"TIDAAAAAAAKKKKK!!!!!" Liana berteriak histeris tak kuasa menahan rasa sedih dan kehilangannya. Ia langsung merengkuh dan memeluk tubuh yang tak lagi bergerak tersebut.
Liana menangkup pelan wajah Leon, mengusap wajah pucat itu dengan lembut, air matanya menetes membasahi wajah pucat Leon yang tak lagi menampakkan tanda-tanda kehidupan.
"Aku akan berjuang, takkan ku sia-siakan pengorbanan mu. Aku...aku mencintaimu Leon," ucap Liana lirih. Meski ia tersenyum, namun perasaan nya tak dapat dibohongi, air matanya tak dapat dibendung terus menetes layaknya hujan ditengah musim gugur.
Liana meletakkan Leon dengan perlahan, melipat kedua tangan Leon di dadanya.
Liana lalu bangkit dan berdiri, di susul dengan langkahnya perlahan, tertatih-tatih ia menuju ke depan. Begitu hening, tak ada yang berbicara, bahkan suara deru nafas dapat terdengar saking sunyinya.
"Kau tahu kesalahan mu apa?" ujar Liana pada wanita raksasa itu.