Télécharger l’application
7.4% Triangle! ( Trio Cynical Women) / Chapter 22: Puasa dan di Perpus

Chapitre 22: Puasa dan di Perpus

Sunyi-hening dan disetting mode senyap!

Suasana perpustakaan memang selalu sama dimana-mana. Mau itu milik sekolah, kampus atau perpustakaan milik Perusahaan mana pun.

Stella yang miliki hobby membaca, membuatnya hampir setiap waktu senggangnya habiskan di perpustakaan.

Membaca membuatnya merasa tenang, apa pun buku bacaannya, akan terasa bermanfaat bagi hidupnya.

Kali ini, jam makan siangnya, ditukar dengan membaca di perpustakaan.

Tidak ada jadwal makan siang karena hari ini ia sedang berpuasa. Puasa senin-kamis. Dan untuk hari ini spesial dia ditemani dengan dua sahabatnya, Niken dan Lulu.

"Oh--jadi dari siuman itu, lo langsung ke rumah Stella?" suara Niken terdengar berbisik ditelinga Luisa.

Tadi sebelum ketiganya ke perpus, mereka sudah sempat mengobrol di grub chat. Pembahasan mereka seputar tentang patah hatinya Luysa minggu kemarin. Niken memang gak dikabari sama sekali, makanya ketika di groub dia yang paling heboh dan kekepoan-nya membuat Stella dan Luysa sengaja tidak menjelaskan semuanya di groub.

Membiarkan si drama queen (Niken) penasaran adalah salah satu hobby Stella dan Luysa!

Nah! Makanya ketika di perpus Niken malah lebih antusias, dan keingin tahuan-nya melebihi wartawan mana pun saat ini.

Lihat sekarang ia bahkan menutup rapat novel yang baru saja ia ambil dari rak. Saking penasarannya, menarik kuat kursinya untuk mendekat ke Luysa.

Mengangguk dengan tatapan masih fokus pada buku yang Ia baca. "Terus lo putus dong sama Nathan?" Niken bersuara lagi dengan kekepoan-nya memenuhi kepala.

Luysa mengangguk kembali.

Niken melotot ke arah luysa gemas "Pertunangan lo batal dong?" tanyanya dengan suara yang lumayan gede, membuat Stella, Luysa dan beberapa orang yang juga sedang berada di ruangan perpus ikutan terganggu.

Stella geleng-geleng kepala dengan tatapan tajam ke Niken isyarat menyuruhnya kembali diam.

Niken yang punya sifat sarkas overdosis hanya mengedipkan sebelah mata ke Stella. Menggoda lalu memberi isyarat akan diam dengan mengunci mulutnya dengan kedua jari.

55 menit berlangsung, kesibukan ketiganya dengan urusan buku ditangan masing-masing harus segera selesai.

TENG!

TENG!

Waktu istrahat telah berakhir!

Bunyi bel menandakan waktu istrahat selesai. maka ketiganya harus bersiap kembali ke ruangan mengikuti kelas berikutnya.

"Pokoknya kalian berhutang penjelasan padaku" ujar Niken bersungut-sungut sembari mempercepat langkahnya melewati Stella dan Luysa.

"Kenapa buru-buru?" teriak Luysa pada Niken yang sudah semakin menjauh.

Stella hanya kembali menggelengkan kepala keheranan. Hari ini di mata Stella, Niken begitu menggemaskan.

Niken tidak menjawab, ia sudah keburu kebut entah ada perlu apa. Sampai meninggalkan kedua sahabatnya.

"Ada apa sih sama si Niken hari ini?" tanya Luysa ke Stella dengan langkah kaki yang sengaja di buat sejajar.

Stella menautkan kedua halisnya "Kayak gak kenal Niken aja gimana, dia kan artis, jadi dramatis tentang segalanya!"

Mengangguk membenarkan "Iya dasar artis, emang, apa-apa lebay" hujat Luysa lalu tertawa kecil.

"Ehh duit hasil jadi artisnya itu, juga sering lo pakek shopping Luy, jangan asal ngehujat"

Mendapat sindiran dari Stella, Luysa tersenyum malu. "Habis si Niken udah tahu gue lagi brokent heart malah di umumin" keluhnya.

Stella mesem "Kan, Niken gak tahu detailnya Luy, kita kan belom sempat cerita semuanya, di grub juga kita berdua ninggalin dia dengan rasa penasarannya sendiri"

Stella merangkul Luysa "Jadi kita ga bisa nyalahin dia" ucapnya dan di iyakan oleh Luysa. Luysa pun membalas rangkulan Stella, lalu keduanya tertawa.

****

Waktu pulang, TCW berada di satu mobil. Mobil Niken, yah Stella dan Luysa masih rutin ikut pulang bareng naik mobil Niken.

Dari ketiganya, hanya Niken yang bebas mengendarai mobil sendiri.

Alasannya, bukan karena Niken sudah mempunyai SIM, sebab belum satu pun dari mereka miliki SIM, KTP saja ketiganya belom punya, usia mereka baru jalan 16 tahun.

Hanya saja karena Niken memang diberikan izin dari orangtuanya, bagaimana tidak, Niken memiliki jadwal tambahan diluar sekolah, ia seorang model dan juga artis film layar lebar, itulah kenapa ia boleh bawa mobil sendiri. Biar tidak merepotkan orangtuanya.

Meski sebenarnya, ada opsi B selain Niken menyetir sendiri, yaitu Niken bisa menggunakan jasa sopir. Tapi, Niken menolak, baginya itu hanya akan membuatnya kehilangan duit.

Yah, walaupun itu hanya protes dari Niken saja, sebenarnya alasannya. Yah biar dia bebas, dan tidak ada yang akan melaporkannya jika pergi ke tempat lain, selain sekolah dan lokasi shooting.

"Artis kok nyupir sendiri sih?!" sindir Luysa ketika mobil Niken berhenti dilampu merah.

Niken yang di kursi sopir, menengok sekilas ke spion depan, menatap Luysa "kok sewot sih!" bantahnya.

Luysa terbahak sembari menjulurkan lidah ke Niken lewat spion yang sama.

Mendesis "Gue ampuni lo, karena gue tau minggu ini masih minggu menderitanya lo!" ucapnya kembali fokus setelah lampu merah berubah menjadi hijau--pandangan Niken tertuju lurus ke depan, Ia sadar sedang menyetir.

Sementara Luysa wajahnya langsung cemberut "Empati kek, malah sumpahin" omelnya.

Niken mengernyit, bingung "Mana ada gue sumpahin, orang gue ampunin" sanggahnya dengan tampang tak paham atas pola pemahaman Luysa.

"Aneh!" gerutu Niken.

Mendengar ucapan Niken, Luysa makin cemberut lalu menutup wajahnya dengan salah satu boneka milik Niken yang sengaja disimpan sebagai pengganti bantal dilokasi shooting.

"Mau cari tempat nyaman buat bahas perkara Luysa gak Nik?" tanya Stella ditengah keheningan setelah perdebatan Niken dan Luysa beberapa saat lalu.

Niken mengangguk tanpa menoleh ke sebelahnya.

****

Akhirnya Sedan Merah milik Niken tiba disebuah baseman salah satu mall daerah Jaksel, tidak jauh dari sekolahan mereka.

Salah satu restaurant seafood menjadi pilihan mereka.

"Padahal udah deket PIM 2" ucap luisa ketika bokongnya baru saja mendarat disalah satu kursi, entah dia sedang bertanya atau malah sedang protes.

Stella yang tahu maksud ucapan Luysa, buru-buru menyikut lengan Luysa. Sedang Niken hanya cemberut.

"Pesen Yok!" ucap Stella mengalihkan perhatian keduanya yang di iyakan dengan anggukan oleh kedua sahabatnya.

Stella memanggil salah satu waitres perempuan yang berdiri di pojok bartender dan dengan sigap waitres itu berjalan menghampiri.

Setibanya dimeja waitres itu memberikan sapa salam dan senyuman "Saya catat pesanan-nya yah kak" lanjutnya dengan ditangannya sudah siap pulpen dan kertas.

Beberapa menu sudah tercatat sebagai pilihan, waitres pamit untuk meneruskan ke dapur--meminta waktu 20 hingga 30 menit sampai sajian selesai.

"Kangen steak chef Reynold" rengek Luysa tiba-tiba.

"Oh jadi pim dua gara-gara steak!" timpal Niken, Luysa mengangguk kuat.

"Gue juga sih kangen, dah lama banget"lanjutnya

Mendensis "Nah, kan lo juga?!" cibirnya

Sementara Stella hanya diam--takut kalo sampe keduanya tahu, ia pernah mengajak Rimba ke tempat makanan favorite mereka bertiga. Bisa-bisa Stella akan kena amukan, apalagi yang diajak malah Rimba, pasti jelas mereka akan kesal gak ketolongan.

Pim 2 sejak awal terbentuknya persahabatan mereka sudah menjadi tempat sakral buat mereka bertiga. Sewaktu SMP hampir tidak pernah sehari pun mereka lewati tanpa main ke mall itu.

Sedangkan restoran milik Chef Reynold. Mereka baru kunjungi setelah masuk SMA, jadi mereka akan kesana kalau mereka sedang galau, karena Steik buatan chef Reyold benar-benar buat Mood buruk menjadi Mood booster!

Makanya tadi Luysa sempat protes, sebab sudah lama sekali mereka tidak berkunjung ke restoran itu.

Apalagi kan Mood Luysa lagi buruk-buruknya!

"Besok kesana yuk!" ajak Niken ke Luy dan Stella

Stella yang mendengar ajakan Niken tersedak minuman karena syok.

"Kenapa?" tanya Luy dan Niken bersamaan.

'Kalau kesana besok, bisa-bisa ketahuan aku darisana sama si Rimba' batin Stella.

Niken menepuk pelan pundak Stella "Hey ,kok malah ngelamun?"

Stella nyengir "It's ok, tuh makanan-nya udah dateng" ucapnya mengalihkan pembicaraan dengan tatapan kedua sahabatnya ikut tertuju ke salah satu waitres yang datang dengan baki ditangan.

Setelah sajian siap diatas meja, mata ketiganya melotot, hidangan yang disajikan benar-benar membuat mereka bergairah.

"Lets eat!" ucap Luysa antusias dengan garpu dan pisau yang sudah siap menyantap steik dihadapannya.

Stella dan Niken menyusul.

Dan di sela-sela makan mereka juga sambil mengobrol, pembahasan-nya tentu tentang apa yang terjadi dengan Luysa minggu kemarin.

Di setiap penjelasan Luysa, Niken hanya menatap serius dan penuh amarah!

"GILA AJA MENIKAH UMUR 17!"

Kalimat itu yang terus diulang Niken selama pembahasan sambil sesekali memukul meja. Yah, begitulah Niken. 'Si artis memang selalu lebay' kata Luysa.

Makanan diatas meja ludes, pembahasan mereka tidak kunjung ada akhirnya! Maka ketiganya memutuskan lanjut dirumah Stella.

Sebelumnya, Niken dan Luysa harus mampir ke rumah untuk ambil perlengkapan sekalian buat persiapan ke sekolah besok.

***

"Ke rumah gue dulu, terus ke rumah lo Nik, !" perintah Luysa.

Stella dan Niken lagi-lagi hanya mengangguk setuju.

'MAKLUM LAGI HARINYA LUYSA!" sindir Niken , Stella terkekeh dengan penekanan disetiap kata.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C22
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous