Télécharger l’application
7.89% PELABUHAN TERAKHIR PRIA KEJAM / Chapter 3: Bab. 3 Perjalanan Bisnis

Chapitre 3: Bab. 3 Perjalanan Bisnis

Al masih diam mematung dan tak menjawab pertanyaan Rico dengan cepat seperti biasanya. Entah kenapa tiba-tiba Al menjadi orang lemot secara dadakan. 

"Kau,  ini kenapa  Al? Apa aku menggaji kamu untuk menjadi patung di depan kamarku?" geram Rico yang tak mendapatkan respon maupun jawaban dari asistennya. 

Al yang mendengar bosnya marah kembali tersadar dari lamunannya seketika dan berusaha bersikap normal. 

"Maaf,  bos. Aku tadi melamun" sesal Al atas apa yang terjadi. 

"Ya,  aku maafkan dan sebagai gantinya gaji kamu akan dipotong 50%. Jadi mulai bersiaplah untuk hidup menghemat bulan depan dan paling penting kau tak akan bisa menyewa jalang untuk bulan depan" canda Rico. 

"Maaf,  bos" ulang Al meminta maaf kembali. 

"Sejak kapan kau jadi orang yang mudah meminta maaf?  Apa kau salah makan atau kepalamu terbentur sesuatu sehingga membuat dirimu berbeda dari biasanya" cemooh Rico yang tahu betul bagaimana sifatnya Al. 

Al yang mendengar bosnya yang berkata seperti itu hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. 

"Bos,  apa kau tidak bisa tidur seperti biasanya? Sehingga kau sudah rapi seperti sekarang ini" ucap Al setelah kembali dari tersadar dari lamunannya. 

"Iya,  seperti biasa....Apa ada masalah dengan jadwal keberangkatan kita?" jawab Rico sekaligus memberikan pertanyaan.

"Pihak bandara memberikan izin terbang sekitar dua jam lagi untuk kita bisa lepas landas. Jika kita tetap memaksa untuk terbang nanti siang mereka tidak ingin bertanggung jawab atau semacamnya. Menurut perkiraan pihak bandara akan terjadi badai hebat yang membuat semua akses terputus. Apa tuan ingin berangkat sekarang atau tuan akan menunda keberangkatan sampai dinyatakan aman untuk kita terbang" jelas Al kepada atasannya. 

"Siapkan semuanya kita berangkat sekarang saja" ucap Rico yang kembali berbalik ke dalam kamar miliknya untuk menyiapkan semua berkas yang perlu dirinya bawa ke Indonesia. 

Rico membuka pintu brankas miliknya yang tersembunyi di dalam ruang pakaian. Saat membukanya dirinya mengambil beberapa dokumen serta tidak sengaja ada beberapa lembar foto yang tidak disengaja terjatuh begitu saja. Rico menyipitkan matanya saat melihat lembaran foto tersebut dan membuat dirinya menatap tajam. 

Rico mengambil foto-foto tersebut yang terjatuh dan meremasnya dengan kasar serta mengambil sisanya yang masih ada di dalam brankas. Rico memasukkannya ke dalam perapian yang ada di dalam kamar miliknya. Rico menyalakan perapian tersebut hingga tidak tersisa fotonya sama sekali. Setelah memastikan semua foto hancur menjadi abu,  Rico keluar dari kamarnya dan menutup pintu tersebut dengan rapat. 

Tap

Tap

Tap

Suara pantofel milik Rico yang beradu dengan marmer memecahkan kesunyian dalam mansion tersebut. Al yang menyadari kehadiran bosnya langsung membungkuk memberi hormat begitu juga dengan yang lainnya. 

Sreettt

Decitan suara kaki bangku yang digeser oleh Rico terdengar walau tidak begitu keras. Rico duduk dan makanan mulai disajikan ke meja makan satu per satu.  Tidak ada pembicaraan selama makan dan hanya terdengar dentingan sendok dan garpu yang sesekali saling beradu. Beberapa pelayan yang memang bertugas untuk melayani mereka berdua makan. 

Setelah selesai makan Rico memanggil paman Roberts karena ada yang ingin dirinya bicarakan. 

"Paman,  aku dan Al akan pergi dalam waktu yang mungkin cukup lama. Aku titip mansion untuk dijaga dan dirawat. Jika ada hal penting dan mendesak paman bisa hubungi aku atau Al. Untuk kamarku seperti biasa pastikan orang yang membersihkannya yang sudah biasa saja" pesan dan sekaligus perintah pada paman Roberts yang merupakan kepala pelayan di mansion miliknya sudah menjadi kebiasaannya jika dirinya akan keluar kota maupun keluar negeri dalam jangka panjang. 

"Baik,  tuan saya mengerti" balas paman Roberts. 

"Tuan,  peswat sudah mulai dipersiapkan dan sudah waktunya kita berangkat" Al memberitahu tentang persiapan keberangkatan mereka. 

"Hmmm"

Rico dan Al berjalan menuju halaman mansion dimana mobil sudah berjejer rapi dan siap digunakan. Mobil-mobil tersebut adalah mobil-mobil keluaran terbaru dengan harga yang fantastis dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas maupun kelebihan lainnya. 

Pintu bagian belakang kemudi dibuka dan Al berjalan untuk memutari mobil akan tetapi langkahnya terhenti saat Rico meminta Al untuk membawa mobilnya. Al yang tahu alasan sebenarnya kenapa tidak memakai supir akhirnya menurut dan mengikuti keinginan bosnya. Hal ini sudah biasa terjadi jika mereka ingin berbicara masalah pekerjaan yang sangat penting atau rahasia dan masalah yang paling pribadi sekalipun itu akan otomatis tidak menggunakan supir sama seperti sekarang ini yang terjadi. 

Mobil bagian depan berjalan secara perlahan meninggalkan halaman parkiran mansion tersebut dan disusul dengan mobil-mobil dibelakangnya. Iring-iringan mobil tersebut memecah jalan raya yang sedikit ramai. 

Al membuka pembicaraan saat perjalanan mereka sudah memasuki jalan raya. Dirinya hanya ingin memecahkan beribu pertanyaan dan rasa penasaran dalam pikiran dan hatinya. 

"Al,  apa masih ada wanita baik-baik tercipta di dunia ini?" tanya Rico yang membayangkan jika dirinya mempunyai istri dan juga anak-anak yang lucu yang membuat mansion besar miliknya ramai penuh canda tawa dan suara anak yang berlari-larian. 

Al yang ditanya merasa heran dan juga aneh bosnya bisa tersenyum walau hanya sekilas dan itu hanya bertahan hitungan detik saja. 

"Jika bos mau, bos bisa menikahi wanita manapun. Jika saya harus menjawab pertanyaan bos seperti itu tidak ada dan tidak mungkin seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami,  terlebih lagi dunia ini begitu luas jadi sulit untuk mendapatkannya. Kalaupun ada pasti wanita itu sudah menjadi milik pria lain yang pastinya pria itu juga pria baik-baik tidak….. 

Al tidak melanjutkan kata-katanya dan terdiam sesaat untuk berpikir melanjutkan ucapannya atau tidak. 

"Maksud  kau …..tidak seperti aku…. Begitu?  Ya...aku akui jika aku bukanlah pria baik-baik seperti yang dibayangkan olehmu ataupun orang lain atau juga wanita itu akan tetapi apa kau salah jika mengharapkan seorang wanita untuk menemani masa tua aku nanti sambil bermain dengan cucu" Rico baru kali ini berkata dengan nada yang terdengar sedih dan begitu mendambakan sesuatu. 

"Jika wanita itu ada akan tetapi bukan atau belum dimiliki oleh pria manapun,  bos mau melakukan apa saja asalkan mendapatkan wanita tersebut?" tanya Al memancing bosnya. 

"Aku akan melakukan berbagai macam cara untuk memilikinya baik dengan cara baik ataupun kotor sekalipun aku tidak peduli yang penting aku bisa memilikinya" jawab Rico dengan nada serius dan setenang mungkin. 

"Wooooo…. Aku takut jika bos berkata seperti itu.  Sisi mafianya keluar dari tubuhnya. Apa termasuk memperbaiki diri agar wanita itu mau menerima anda atau memperkosanya jika itu satu-satunya jalan keluar atau solusi yang tepat?" ucap Al memancing sisi liar bosnya yang tidak pernah menerima penolakan dari dulu. 

"Iya,  termasuk itu juga jika memang hanya itu cara satu-satunya" 

"Semoga saja apa yang anda ucapkan tidak jadi kenyataan" ucap Al. 

"Kenapa?" 

"Kata orang ucapan itu seperti doa, jadi setiap kita berkata itu termasuk doa. Semoga saja ucapan anda tidak jadi doa dan hanya angin lalu saja" terang Al berbicara dengan bijak tak seperti biasanya. 

Bugh

Rico memukul pundak Al dari belakang memang posisinya Al yang mengemudikan mobil dan mereka hanya berdua saja  dalam mobil. Rico memukul tersebut bukan karena tanpa suatu alasan. Perkataan Al tersebut seakan-akan membuat dirinya bingung dan tanda tanya karena apa sahabat sekaligus orang kepercayaannya itu bisa berbicara bijak dari tadi. Apa dirinya salah minum obat atau kepalanya terbentur tembok. 

"Kenapa melihat aku seperti itu bos?  Apa ada yang salah dengan semua ucapanku barusan?" tanya Al yang melihat wajah bisnya seperti orang sedang berpikir. 

"Entahlah" jawab Rico dengan menggantung. 

Mobil tak membutuhkan waktu lama sampai di bandara. Rico memberhentikan mobil di terminal keberangkatan terlebih dahulu. 

"Bos, mau turun di sini atau di landasan pacu saja?" tanya Al untuk mengkonfirmasi tentang mereka akan turun dimana. 

"Landasan pacu saja aku tak ingin jadi pusat perhatian dan pastikan kalau pesawat sudah siap untuk take off karena aku tidak ingin memakan waktu lama di negara ini lagi.... Semoga saja setelah kembali dari Indonesia,  aku bawa istri dan dirinya sedang mengandung anakku. Benih dari yang aku tanam pada rahimnya setiap malam" ucap Rico memberi perintah dan sekaligus berharap jika keinginannya itu bisa jadi kenyataan. 

"Amin….. Bos,  bukankah setiap malam atau setiap kau menginginkan bercinta sama jalang kau menyemburkan benih milikmu juga pada dalam rahimnya" sahut Al yang mengetahui jika bosnya itu sering bercinta dengan wanita panggilan yang pastinya sudah diperiksa kesehatan dan alat reproduksinya sehingga aman. 

Rico hanya tersenyum tipis saat Al bicara seperti itu. Dirinya tidak menyangkal akan ucapan Al karena semuanya tidaklah salah walau tidak semuanya benar juga. 

Kedatangan iring-iringan mobil di tempat khusus sedikit menyita beberapa pasang mata. Rico turun dari mobil setelah dibukakan pintu samping begitu juga dengan Al. Mereka keluar sudah menggunakan kacamata hitam agar tidak jadi sorotan orang-orang. 

Rico berjalan lebih dahulu dan disusul oleh Al dibelakangnya. Setibanya mereka di pintu pesawat disambut oleh para awak kapal,  pilot dan co-pilot. 

"Selamat pagi tuan. Semoga perjalanan anda menyenangkan bersama kami. Jarak tempuh antara Milan - Italia ke Jakarta - Indonesia yaitu 11.091 km,  untuk waktu penerbangan sekitar 12 jam 19 menit,  kecepatan penerbangan pesawat 900 km / jam" seorang pilot memberikan ucapan salam sekaligus menerangkan beberapa hal yang harus diketahui oleh penumpangnya. 


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C3
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous