"Saya waktu itu sedang duduk di halte sendirian, sedang menunggu Bimo menyelesaikan urusan dengan guru fisika, mereka kemudian datang bergerombol dan mulai mengganggu saya, sampai me ... me ... me le cehkan saya." Jantungku mulai berpacu, sial traumanya terputar dikepalaku. "Bu-bukan hanya saya yang kena ganggu pak, tapi siswi lain juga mengalami itu oleh mereka. Anak Pertiwi yang kurang ajar, bapak boleh tanya sama temen-temen yang lain kalau bapak pikir saya bohong." Keringat sudah membulir di keningku. Sial, susah sekali mengendalikan diri sampai sini.
Pak Baroto hanya diam, Bimo pun nampak menghela nafasnya gusar, entah kenapa dia begitu. Aku sedikit merasa lega telah berani bicara meskipun tanganku gemetar.
"Ray, stop gak usah ngomong lag--"
Ucapan Bimo terhenti sebab ayah mengacungkan telapak tangannya kepada Bimo tanda ayah menyuruh Bimo berhenti bicara. Kemudian ayah yang bicara pada pak Baroto.