Télécharger l’application
55.55% Asian Boys VS American Boys / Chapter 5: He Is back

Chapitre 5: He Is back

.

.

"Biar aku yang mengantar mu ke sekolah".

Daniel tengah bersiap siap dan membawa jaket yang menggantung di belakang pintu.

Sementara Stefany masih sibuk dengan sarapan nya.

Sesekali ia juga memeriksa barang barang yang harus di bawa ke sekolah.

"Aku tidak mau naik mobilmu, mobil mu sangat jelek dan tidak nyaman".

Celoteh Stefany.

"Kau tidak tau saja bahwa aku mempunyai mobil yang baru dan jauh lebih bagus".

Daniel tidak mau terus menerus di ejek olehnya.

Maka dari itu ia bersikeras.

"Hmm whatever".

Stefany menaikan kedua bahunya pertanda tidak peduli.

.

.

.

Setelah Stefany selesai dengan sarapan nya ia segera menuju keluar untuk memakai sepatu.

Dan Daniel sudah ada di parkiran sambil bersandar di mobilnya.

"Kau harus berkenalan dengan Bumblebee".

Daniel terlihat memasang senyum smirk nya saat Stefany baru pertama kali melihat mobil miliknya itu.

Mobil nya kini sudah berganti dengan mobil balap berwarna kuning dengan garis hitam.

"Ummm not Bad".

Stefany tak mau mengakui bahwa mobil Daniel memang bagus .

Ia hanya gengsi untuk mengatakan nya.

"Well silakan masuk".

Daniel membuka kan pintu mobilnya untuk Stefany.

Setelah itu ia pun segera masuk dan menancap gas menuju sekolah.

Di perjalanan Stefany terlihat begitu was was.

Tetapi ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik baik saja.

Wajah paniknya tidak dapat di sembunyikan hari ini.

Bayang bayang Cam terus bermunculan di kepalanya.

Dan itu membuat Stefany menjadi lebih tak bisa tenang.

Beberapa kali Stefany menarik nafas panjang dan berusaha untuk berpikiran positif apapun yang terjadi.

.

.

Tak butuh waktu lama , mereka sudah sampai di sekolah.

Dan tentu saja keberadaan mobil Daniel menjadi pusat perhatian di sekolah.

"See? Kau memang berniat untuk mencari perhatian Daniel".

Stefany menggelengkan kepalanya dan bersiap turun dari mobilnya.

"Tidak apa apa, sekali kali aku ingin tampil sedikit terkenal".

Lagi lagi Daniel bersikap terlalu pede.

Stefany bergidik lalu turun dari mobilnya, setelah itu ia pun bergabung dengan kerumunan murid yang lain nya.

Saat sedang berjalan terlihat Taeyeon menyusul nya dari belakang sambil berlari kecil.

Lalu ia pun merangkul pundak Stefany.

"Selamat pagi.. ! Dan oh ya apa pria yang barusan itu pacarmu? Ia begitu sangat tampan dan dia seperti nya sangat perhatian sekali sampai mengantar mu ke sekolah".

Saat mendengar pertanyaan Taeyeon, buru buru ia menggeleng kan kepala nya dengan cepat.

"Bukan!! Dia adalah Daniel, saudara laki laki ku. Daddy ku menyuruh nya untuk menemaniku selama di apartemen".

"Ahh? Begitu, kukira dia pacarmu. Ku lihat memang serasi".

Taeyeon memasang senyum rasa malu nya lalu terus berjalan menuju kelas bersama sama.

.

.

.

"Lutut mu sudah tidak apa apa?".

Joon-Yong begitu terlihat masih agak khawatir dengan keadaan nya.

"Umm tidak apa apa, aku masih bisa berjalan walau sedikit sakit".

Stefany meyakinkan pria di samping nya itu.

"Mwo? Lututmu terluka? Kau terjatuh?".

Taeyeon baru saja menyadari nya.

Karena ia sedari tadi terlalu fokus menanyakan saudara laki laki nya Stefany.

"Aku terjatuh, hanya kecelakaan kecil jadi tidak apa apa".

"Ahh baiklah kalau begitu".

Taeyeon segera menaruh tas di bangku nya lalu ia menuju loker untuk membawa beberapa buku pelajaran.

.

.

.

Stefany merasa bahwa ia harus ke toilet , maka dari itu ia segera keluar kelas sebelum bel pertanda masuk.

Ia berjalan dengan langkah pelan karna lutut nya masih lumayan begitu sakit.

Akhirnya Stefany sampai juga di toilet, ia juga bertemu beberapa murid lain yang sedang menata rambut dan merapikan seragam mereka.

Memang hal yang sangat penting bagi perempuan untuk tetap menjaga penampilan.

Stefany melangkah masuk dan mengunci pintu nya.

Dan saat akan buang air kecil handphone di saku rok nya bergetar.

Stefany membuka pesan yang belum di baca itu.

Lagi lagi Cam mengirim kan nya pesan.

"Miss me?".

Stefany memasang wajah tak senangnya, dan di ikuti oleh rasa paniknya.

Jantungnya kembali berdebar dan rasa takut itu kembali muncul.

Buru buru ia melepaskan kartu sim card nya tetapi saat akan melepas kartu itu pesan yang lain pun bermunculan.

"Aku tau dimana kau berada, kau tidak akan pernah bisa bersembunyi dariku gadis kecil".

"Aku bisa mencium aroma mu dari kejauhan, maka dari itu akan sangat mudah untuk menemukan mu".

Masa bodo dengan pesan itu Stefany melepas kartu sim card nya itu lalu mematah kan nya menjadi dua keping.

Ia mengatur nafasnya yang tiba tiba saja serasa sesak.

Dan rasa sesak itu semakin menjadi jadi saat seseorang tiba tiba saja memanggil nama nya dengan nada yang lembut.

"Stefany, dimana kau? Aku merindukan mu. Kita hanya baru bertemu beberapa menit saja. Tetapi kau sudah lari dariku".

"Suara itu!? Cam!? Bagaimana bisa ia disini!??"

Lirih Stefany.

Kepanikan kan nya naik menjadi 85 persen.

Ia tak habis pikir bahwa Cam tidak akan benar benar melepaskan nya begitu saja.

Satu pintu toilet ia buka.

Tetapi tidak ada Stefany di dalamnya, karena Stefany berada di jajaran ke lima.

"Aku hanya ingin menemui mu saja, jangan sampai aku memaksa mu lagi untuk ikut denganku. Kita hanya akan bermain seperti waktu itu".

"Aku memintamu dengan penuh ketulusan, apakah kau percaya pada ku Stefany?".

Tanya Cam , sambil membuka pintu toilet yang kedua. Dan lagi lagi tidak ada Stefany di dalam nya.

Cam mulai merasa kesal, tetapi ia berusaha untuk mengontrol dirinya agar Stefany tak lagi kabur darinya.

"Come on babe , i miss you so much. You want me to hug you right?".

Cam membuka pintu ketiga dan keempat, dan sisa pintu yang terakhir dan tentu saja ada Stefany di dalam nya.

"I know you here, maka dari itu keluarlah sekarang. Aku tidak akan menyakiti mu, aku berjanji".

Cam menaruh kedua tangan nya di saku celana nya, dan menunggu Stefany keluar dari toilet yang terakhir.

Dan dugaan Cam benar , Stefany membuka pintu toilet itu dengan pelan lalu gadis itu terlihat keluar dengan langkah kaki yang bergetar.

Stefany benar benar takut, ia tak mau bertemu lagi dengan pria brengsek itu.

Tetapi kenapa Cam selalu tau dimana Stefany berada.

"Ahh tebakan ku ternyata benar, kau ada disini".

Cam melangkah mendekati Stefany, dan tentu saja gadis itu melangkah mundur. Tak mau jika Cam mendekati nya.

"Kenapa kau menjauh dariku? Kau takut?".

"Its ok honey, aku tak akan menyakiti mu jika kau tak berulah".

Cam mengunci Stefany di pojok dinding, memastikan bahwa gadis nya tidak akan kemana mana.

Cam mencium bibir Stefany dengan lembut. Tetapi Stefany tidak membalas ciuman itu.

Ia hanya diam, dan tidak berani berteriak karena Cam pasti akan menyakiti nya lagi.

"Aku merindukan bibir mu".

Cam kali ini beralih ke lehernya.

Menghisap nya dan mengigit kecil leher yang mulus itu sehingga menimbulkan erangan dari mulutnya.

"Akhirnya kau menikmati nya juga Stefany, aku ingin sekali memakan mu , tetapi tidak disini".

Cam menarik lengan Stefany tetapi ia tolak dan berusaha untuk melepaskan genggaman Cam.

"Aku sudah mengingatkan mu untuk tidak berulah, jika kau berulah dan berusaha untuk lari dariku. Aku akan berbuat sesuatu yang lebih dari ini".

Cam mengancam nya dan alhasil Stefany hanya bisa terdiam menjadi gadis lugu.

Dan setelah itu mereka pergi menuju mobil Cam yang berada tak jauh dari lokasi sekolah .

Cam berhasil membawa Stefany pergi bersama nya.

Dan Cam akan bermain dengan nya di hotel secepatnya.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C5
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous