Télécharger l’application
3.94% KARA / Chapter 15: BAB 15

Chapitre 15: BAB 15

Sekarang Rizka sedang melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Selama perjalanan ini ia merasa aman, walau perasaanya tidak enak. Tepat saat ia membelokkan mobilnya kearah komplek perumahan ia hampir saja menabrak kucing yang melewat. Ia mengremkan mobilnya mendadak. Rizka keluar dari mobilnya untuk melihat kucing itu tapi saat ia keluar dari mobil ada sebuah tangan yang menahannya.

Saat menengok untuk melihat siapa orangnya ia nahan nafas , kaget dan tidak percaya tepatnya. Rizka membeku ditempat,  tetapi.

"ngapain lo?" tanya Rizka ketus.

"bangun"

"lepasin tangan gue"

"bangun"

dengan terpaksa Rizka bangun dan enggan melihat orang itu.

"mau apa?"

"Rindu"

DEG

"sehat lo?"

"sehat lah, lo pikir gue sakit?"

"kirain gitu jiwa lo sakit"

"jahat banget lo"

" lebay lo mal"

"ayo balik gua kawal" ajak Akmal kepada Rizka. Rizka hanya menganggukkan kepalanya.

sesampainya dirumah Rizka ia langsung masuk dan mempersilakan Akmal duduk. sedangkan ia mengganti bajunya. Rizka turun ke bawah dan duduk di hadapi akmal.

"marah lo?"

"marah kenapa ?"

"karena gue balapanan lagi mungkin?"

"itu hak lo, gue cuma ingetin doang. di denger syukur ngga yaudah ga masalah bagi gue" ucap Rizka tenang sambil tersenyum.

Akmal hanya diam dan tidak lagi menjawab. lebih baik Rizka yang marah dengan ucapan daripada liat Rizka tersenyum disaat marah.

*

Pagi ini yang menjemput Rizka adalah Bagus. Karena Rafka dan Althar ada rapat awal dengan pembina osis. Sedangkan Aulia di jemput oleh Zaky.

Tiba di rumah Rizka.

"Lo pucet banget . Kemarin juga pucat, lo sakit? Gausah sekolah deh " pinta Bagus setelah turun dari mobilnya.

"Gak papa ji, yuk berangkat nanti telat lagi" kata Rizka.

"Lo beneran pucet banget Riz, gak usah sekolah ya" pinta Bagus sekali lagi.

"emang pucet banget ya ?"

"iyalah, udh gausah sekolah hari ini"

"Yaudah iya deh, gue juga emang kurang sehat beberapa hari ini" jelas Rizka

"Kenapa gak bilang si? Kemarin juga kenapa bawa mobil gak minta jemput, terus juga ribut kan lo sama si mak lampir . Ke rooftop pula "

"Ini yang bikin gue males banget cerita ke kalian. Kalian terlalu gampang khawatir hehe"

"Ya wajarlah kita sahabat masa lo sakit kita malah senang senang"

"Iya si tapi gue gak mau ngerepotin kalian"

"Lo sendiri juga gitu, kalau tau salah satu dari kita sakit repot sendiri "

"Iya juga ya terlalu sayang kali ya gue hehe"

"Yaudah sana masuk istirahat. Nanti pulang sekolah gue ke sini sama yang lain. Cepat sembuh Riz" kata Bagus sambil mengusap kepala Rizka dan dibales dengan senyuman manis miliknya.

Bagus berangkat sendiri. Sebenernya bisa saja ia bolos untuk menjaga Rizka, tapi Rizka pasti tidak akan mau gitu aja. Mending dia dirumah sendirian daripada sahabatnya bolos seharian demi dirinya.

Setelah menempuh perjalanan 15 menit Bagu sampai di sekolah. Saat keluar dari mobilnya ia bertemu Althar.

"Lo sendiri?" tanya Althar dengan alis terangkat satu.

Bagus hanya menganggukkan kepalanya.

"Rizka?" ucap Althar.

"Dia sakit udah beberapa hari ini cuma karena dia gak mau ngerepotin kita berlima jadi ya gitu deh gak ada yang sadar kalau dia sakit beneran " jelas Bagus

"Dirumahnya ada siapa? " tanya Althar bingung . pasalnya sering kali Rizka sendirian dirumah.

"Sepi. Semalem gue chat katanya bokapnya ada bisnis keluar kota. Nyokapnya ada urusan juga diluar kota selama seminggu " kata Bagus

"sendri? " ucap Althar.

"Lo tau dia gimana kan? Dia gak bakal ngizinin kita bolos demi dirinya. Gausah nekat, percuma juga. Sampe sono paling gak dibukain pintu yang ada malah diambekin . Gak ditanya diketusin ,lo mau emang? " tahan Bagus. Kemudian Bagus meninggalkan Althar yang diam saja diparkiran.

"Dasar Batu, nyusahin banget. bikin khawatir mulu " setelah bergumam sambil mengacak-acak rambutnya dengan frustasi ia memutuskan pergi ke kelas.

*

Kelas tampak hening karena pelajaran kimia. Guru yang terkenal killer itu sedang menjelaskan tentang larutan elektrolit . Biasanya kalau pelajaran seperti ini Rizka bakalan lebih aktif dan kelas tidak akan sesepi ini.

"Tumben Rizka tidak masuk. Dia kemana? " tanya pa Jojon.

"Sakit pa. Mabok kimia gara-gara bapak suruh ngerjain 30 soal kelas 12" celetuk Zaky. Dan seisi kelas pun berkekeh karena alasan Zaky yang tidak masuk akal.

"Yah itu si elo ky"

"Bego amat dah ky alasan lo"

"Lo aja lebay, Rizka mana lebay gitu"

Cibir dari beberapa siswa karena ulah Zaky yang memberikan alasan tidak masuk akal.

"Sudah-sudah kalau kamu yang mabok soal kimia baru bapa percaya. Tapi kalau Rizka yang mabok bapa ragu" ledek pa Jojon.

"Yah bapa jahat banget. Hati saya sakit loh pa diragukan seperti itu" kata Zaky dengan gaya menahan sakit hati.

"Lebay kamu. Udah lanjutkan tugas yang kemarin" jelas pa Jojon.

Kelas kembali hening. Semua tampak serius tetapi bunyi bel tanda pulang memecahkan keheningan kelas.

"Yaudah karena sudah bel. Tugasnya untuk minggu depan saja. Sekian dari saya, selamat siang"

"Siang pa" jawab serentak anak IPA 1 .

Setelah merapihkan buku serta memasukkannya kedalam tas Zaky dan Rafka bangkit duluan. Karena mereka ada perlu dengan pembina osis soal proposal pensi sekolah 2 Bulan lagi. Sementara Bagus,Aulia dan Althar menunggu diparkiran. Jam istirahat tadi mereka sepakat kerumah Rizka, untuk menjenguk dan membujuk Rizka agar mau menginap di rumah salah satu dari mereka. Tiga puluh menit berlalu Zaky dan Rafka sudah ada diparkiran.

"Lama banget katanya sebentar " cibir Aulia.

"Lo kira diskusi proposal sama pembina gampang apa" jawab Zaky.

"Katanya jago bikin proposal tapi gitu aja mesti diskusi " ledek Aulia.

"Lo kira ini proposal tentang hal sekolah doang? Ini juga menyangkut nama baik osis. Pensi sekolah kali ini buat umum juga soalnya" jelas Zaky serius.

"udah bro mba yu jalan ke rumah Rizka. Debat mulu kesianan anak orang sendirian " ajak Rafka.

"Lagi dianya aja nyolot duluan gak tau apa-apa mah diem aja" jawab Zaky.

"Terserah lo pada mau jalan kapan, Gue duluan" ucap Althar.

"Tuh kan lo berdua si debat mulu ngambek kan tuh si Althar" kata Bagus.

"Udah ayo ah jalan" ajak Rafka lagi.

"Gue bareng lo aja gus, semobil sama Zaky bisa meledak emosi gue ntar" cibir Rizka.

"Gih sana " usir Zaky.

Sementara Rafka hanya menggelengkan kepalanya. Takjub dengan sikap Zaky dan Aulia. Tetapi karena itulah mereka jadi sahabat, kekurangan dan kelebihan mereka juga menjadi lem buat persahabatan mereka.

Rafka memutuskan mampir ke toko buah . Membeli buah kesukaan Rizka, buah anggur hitam yang manis. Rizka memang bukan tipe cewe yang suka pilah pilih dalam hal makanan tetapi soal buah ini hanya bunda dan Rafka saja yang tahu. Setelah membeli buah itu ia melanjutkan perjalanan menuju rumah Rizka.

Sampai disana ia langsung naik ke lantai dua dimana kamar Rizka berada, didalam sana ada Aulia dan Althar. Sedangkan Bagus dan Zaky ada di ruang keluarga, jangan ditanya apa yang mereka lakukan.

"Nih buah yang amat-amat lo suka"ucap Rafka sambil menyodorkan plastik putih ke pangkuan Rizka.

Saat membuka plastiknya mata Rizka berbinar seperti anak kecil yang mendapat permen dari sang kaka.

"Anggur hitam, ko lo tau si? Pasti bunda ya yang bilang? " kata Rizka.

"Apa si yang gue gak tau tentang lo " goda Rafka sambil mengusap kepala Rizka dengan lembut.

"Ihh makasih yaaa, sayang banget deh gue sama lo Raf" kata Rizka sambil memeluk Rafka yang duduk di tepi kasur.

"Gausah didepan gue sama Althar juga pelukkannya keles" ledek Aulia.

"Eh iya. Sorry seneng banget soalnya hehe" kata Rizka.

"Yaudah gue kebawah dulu. Mau bikinin makanan, Raf bantuin gue yuk " ajak Aulia.

"Ayo deh" kata Rafka.

Tinggallah Rizka dan Altharyang sedari tadi hanya memperhatikan hanya bisa menahan rasa cemburu. Ia memang belum juga mengungkapkan perasaanya. Entah sampai kapan ia memendam perasaan ini.

"Al jangan ngelamun sini duduk disamping gue aja " kata Rizka sambil menepuk-nepuk kasur disampingnya.

Althar menurut ia bangkit dari sofa dan duduk di sambil Rizka. Keduanya terdiam, suasananya menjadi sangat canggung. Rizka yang asik dengan anggurnya dan Althar dengan game di ponselnya. Setelah menghabiskan beberapa butir anggur ia ingin mengambil air minum di nakas dekat tempat tidur namun karena tidak sampai dia hampir terjatuh.

"Kalau mau minum tuh bilang biar gue yang ambilin. Jangan so bisa segalanya sendirian kalau kondisinya lemah gini" ucap Althar.

"Iya iya, abisnya lo fokus banget sama gamenya jadi gue gak mau ganggu hehe " balas Rizka.

"Nih minum yang banyak biar gak gampang sakit" kata Althar.

Rizka hanya menganggukkan kepalanya. Setelah selesai meminum ia merebahkan kepalanya dipundak Althar. ia sempat menegang, jantungnya berdebar melebihi ritme. 'Shit lo cuma nyender aja gue deg-degan gini' batin Ardi.

"Lo suka?"

"suka apa? pundak lo? sorry gue masih suka makan daging sapi"

"ck"

"Rafka"

Rizka bungkam, matanya melirik tidak nyaman. Bahkan sampai saat ini ia juga belom tau perasaannya bagaimana.

tidak ada jawaban dari Rizka membuat tangan Althar merangkul pundak Rizka. Membiarkan rasa nyaman itu berada diantara mereka. Rizka sempat menatap Althar , tidak biasanya Althar akan bersikap seperti ini. Ada rasa aneh buat Rizka, rasa yang ia rasakan juga saat Rafka merangkul atau mengenggam tangannya.

Saat Rizka ingin menegakkan tubuhnya bahunya ditahan oleh Althar . Kemudian Althar membisikkan sesuatu ke telinga Rizka.

"Biarin kaya gini dulu ka" kara Althar pelan

Althar menarik nafas dalam-dalam kemudian membuangnya dengan pelan. Ia rasa ini waktunya buat mengungkapkan perasaannya selama ini. Althar menatap lurus kedepan dan mulutnya mengeluarkan suara.

"misalkan gue suka lo gimana?" tanya Althar kepada Rizka.

"Hah?"

"budek lo?"

"Iya gue denger ko , lo ngelantur ya?kan gue yang sakit Al"

"lupakan, nanti aja bahas itu lagi kalau lo udah sehat"

Tubuh Rizka menegang karena ucapan Althar barusan. Baru 2 minggu yang lalu Rafka menyatakan perasaannya sekarang apalagi ini . Apakah Althar melakukan hal yang sama?

"L-lo ser-rius Al?" tanya Rizka.

*

Diluar kamar Rafka mematung. ia tidak bego maksud dari kata-kata Althar. Memang Althar bicara dengan suara yang pelan bahkan hampir seperti bisikkan , tapi karena suasana lantai dua sepi banget. Suara itu bisa ia dengar dengan jelas, rasa tidak suka menjalar ke sekujur tubuh. Ia tidak mau emosinya meledak di hadapan Rizka. Dengan gerakkan cepat ia turun ke bawah dan mengambil kunci serta tasnya. Bagus yang melihat itu berteriak.

"Lo mau kemana raf?"

"Rafka"

Namun tidak dijawab oleh Rafka, jangan kan menjawab menoleh pun tidak. Karena penasaran, Bagus memutuskan ke kamar Rizka. Saat melihat ke dalam sana posisi mereka masih sama. Kepala Rizka berada dipundak Althar, sedangkan tangan Althar mengelus pelan rambut Rizka.

"Pantes aja Rafka balik" kata Bagus dengan volume suara lumayan keras.

Dan mereka berdua menengok ke arah pintu. Rizka segera menegakkan kepalanya.

"Rafka balik? " tanya Rizka.

"Ya iyalah dia keatas niat mau ngajak lo berdua turun ke bawah buat makan. Eh malah liat adegan mesra-mesra gini. Gimana gak cemburu coba " jelas Bagus.

"Lo tau juga?" tanya Rizka lagi.

"Semuanya tau Riz, persahabatan hampir 5 tahun yang dominan lelakinya gak menutup kemungkinan ada yang jatuh Cinta. Tapi persahabatan kita kayanya bakalan rumit,  karena lo Rafka sama Althar terjebak situasi Cinta segitu" ucap Bagus enteng. 

"Hah apaan ji? Ulangin co-" Bagus meninggalkan Rizka dengan Althar di kamar. Ia tidak lagi mendegar suara Rizka.

Padahal Rizka memanggil namanya cukup keras, tapi karena ia dalam keadaan mood tidak baik lebih memilih pulang.

Rizka dibuat pusing dengan semuanya. Dalam waktu kurang dari sejam dia mendengar dua orang menyatakan perasaannya walaupun Althar tidak bilang secara langsung. Ditambah lagi Rafka yang marah karena ia melihat Rizka bersama Althar. Tiba-tiba rasa sesak dihatinya muncul. Ia tidak mau Rafka marah, ia tidak mau Rafka menjauh darinya. Ia juga tidak mau persahabatannya hancur.

"Apa yang mesti gue lakuin sekarang? " batin Rizka.

**

Vote jangan lupa


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C15
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous