"Oke, mas Bara bakal ceritakan soal itu, dan soal kenapa kamu gak ingat sama kejadiannya. Bener kata Bimo, kamu jadi mulai ingat sedikit demi sedikit karena ada pemicu trauma itu, muncul satu persatu Ray."
"K-kejadian apa? Beneran itu bukan mimpi biasa?"
Mas Bara mengangguk, membuat aku semakin gugup. Ibas hanya bisa membuang pandangannya menatap ke arah lain, antara tak sanggup melihatku, atau takut keceplosan.
Aku memasang telingaku baik-baik, agar tak ada salah dengar atas setiap kata yang akan mas Bara ucap soal masalah ini. Ini krusial, menyangkut kehormatanku sebagai perempuan.
Mas Bara mulai bercerita, setelah meneguk es jeruk di hadapannya.
"Dulu, waktu kamu kelas 2 SMP, kamu pernah ... pernah ... pernah sial. Kamu, bisa dibilang di lecehkan sama kawanmu, kawan kalian berdua." sambil mas Bara menunjuk aku dan Babas.
Babas diam, menunduk, menumpukan tangannya sampai batas siku ke meja. Sedangkan aku syok luar biasa.