Télécharger l’application
14.42% My promise / Chapter 29: chapter 28

Chapitre 29: chapter 28

Happy reading,

Salah satu gedung tua di Pelabuhan Swiss...

" Ada apa kak? Kenapa kakak meminta kita datang ke sini? " tanya Livia penasaran,

" Aku baru saja mendapatkan informasi tentang Louise berserta teamnya " jelas Leo berusaha setenang mungkin,

" Benarkah? Bagaimana keadaannya? Dia baik- baik saja kan? " tanya Davi antusias.

" Lebih baik kita masuk ke dalam untuk memastikan. " ajak Leo sambil melangkah ke salah satu gedung tua yang berada di depannya,

" Baik! " jawab Livia, sedangkan Davi hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

" Tuan " sapa Julian salah satu bawahan Leo,

" Dimana paketnya? Tunjukkan! " tandas Leo dengan wajah datar

" Silakan ikuti saya tuan "

" Hm "

Mereka bertiga mengikuti Julian ke sebuah ruangan penyimpanan yang suhunya sangat dingin mencapai 14 'F

" Kapan mereka tiba? Selidiki siapa yang membawa paket itu ke wilayah perbatasan?! " tanya Leo sambil menatap Julian tajam

" Semalam Tuan, Elger berserta orang - orangnya sedang menyelidikinya" jawab Julian dengan hormat.

" Team forensik??"

" Mereka sudah tiba dari tadi pagi, tuan " sahut Julian,

" Kenapa harus memanggil team forensik? " tanya Davi sedikit bingung.

" Apa hubungannya dengan Louise, kak? " tanya Livia heran.

" Sebaiknya kita segera masuk ke dalam, pakai jaketnya! " perintah Leo dengan tegas,

Davi dan Livia mengenakan jaket tebal yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh Julian. Lalu keduanya masuk mengikuti Leo dan Julian yang lebih dahulu melangkah, semburan hawa dingin langsung menerpa wajah mereka. Membuat mereka sedikit mengeratkan jaket yang mereka kenakan.

Mereka melihat sendiri saat peti - peti kayu itu dibuka oleh beberapa anak buah Leo yang sudah berada di dalam. Sebagian team forensik dengan sigap memeriksa jasad- jasad yang mereka temukan. Livia dan Davi terperangah melihat isi peti - peti tersebut, tetapi tidak ada perubahan ekspresi di wajah Leo sedikitpun.

" Aaaaaahhh!! " teriak Livia dengan lirih sekaligus merasa ngeri.

Leo memang sudah mengetahui kabar tersebut lewat pesan yang di kirim oleh Julian, Leo melangkah perlahan menghampiri peti tersebut satu persatu. Di dalamnya terbaring jasad Zic, Kriss, Kento dan anggota team Z lainnya, secara reflek kedua tangan Leo mengepal erat, kedua bola matanya menggelap, ia menggertakan giginya berusaha merendam amarahnya yang mulai memucak.

Ketika sampai di sudut ruangan, Leo melihat salah satu buah peti yang belum terbuka. Dengan perasaan gelisah ia mengulurkan tangannya yang gemetaran untuk membuka peti itu perlahan,

Krieett!!

" Aaaarrrrggghhhhh!!! " teriak Leo emosi saat melihat langsung isi peti tersebut,

Di dalamnya terdapat jasad seorang gadis pirang yang wajahnya sudah tak berbentuk. Tetapi ciri - cirinya menyerupai Louise.

" Tidak! Ini tidak mungkin! " bisik Livia dengan lirih lalu tak lama ia pingsan,

" Milly! " gumam Davi sambil mendekati peti tersebut,

" Arghh!"

Bugh! Bugh! Bugh!

Leo langsung mengamuk ia meninju tembok yang berada di sisinya lalu menghancurkan barang - barang yang berada di sekitarnya hingga tenaganya terkuras lalu terjatuh duduk di lantai yang dingin. Leo merasa gagal sekaligus marah karena tidak bisa menjaga kesayangannya, ia menarik rambutnya merasa frustasi.

" Milly! Please! Jangan tinggalkan aku!!" seru Davi sambil meraih tubuh yang sudah tak bernyawa itu.

Davi langsung memeluk erat jasad gadis itu berharap semua ini hanya mimpi. Julian memerintahkan rekan - rekannya memindahkan Livia ke ruangan yang lebih baik. Team forensik meminta Davi melepaskan jasad itu agar memudahkan mereka memindahkannya ke tempat tidur besi yang telah di persiapkan serta memudahkan mereka untuk mengidentifikasi jasad tersebut.

Mereka ingin secepatnya mencari atau mengumpulkan data yang terdapat di jasad tersebut. Pada akhirnya Leo maupun Davi meninggalkan ruangan tersebut dengan berat hati, Leo menuju ke ruangan Livia berada untuk melihat keadaannya diikuti oleh Davi. Semakin mendekati sebuah ruangan, keduanya mendengar tangisan histeris Livia.

" Hiks... Hiks... Dia bukan Louise!! Pasti bukan!! " jerit Livia tidak percaya.

" Nona, saya mohon tenanglah."  ucap Diana, salah satu bawahan Julian yang saat ini ditugaskan menjaga Louise.

" Tidaakkk!! Louise masih hidup!!! " raung Livia tidak mau mendengar Diana, ia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri sambil mengacak - ngacak rambutnya.

Leo dan Davi segera memasuki ruangan itu untuk melihat keadaan Livia, keduanya sempat terperangah melihat Livia menjerit histeris seperti kehilangan akal. Leo melangkah menghampiri Livia lalu meraih tubuh Livia dan memeluknya erat berusaha menghiburnya.

" Tenanglah.. Kumohon Livia... " bisik Leo dengan lembut,

" Louise masih hidup!! Louise tidak mati!!! " desis Livia dengan lirih.

" Ya.. Kau benar! Louise masih hidup... Jadi tenanglah... " ucap Leo dengan hati - hati.

" Hiks... Hiks... Louise... " gumam Livia mulai tenang,

" Istirahatlah " kata Leo dengan nada membujuk,

" Aku akan mencari Louise! " bisik Livia pelan sebelum terlelap.

Leo terus membisikkan kata - kata yang menenangkan agar Livia segera istirahat. Walau sebenarnya ia sendiri tidak yakin dengan apa yang ia ucapkan, namun setidaknya bisa sangat membantu untuk meredakan guncangan yang terjadi terhadap Livia.

Leo terus menunggu informasi terbaru tentang siapa yang mengirimkan peti - peti itu, entah orang suruhan Ritz atau pembunuh ayahnya. Leo memastikan agar team forensik yang ia miliki tidak melakukan kesalahan sedikitpun. Semenjak ia kehilangan kontak dengan Louise terakhir kalinya, Leo tidak sekalipun menerima klien karena memilih untuk secepatnya menemukan keberadaan Louise.

Beberapa hari kemudian...

Hasil otopsi seluruh jasad yang ditemukan telah selesai, Leo mengetahui bahwa mereka semua mengalami penyiksaan yang mengerikan sebelum kematian mereka. Sebagian wajah dari jasad tersebut masih bisa dilihat dengan jelas, namun sebagian tidak dapat dikenali sehingga membutuhkan banyak waktu untuk mengindentifikasi jasad tersebut.

Mereka di makamkan dengan sebaik - baiknya sebagai penghormatan terakhir untuk mereka yang telah berjuang dalam misi.

Louisa Hansel

Nama tersebut tertulis di sebuah batu nisan yang kini berada di hadapan Leo, saat ini acara pemakaman Louise baru selesai digelar. Namun Leo, Livia, dan Davi masih memilih berdiri tegap di hadapan batu nisan itu. Para kerabat dan orang - orang yang mengenal Louis yang ikut hadir pada acara pemakaman tersebut telah meninggalkan daerah pemakaman tersebut satu - persatu.

" Aku akan terus menyelidiki kasus ini sampai ke akarnya! " desis Leo dengan wajah yang menyeringai sinis.

" Sesuai rencana awal kita, kita harus pergi ke Jepang untuk menyelidikinya " ucap Davi datar.

" Hm "

" Masih ada waktu jadi berlatihlah " tandas Leo kepada Davi ataupun Livia.

Leo berharap rencana kali ini di persiapkan dengan matang, karena masih ada waktu sampai liburan jadi mereka harus terus mengasah kemampuan mereka. Akan banyak team elit yang akan di turunkan bersamanya untuk menghindari resiko kegagalan. Tidak tanggung - tanggung Leo juga berkerja sama dengan beberapa organisasi untuk membantunya disaat keadaan darurat, ia tidak bisa menyepelekan musuhnya kali ini.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C29
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous