel-ontel yang terparkir rapih. Aku tidak tahu itu hanya pajangan atau memang milik orang tapi satu hal yang pasti temapat nya diluar ekspektasiku. Ramai namun tenang dan nyaman.

Kami sudah dekat, bau kopi sudah menguar di indra penciuman ku, wahh rasanya aku ingin hidup di tempat ini seumur hidup. Seorang pelayan menghamipiri ku dan Brian

"untuk berapa orang mas?" tanya nya denga senyuman yang sangat ramah

"dua mba" jawab Brian

Lalu pelayan tersebut mengantar kami ke tempat duduk persis di samping Jendela, dan itu sangat indah karena aku bisa melihat jalanan ramai yang dipenuhi oleh orang-orang. Aku benar-benar menyukainya.

"Caffe latte no sugar satu, Americano ice satu, sama apalagi ca?" tanya Brian membuatku menoleh kearahnya

"mau French fries deh Bri" kataku lalu melihat ke arah jalanan kembali, serius, aku benar-benar menyukainya

"French Fries sama toast satu mba" kata Brian

Tidak usah ditebak caffe latte untuk siapa, tentu saja untuk ku. Brian tahu betul bahwa aku suka caffe latte no sugar, jadi setiap aku ngopi dengan nya aku tidak usah menyebutkan pesananan ku dia pasti sudah tau.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C6
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous