Triiing!!
Lyn mengangkat teleponnya dengan wajah gusar.
"Hallo.." ujarnya dengan mimik wajah kesal. Ini panggilan ketiga kalinya dari vivi. Sekarang sudah pukul lima sore.
Kemana Marco? Dia harus nya sudah sejak jam tiga tadi menemui Vivi. Lyn bahkan sudah mengingatkan nya hingga beberapa kali.
Lyn mencoba menghubungi Marco sekian lagi tapi tak kunjung di balas dan di jawab. Gadis itu sungguh kesal.
"Aku tahu kau tak menginginkan pernikahan ini!" kesal Lyn dengan menggigit ujung kuku jempol nya. Dia jelas panik. Dia sudah melakukan banyak hal.
Mengatur banyak detail. Mempersiapkan sebisa dan semampu mungkin. Menggunakan budget yang diberikan Herman secukup cukupnya. Hanya 500 juta. Belum nanti biaya lahiran dan semua hal. Dia tak yakin papanya akan memberi lebih. Dia harus berharap dari gaji Marco, setelah menikah nanti. Itupun kalau Herman tidak berbohong dan Marco mau berbagi.
"Marco, ayo angkat dong!" kesal Lyn dengan wajah panik
"Katakan kau tak mau ikut campur setidaknya jadi biar aku yang akan mengerjakan semuanya.. Kau hanya perlu menjadi mempelai pria ku saja." suara lirih Lyn terdengar gemetar. Cukup sudah dia mendapat perlakuan kasar dari Herman.
Hidupnya sudah dibuat sulit oleh tingkahnya sendiri, dia tak mau semakin sulit dengan meninggalkan fasilitas mewah rumah ini. Menjadi kekurangan itu menakutkan.
Lyn mengangkat ponselnya dan menatap layar panggilan yang terputus. Dia jelas geram dan marah. Hampir saja dia membanting ponselnya jika saja dia tak bisa berpikir cepat.
"Ah, sialan!" Umpatnya menggaruk kepala, mencoba mencari ide. Gadis itu mencoba memasukkan nomor ponsel Marco. Dan berdecak kesal.
"Kau betah sekali ke sini! Sedang apa kau membuang waktu di sana!" gerutu Lyn tak percaya. Dia bahkan sudah lama tak menginjakkan kaki ke gedung itu.
"Aku bahkan enggan masuk ke kamar kumuh itu lagi!" sinis Lyn.
"Kenapa sih kau lebih memihak dia!" dia seakan berbicara pada dirinya sendiri. Dia mengirimkan pesan kepada Herman sebelum memutuskan meninggalkan rumah. Dia menunggu jawaban Herman terlebih dahulu sebelum mengambil langkah lebih jauh.
"Ah, aku tak bisa keluar!" Lirihnya putusal asa.
---
Kembali ke kosan, kamar Marco, dimana Lyn sedang menantinya tapi dia sedang menghabiskan sore panas yang menggairahkan.
Marco menatap seksama lakukan tubuh di depan matanya, dia mengangkat tubuh Chi dan merebahkan perlahan di kasur.
"Aku melewati hari berat di belakang sana kemarin, aku rasanya sangat lelah dan kesepian.." lirih Marco dengan wajah yang murung. Membuat Chi iba.
"Ada apa ka?" ujar Chi dengan suara pelan yang lembut, telapak tangannya menjangkau pangkal rambut Marco, mengelus lembut dengan penuh cinta kepala yang berada di atas wajah nya ini. Tatapan matanya menyapu wajah tampan Marco yang jelas murung.
Pria itu menggaris senyuman. Saat menatap wajah polos Chi kesedihannya seakan sirna begitu saja. Dia bertumpu dengan kedua siku, menjaga jarak antara wajah mereka yang saling bertatapan.
Chi di bawah dan Marco di atas nya dengan jarak kurang lebih tiga puluh centi.
"Saat aku melihat wajahmu, rasanya semua masalah ku seketika lupa." ujar Marco mengelus lembut kulit pipi Chi. Memasang senyum sumringah.
Gadis itu tertawa kecil, membuat mimik wajahnya kian menggemaskan dan menggoda, kau begitu cantik dan apa adanya. Alami.
"Kakak mengatakan banyak hal indah. Aku pikir kakak itu berbakat ya menjadi seorang playboy" giliran Marco yang tertawa. Apa itu playboy?
"Aku hanya mencintai satu wanita dan itu kau.. Aku tak pernah berniat sekalipun untuk berubah.." Chi mentautkan alisnya
"Sekarang kau terdengar seperti raja gombal" cibir Chi dengan menjulurkan lidah, membuat wajah gemas yang lucu. Marco semakin tergila gila padanya.
Kau begitu menggemaskan. Membuat pria semakin ingin menggigit mu. Tak sabar menerkammu.
Marco menurunkan kepalanya dengan perlahan dan hati bati, hingga jarak diantara mereka terpangkas sempurna. Pria itu merebahkan dirinya, menghimpit tubuh ramping Chi. Debaran jantung seakan gempa ringan hingga kian terasa kuat, membuat semua di ruangan ini berputar putar indah. Seperti arus komedi putar, semakin tinggi semakin mendebarkan tapi terlihat sangat indah.
Kedua tangan Marco masuk diantara kepunyaan Chi, membuat gadis itu sedikit mengangkat punggungnya dari kasur, kekasihnya sedang memulai pekerjaan pertama. Membuka kancing kait di belakang sana. Ah.. takut tapi tak mau menghentikan.
Chi menghela nafas panjang sekedar ingin menenangkan diri. Ini adalah kali pertama untuknya. Semua rasa berbaur satu. Takut, cemas, penasaran dan.. ah, tak bisa di jelaskan deh. Semua perasaan itu campur aduk jadi satu.
Kalian tau kan rasa penasaran, cemas, takut, panik, mau, dan kagum. Ya semua menjadi satu, mengaduk aduk perasaannya, mengaduk aduk gasrat dan membuat kepala ini seakan mati rasa.
Chi memegang dadanya saat karet yang melingkar di dadanya terasa semakin longgar. Dia seakan tak bisa membuka mata dan menyaksikan semuanya. Wajah marco begitu dekat hampir tanpa jarak. Hidung mereka sesekali bertabrakan.
"Apa kau takut?" tanya Marco berbisik, membuat Chi mengangguk kecil dengan warna merah seperti blush on di wajahnya.
Pria itu menarik senyuman getir. Jika ingin jawaban jujur dia juga sama. Setelah lebih dua puluh tahun menahan semua hasrat sebagai seorang pria, malam ini sepertinya sudah di ujung tanduk. Tak terbendung lagi.
"Ini kali pertama juga untukku.." nyeess.. Entah perasaan apa ini. Chi sendiri tak mengerti. Bukan hanya baginya tapi juga bagi Marco!
Jadi mereka sedang mencoba membuat kesalahan yang sama untuk pertama kalinya (oke siap. Jangan di contoh!)
"Kaaa.." lirih Chi dengan suara bergetar, dia bisa merasakan hangat telapak tangan Marco mulai menelusuri kulitnya yang terbuka.
Dengan jarinya Marco mengambil bra renda yang jadi penghalang pandangannya. Chi memejamkan mata, tersipu malu. Dia berusaha meraih apapun di sebelahnya dan ternyata sebuah tas milik Marco. Dia berusaha menutupi dadanya yang terbuka. Malu. Berdebar. Takut. Penasaran.
Marco tertawa kecil dengan wajah yang juga seperti udang rebus. Dia melirik pintu jendela, ah baru akan malam. Marco beranjak dan menutup rapat hordeng kamarnya. Meyakinkan pintu tertutup Sempurna. Ternyata tadi belum terkunci. Bisa gawat.
Kali ini semua sudah aman. Marco kembali ke ranjang, mencoba membujuk Chi. Menarik perlahan tas yang jadi penghalang diantara mereka.
Kali ini Chi pasrah. Dia mengintip dengan celah mata, dia juga penasaran bagaimana wajah Marco yang menatap rubuh topless nya.
Takjub, tak bisa berkata kata. Kali ini dia melihat bentuk asli, bukan dari gambar, video atau mimpi. Chi saat ini adalah asli bukan imajinasinya. Beberapa detik dia terdiam, tertegun menikmati semua seakan merekam dalam otaknya dengan sempurna. (Oh my God anak muda!).
"Kakak berhenti menatap.. Aku malu.." lirih Chi mencoba membalas tatapan terdiam Marco.
Pria itu segera tersadar. Dia menggaris senyum ragu. Ya ampun.. Gadis kecilku.. Kau tumbuh dengan sangat baik. Batin Marco tak percaya.
Bocah yang dulu dia mandikan, dia keringkan rambutnya dengan handuk, yang dulu dia temani tidur dan kini sudah menjelma menjadi wanita sesungguhnya, Marco sudah lama menanti hari ini.
"Kau cantik sekali.." puji Marco menatap wajah Chi, telapak nya menyeka dahi Chi yang berkeringat. Pria itu memberi kecupan kecil di dahi kekasihnya. Hingga ke mata, ujung hidung, bibir.
Baru saja Chi akan membalas Sambaran bibir Marco pria itu sudah pindah ke dua aset kembar milik Chi.
"Kaa.." lirih Chi menggigit jari. Apa ini? Rasanya begitu lain dan sangat aneh.
"Kaaa.." apa maksud suara mendayu mu ini Chi, mari kita nikmati saja bersama malam ini.
Chi dan Marco begitu percaya diri dengan hubungan mereka. Mungkin karena sudah saling mengenal dan bergantung sejak kecil. apakah cinta mereka akan bersemi indah, seperti malam yang akan melewati bersama.
Chi sendiri masih tak yakin dengan apa yang akan mereka lakukan, hanya perasaan yang terus terombang ambing hebat dan tak terkendali lagi.
Marco sudah menjelma menjadi pria sejati dan menggairahkan. Siapa yang tak tertarik dengan wajah tampan dan tubuh berotot yang dia miliki. Begitupun Chi sebagai gadis normal yang masih di awal pubertas, yang haus perhatian dan kasih sayang.
Lihatlah guratan otot bisep dan sixpack yang terbuka dan tersaji bebas. Siapa yang tak akan tergoda. Begitupun Chi. Kakak yang sudah lama dia kagumi..
"Kaa.."
"Chii.."
***
Ehem, sabar ini ujian… tarik nafas dalam dalam..
Jangan lupa stor power stone..
Koreksi typo di komen paragraf ya mancenan..
Add FB ku claritta kelly
Ig ayun_8947