"Abraham, kau tidak bisa datang ke kantor seenaknya, perusahaan dalam masa pengembangan, perusahaan dalam perhatian penuh. Aku tahu kau adalah putra Wilady kau adalah calon penerus perusahaan ini, tapi membiarkan klien menunggu hingga beberapa jam tanpa kepastian bukan kah itu tindakan ceroboh?" Marco menyambut kedatangan Abraham dengan wajah merah karena marah, dia akhirnya harus memimpin perusahaan rapat pagi ini tanpa persiapan karena Abraham tidak kunjung tiba di kantor dengan alasan yang jelas.
"Aku menghubungi ponselmu tapi kau tidak mengangkat panggilanku, aku menghubungi asisten dan sekretaris keluargamu, mereka bilang kau tidak ada. Sebetulnya, kemana kau, kenapa kau susah dihubungi pagi tadi, kenapa kau membuat kami panik. Setidaknya kau harus memberikan ancang ancang kalau kau tidak bisa rapat dengan benar!"