Télécharger l’application
3.52% My playboy boyfriend / Chapter 6: Kakak yang membantu adik 6

Chapitre 6: Kakak yang membantu adik 6

Chi membuka laptop. Dia sengaja tak kembali ke kamarnya. Dia akan menyelesaikan laporan harian di kamar Marco tanpa sungkan. Dia tak mau sendirian malam ini.

Pria itu sedang membuat minuman hangat, matanya melirik jam dinding dan sekarang pukul 7 malam. Dia melirik ke arah Chi di meja depan. Gadis itu duduk di karpet dan menatap monitor laptop dengan wajah serius.

"Chi apa yang kau kerjakan? Apa sedikit sulit?" Tanya Marco perhatian sambil mengaduk minuman di depan nya. Chi menggeleng.

"Hanya laporan harian ka. Aku tinggal mengisi kolom kolom dan melaporkan online. Nanti temanku akan mencetaknya dan melaporkan ke sekolah" jawab Chi dengan wajah sumringah yang tenang. Nampaknya dia memang tidak mengalami kesulitan sedikit pun.

Marco meletakkan minuman Chi di meja. Lalu mencuri lirik pada pekerjaan Chi.

"Kakak sendiri. Apa tidak ada tugas?" Tanya Chi menoleh. Dia sedikit terkejut dan terbengong. Ternyata wajah Marco begitu dekat dengan kepalanya. Dia bisa mencium wangi segar dari sabun mandi Marco.

"Kakak habis mandi ya?" Tanya Chi

Marco menoleh, dan dia tersadar kalau wajah mereka begitu dekat. Debaran jantung memainkan perasaan mereka. Tapi keduanya berusaha tenang dan bersikap biasa. Padahal gejolak dalam hati sungguh luar biasa dashyat.

"Mm.. aku free.." Marco terlihat gugup. Tangannya meraih gelas yang tadi dia letakkan, pria itu menyeruput minumannya dengan wajah merona malu.

"Aish! Panas panas!!" Marco mengibaskan tangan ke depan mulutnya. Membuat chi terkekeh geli.

"Hahaha.. kakak sih. Bukannya itu untukku. Kenapa kakak yang minum sih!" Protes Chi. Dia menarik gelas dari meja dan menyimpan ke sebelah kirinya. Menjauhkan dari jangkauan Marco.

"Hati hati. Itu masih panas!" Marco memperingatkan Chi yang mencoba menikmati minumannya. Gadis itu menggeleng. Dia menyukai wajah panik Marco yang terkejut melihat chi berani menyeruput teh hangat itu.

Ternyata gadis itu meniup terlebih dahulu sebelum menyeruput tehnya.

"Kau pintar ya!" Puji Marco dengan wajah jengkel.

"Tentu dong! Memangnya kakak!" Cibir Chi dengan wajahnya yang menggemaskan.

"Kenapa kakak bikin satu gelas?" Tanya Chi heran mendapati Marco tak memiliki gelas minuman di hadapannya.

"Kau kan tamu ku. Aku sengaja menyuguhimu."

"Tapi malah kakak yang meminumnya lebih dulu. Tamu kan raja kak!" Gusar Chi dengan wajah manja.

"Pembeli yang raja. Tamu sih bukan!" Protes Marco.

"Tamu juga tau ka! Masa Kaka engga tau sih!"

"Engga tuh!"

"Ih, iya tahu.. kakak masa ga tau! Aku ini raja tau ka! Kakak harus malayani ku dengan baik!" Ujar Chi memaksakan pendapatnya dengan nada merengek membuat Marco gemas.

Pria itu mengangkat kedua telapak tangan mencubit gemas pipi chi.

"Kau mana mungkin jadi raja Cecilia.. kau kan perempuan.." ujar Marco dengan wajah gemas. Dia mencubit pipi kenyal Chi yang berubah merah seketika.

"Uuuh.. kakak sakitt.." Chi memukul lengan Marco agar cubitannya lepas.

Marco melepaskan cubitannya dan kulit mulus Chi masih saja memerah, membuat Marco menyesal sudah mencubit terlalu gemas tadi.

"Apa sakit?" Tanya Marco dengan penuh perhatian. Chi merengut, dia pura pura merajuk dan menyentuh pipinya yang menghangat. Wajah itu bertambah merah.

"Sakit tau!" Kesal Chi manja "kakak bercandanya keterlaluan deh!" Jengkel nya.

Marco menurunkan tubuhnya. Dia memutar pundak Chi agar posisi mereka saling berhadapan.

"Coba aku lihat.." Marco memperhatikan pipi chi. Gadis itu meraut wajah sendu yang manja. Kulit wajahnya merah karena bekas cubitan atau malu melihat wajah tampan Marco yang begitu dekat meneliti wajahnya.

Marco menghembuskan nafas perlahan. Dia meniup pipi chi. Gadis itu menarik nafas dan terkejut mendapati angin segar yang lembut. Chi bisa mencium wangi mint dari nafas Marco. Dia tersenyum sendiri.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu?" Protes Marco.

"Tidak.." lirik Chi menahan tawa, dia menggeleng perlahan.

"Bohong! Kenapa. Apa wajahku terlihat lucu?" Tanya Marco heran.

"Bukan kok!" Balas Chi mengibaskan telapak tangan.

"Terus.. kenapa? Pasti ada yang lucu kan!"

"Bukan kakak. Habisnya.. kakak langsung meniup wajahku seperti tadi. Kakak membuat aku berdebar. Aku pikir kakak akan menciumku!"

Marco tak sengaja mendorong pelan bahu Chi. Padahal tadi dia sengaja menahan bahu itu agar bisa meniup pipi chi.

"Kau menggoda kakak mu ya!" Tuding Marco mengalihkan wajah. Wajahnya jadi ikutan merona merah.

"Ih, apa sih kak. Kakak yang menggodaku tau!" Balas Chi.

"Apa katamu? Kau itu gadis kecil ku yang imut imut dan lucu. Kau itu boneka hidupku. Kau itu selalu membuat aku cemas dan membuat aku gemas. Makanya aku meniup wajahmu untuk membantu meredakan wajah mu yang nyeri. Ah jangan jangan!"

"Apa!" Chi tiba tiba merasa tak enak mendapati tatapan menyelidik Marco.

"Jangan jangan kau mau aku cium ya!"

"Ih, apaan sih! Enggaklah kak!" Wajah chi merah padam. Sementara Marco berdehem.

Bisa bisanya aku bicara aneh seperti ini. Batin Marco protes.

"Berapa banyak pria yang pernah menciummu?" Pertanyaan Marco menyelidik.

"Ih apa sih ka!" Chi memukul pundak Marco. Tapi itu tidak sakit sama sekali.

"Aku belum pernah melakukan itu kok! Beneran. Aku bilang aku ini tidak bisa bicara dengan pria dengan baik!" Ujar Chi berkilah.

"Mana aku percaya. Kau begitu cantik dan menggemaskan. Kau begitu manja dan lucu. Mana ada pria yang tidak luluh olehmu!"

"Ih.. kakak lebay. Aku tuh cewek biasa biasa saja kak. Aku juga ga menonjol di sekolahan!"

"Apanya yang menonjol?" Marco menggoda Chi dengan melirik bagian dada gadis itu. Sontak Chi langsung menutupi dadanya.

"Kakak apa apaan sih! Kakak mesum!" Tuduh chi melihat sorot mata menggoda Marco.

"Hehe.. kau ini masih saja sama seperti dulu. Paling mudah aku goda!"

"Kakak juga sama. Masih aja nyebelin!" Cibir Chi kembali fokus pada laptop nya.

"Berhenti menggangguku! Aku mau serius kerjain tugas!" Chi mengancam.

"Aku malah belum ngapa ngapain." Balas Marco mengangkat kedua tangan. Pria itu beranjak dari posisinya dia mengintip dari belakang punggung Chi.

"Ih kakak ngapain sih!" Chi terlihat kesal dan terganggu dengan keberadaan Marco di belakangnya.

"Aku sedang memeriksa tugasmu!"

"Memangnya kakak guru pengawas!"

"Aish. Aku ini kakakmu. Bukan gurumu!" "Memangnya kakak tidak boleh membantu tugas adiknya?"

"Boleh sih.."

"Ya sudah kalau begitu.." ujar Marco tegas. Chi menurut saja.

"Terserah kakak deh!" Chi mulai mengetik kembali.

"Kenapa seperti itu. Kau bisa pakai rumus ini untuk menghitung persentase.." kedua tangan Marco mengurung badan Chi. Pria itu menggantikan jari jemari Chi mengetik di atas keyboard.

Chi menoleh dan mendapati otot kekar Marco yang membuat genderang perang di dalam dadanya.

Kakak, ini sangat dekat. Aku bahkan bisa merasakan debaran jantungmu yang mau runtuh.. lirih batin Chi tak bisa menenangkan diri.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C6
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous