Télécharger l’application
6.3% My prince my bad boy / Chapter 23: CHAPTER 23

Chapitre 23: CHAPTER 23

-Kabar Duka Perusahaan-

"Nah kan diem lo!" ujar Varel  lagi

"Eh,eh guys! Lihat nih, pemilik pereusahaan PT. MEDIA SURYA KENCANA kecelakaan mobil beserta istrinya. Di duga mobil tersebut masuk ke dalam jurang dan korban di temukan dalam keadaan sudah meninggal dunia" sahut Lutfi yang tiba-tiba melihat berita terkini di hpnya

"PT MEDIA SURYA?" ujar Shandy kaget

" Iya…. Kenapa lo kenal?" tanya Lutfi

"Itu bukannya perusahaaan mbokapnya si Via kan?" tukas Shandy lagi

"Prabu Brawijaya bukan?" tanya Stiv

"Bentar, gue cek lagi.....… bener-bener, namanya Prabu Brawijaya dan istrinya Shinta elviana Brawijaya!" ujar Lutfi memeriksa berita itu lagi

"Terus gimana dong sekarang?" sahut Vito

"Kasihan banget Vja" ujar Dara

"Gimana apanya, ya kita kerumahnya lah sekarang!" tukas Shandy dengan wajah panik beranjak berdiri

"Panik banget lo bos?" ledek Lutfi

"Ini bukan waktunya buat lo nuduh kalo gue suka atau apalah sama tuh cewek!" bantah Shandy

"Yaudah,kalian nunggu apa cabut sekarang!? sahut Siv sama-sama panik

"Kenapa kalian pada panik coba?" batin Vito melihat ekspresi Shandy dan Stiv

                      ****************

           Mobil ambulance yang menganggut jenazahnya Btawijaya dan Shinta sudah sampai di kediaman duka. Bahkan sudah banyak tetangga-tetangga ,kerabat, teman, bahkan guru-guru sekolah Via juga rekan kerja beliau yang mengelilingi jenazah tersebut. Gema suara lantunan surat yasin menyelimuti ke heningan rumah duka.

           Dan sampai detik ini Via bahkan belum sadarkan diri. Bi Ijah sibuk  di belakang menyiapkan semua yang di butuhkan saat pemakaman nanti. Syila ikut membantu bi Ijah di belakang,dan Dita masih duduk di sebelah Via berbaring,berusaha menyadarkan sahabatnya itu.

        Shandy, Stiv, Dara, Vito dan juga Varel sudah tiba di kediaman duka, dengan mengenakan serangkaian busana gelap juga kacamata hitam. Shandy dengan kemeja hitam dan dua kancingnya yang di biarkan terbuka menampakkan dadanya sedikit,juga celana jeans hitam dan kacamata. "Keren banget,gans banget walaupun dia menggunakan  serangkaian pakaian berwarna gelap" batin cewek-cewek yang ada di sana, membuyarkan ayat-ayat surat yasin demi melihat bad boy itu. Oke lanjut! Nggak usah bahas Shandy terus;)

"Lho, ini Via kenapa?" tanya Dara medekat

"Masih syok kak, mendengar kabar ini" ujar Dita

"Yaudah kalian berempat gabung di sana berdoa atau baca surat yasin atau apalah. Gue mau kebelakang dulu" tukas Dara

"Toilet sebelah mna?" tanya Dara lagi

"Di sana kak, ayo aku antarin" ujar Dita

         Stiv, Vito dan Varel sudah bergabung di dekat jenazah Brawijaya. Sedangkan Shandy masih berdiri mematung melihat gadis itu terbaring lemas

" Lo yang sabar, gue yakin lo pasti kuat" bisik Shandy. Akhirnya ia  duduk di tepi sofa,kemudian ia mengoleskan minyak kayu putih ke dua tangan,hidung dan juga pelipis Via dan memijitnya pelan. Tidak lama itu akhirnya Via siuman

" Lo udah sadar.. ini minum dulu" ujar Shandy mengubah posisinya menjadi berlutut di depan Via dan memberikan air putih yang ada di meja.

           Via mencoba menenangkan dirinya,kepala sedikit pusing. Setelah berhasil merubah posisinya menjadi duduk dan melihat banyak sekali orang yang mengelilingi seseorang di balik kain jarik itu. " Itu siapa?" tanya Via

okap nyokap lo" sahut Shandy pelan

"Papa..? Bunda??" lirihnya pelan. Matanya perih,dadanya kembali sesak. Rasanya raga ini belum siap menerima semuanya. Via mengernyit memegangi kepalanya yang pusing dan kemudian …..

Pingsan lagi..

           Dengan sigap Shandy menangkap tubuh Via yang hampir terjatuh ke lantai. "Aelah lo nyusahin banget dah. Demen banget pingsan!" gerutu Shandy. Setelah itu ia membopong Via menuju kamarnya. tidak lama itu datang Dita dari dapur membawa semangkok bubur.

"Eh Via mau lo apain?" sahut Dita

"Dia tadi udah sadar, ini pingsan lagi! Gue mau bawa ke kamarnya, kamarnya di mana?" tanya Shandy

"Di.. di atas!" ujar Dita

"Lo duluan!" suruh Shandy yang sudah membopong tubuh Via dengan tangan kokohnya

           Dita langsung berlari menyusuri tangga, mengarahkan ke kamar Via yang di ikuti Shandy di belakangnya.

"Masuk aja" tukas Dita membukakan pintu kamar Via

"Lo ambilin kompresan cepet!" suruh Shandy setelah membaringkan tubuh Via di kasur. Dita segera turun mengambil kompresan

"Muka lo pucet banget" ujar Shandy mengusap pelan pipi Via dan merapikan rambutnya

"Cantik juga ni cewek" batinnya

"Tapi kalo lagi merem gini! Kalo pas melek aja yaampun minta di gundulin ni cewek cari gara-gara muluk" sahutnya lagi, kemudian ia mengulas senyumnya melihat cewek yang selalu cari masalah dengannya itu. Demi apapun ia mengagumi kecantikan Via saat ini, meskipun dalam keadaan pingsan sekalipun.

                                           ***********

"Eh, si Shandy kemana?" yanya Vito yang baru sadar, dari tadi Shandy tidak bersama mereka

"Si Via juga nggak ada di sofa" tambah Varel

Kemudian Stiv beranjak berdiri, menyusul Dara yang ada di belakang.

"Bee, bang shandy kemana?" tanya Stiv

"Kak Shandy nemenin Via di kamarnya, tadi Via sempet sadar sebentar terus pingsan lagi" sahut Dita menyiapkan kompresan buat Via

"Honey, ini tolong anterin kompresan ke kamar Via ya" pinta Dara

"Kamarnya di atas, pintu nomer dua samping tangga" ujar Dita

            Stiv  langsung berjalan mengantar kompresan itu. Sesampainya di depan kamar Via, ia langsug masuk tanpa permisi. Ia termenung sebentar melihat abangnya yang mengusap pucuk kepala Via. Tampak terlihat tulus tanpa ada rasa kebencian di sana. Tadinya ia sempat berfikir Shandy bakal ngelakuin yang aneh-aneh pada Via, tapi nyatanya tidak.

"Inii kompresannya" ujar Stiv

"Lama banget sih lo?" sahut Shandy, ia fikir yang datang Dita

"Eh, lo Stiv! Gu… gue keluar aja biar lo aja yang jagain Via disini" ujar Shandy lagi

"Nggak usah bang, lagian gue udah di tunggu dara di bawah" tukas Stiv langsung keluar kamar.

    Kemudian Shandy mengusap wajah Via dengan handuk hangat itu. Mengusap semua bagian wajah imut Via. Tidak berapa lama, Via akhirnya tersadar dan mengerjapkan matanya pelan

"Lo ngapain disini?" sahut Via cepat

"Gue dimana?" tanya Via lagi

"Lo ngapain nyentuh-nyentuh gue!"

"Nggak usah kurang ajar ya lo!

"Beraninya lo…" ucapan Via terpotong oleh telunjuk Shandy yang menempel di bibirnya

" Suttthhhh!! Nggak usah nuduh sembarangan, gue disini nggak ngapa-ngapain .Gue cuma ngompresin lo nih lihat!" sahut Shandy memegang baskom kecil yang berisi air hangat juga handuk

"Lo tadi udah sadar pas di bawah, terus lo pingsan lagi. Mau nggak mau lah gue bawa lo kesini, berat tahu ! bukannya terimakasih kek malah marah-marah" ujar shandy membela diri. Dan Via terdiam sesaat.

"Thanks" sahut Via pelan

"Yaudah ini gimana lo langsung turun ke bawah atau gimana?"

" Sebelum nyokap mbokap lo di antar ke pemakaman!" sahut Shandy lagi


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C23
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous