•••
2028
-29 Agustus-
Gue rasanya, ini adalah alasan penting dibalik semua yang terjadi di Indonesia. Gue siap mendengarkan apa yang Nyle ingin sampaikan. Namun sebelumnya, dia menyuruh gue memakai earphone dan memastikan bahwa tidak ada yang mendengar percakapan kami berdua. Entah jika ada agen rahasia yang menyadap, semoga saja tidak ada.
Tidak ada yang terdengar di beberapa menit itu, Nyle tidak memulai obrolannya dan gue hanya menunggu. Suara angin berdesir terdengar dari Nyle, sepertinya dia sedang keluar mencari tempat yang aman.
"Halo, Dito?"
"Aku disini Nyle."
"Apa kamu bisa membuatku yakin, Dit, kalau tidak ada yang mendengarkan percakapan kita disana?"
"Ayolah, sayang. Lero tidak bisa memahami dan Bi Sumi juga bukan orang yang ingin tau privasi kita bukan?"
Nyle menghela nafas, "Aku, sangat takut Dito," ungkapnya.
"Apa yang ditakutkan? Jabatanmu? Atau apa sayang?"
"Itu adalah salah satunya. Namun, banyak disini yang membuatku takut akan tidak bisa kembali pulang ke rumah. Aku rindu ada didekatmu, didekat Lero, menyusui dia," Nyle terdengar sedang menahan tangis. Suaranya sedikit berubah.
"Sayang,aku selalu mendoakanmu dari sini, memangnya apa yang ngebuat kemungkinan buruk itu semua akan terjadi?"
"Kamu ingat Dito, mobil ambulan dimana pak Tonny datang kerumah kita?"
"Iya, itu tidak lama juga si."
"Ya, sebelum itu aku seperti biasa dicek kesehatan oleh pihak rumah sakit agar memastikan bahwa kami, para dokter harus terjaga kesehatannya untuk menghindari resiko ketika nantinya bertugas," jelas Nyle.
Disini, Nyle benar-benar membeberkan semua yang tidak gue tahu sebelumnya. Dia menjelaskan jika sampel darah Nyle adalah termasuk yang istimewa. Dia bilang, ternyata darah yang di ambil dari tubuhnya bukan hanya untuk mengecek kondisi kesehatannya saja, melainkan dijadikan sampel oleh pihak peneliti. Darah Nyle adalah satu dari ribuan sampel yang istimewa.
Nyle bercerita juga dia mendapat tekanan yang sangat amat besar ketika mengetahui keputusan Sumatera yang menutup semua akses masuk keluarnya masyarakat. Ada kesalahan pemahaman antara pulau Jawa dan Sumatera ketika rapat terutup diselenggarakan. Disana Sumatera yang tidak ada kasus virus sama sekali diminta untuk menerima masyarakat dari pulau Jawa yang sehat agar kemungkinan terpapar sedikit dan melonggarkan kepadatan masyarakat pulau Jawa.
"Aku sudah berusaha semaksimal mungkin, Dito. Aku merasa bersalah atas saran yang kuberikan ketika rapat tertutup itu. Tekanan ini membuatku sedikit cukup egois kala itu, tapi aku tidak keras, aku hanya ingin melindungi," kata Nyle. "Kementrian dan beberapa peneliti pun sudah sepakat dengan keputusan itu, namun, tetap saja kita ditolak dan dicap egois."
Gue yang sebelumnya tidak mengerti atas keputusan perwakilan Sumatera sekarang menjadi mengerti berkat apa yang Nyle bicarakan. Nyle ingin gue menutupi ini agar tidak ada kesalah pahaman yang semakin besar diantara masyarakat.
"Nyle, apa sudah cukup?" Tanya gue.
"Masih ada, Dito," Nyle mengela nafas lagi, "Kemungkinan aku tidak kembali sangat besar."
"Apa, Nyle?"
"Maafkan aku, Dito. Sekarang para peneliti sedang membuat beberapa project, termasuk mengembangkan alat untuk membasmi virus dan mengembangkan sampel darahku untuk bisa menemukan obatnya apa."
Gue terdiam.
"Dito, kamu baik-baik saja? Aku harap begitu. Sekarang situasi sangat sulit sekali. Kamu jangan terlalu khawatir denganku, aku bukan berarti tidak mencintaimu dan Lero. Aku pikir ini perihal profesionalitasku terhadap pekerjaan, jadi aku minta maaf, ya, sayang? Mungkin obrolan kita tidak akan panjang lagi, aku harus masuk kedalam untuk kembali bertugas sebelum mereka mencariku. Aku mencintaimu, Ditofarnus."
Lalu, panggilan berakhir.
Mulai detik ini gue rasa, ikhlas adalah pelajaran penting untuk esok hari dan selanjutnya.
•••
2028
-30 Agustus-
Gue bangun siang karena terus terpikir ucapan Nyle malam itu 'Aku tidak dapat kembali'. Kata-kata itu membuat gue ketahukan sekali, gue takut kehilangan Nyle, gue takut Lero tidak besar dalam pangkuan Nyle. Hanya tangisan yang merespon kala itu, padahal gue tau ikhlas adalah jalan keluarnya.
Sebesar apapun lo merekalan, itu berbanding lurus dengan besarnya kesedihan.
Bi Sumi sempat bertanya-tanya dengan kondisi gue, terlihat sekali memang, namun apapun itu, lelaki akan selalu memegang amanah. Gue tidak bercerita apapun kepada Bi Sumi.
Gue terus menahan sedih melihat Lero yang digendong-gendong Bi sumi, di mandikan, di beri makan dan lain sebagainya. Karena ada kemungkinan dia tidak bisa bertemu Ibunya sekali lagi.
Entahlah, hari ini berbeda sekali.
Gue makan secukupnya, menyapa Lero dan langsung kembali ke kamar. Gue membaca berita melalui internet dimana virus ini banyak memakan korban jiwa yang setiap harinya bertambah. Masyarakat sedang dilanda panic attack, mereka kocar kacir. Orang yang tidak punya rumah tinggal yang ada di jalanan semuanya habis terkena virus. Orang yang tidak mampu semakin kelaparan dan akhirnya meninggal. Semua terlihat kacau sekali.
Beberapa teman gue dikampus dulu menyarankan beberapa makanan khusus untuk menangkal virus ini. Sepertinya itu tidak berguna, pikir gue. Sahabat gue dulu pun sangat peduli pada gue untuk selalu sabar dan membawa enjoy semua keadaan, mereka menyemangati gue. Gue berdoa agar mereka tidak terkena virus ini.
Pelajaran pertama gue hari ini adalah ikhlas. Gue gaboleh menyerah dengan keadaan. Gue harus selalu mendukung Nyle walau situasi sangat sulit. Dimulai dengan sering mengirimkannya surat virtual dan ucapan, gue rasa hal ini bisa membuat dia semangat dan bisa kembali pulang juga.
Gue jadi belajar menulis karena itu, menjadi lelaki romantis. Walau, gue tau ini telat sekali. Seharusnya ketika remaja dulu gue begini. Haha.
Gue mencoba juga mengumpulkan semua memori bersama Nyle yang ada di kamera dan handphone untum disatukan kedalam komputer dan dibuatkan drive di internet agar tidak hilang.
Ini semua gue lakukan karena satu hal. Karena gue mencintai Nyle.
Bilamana dunia ini kiamat, setidaknya bumi tidak pernah menyesal untuk dijadikan singgahan sementara dua sejoli ini. Haha.
•••
— Un nouveau chapitre arrive bientôt — Écrire un avis