'Tringg.
Bel pulang sekolah telah berbunyi murid-murid bersorak senang dan segera merapikan buku mereka.
"Inanna, Risa, Jenny!" panggil Nora.
Merasa dipanggil Inanna, Risa, dan Jenny berjalan mendekat ke arah meja Nora.
"Kenapa?" tanya Risa.
"Kalian mau gak ikut aku ke ruangan Kepala sekolah," ajak Nora.
"Deh, Nora kamu kalo mau dihukum jangan ngajak-ngajak dong. Kalo mau neraktir baru," keluh Jenny.
"Eh, aku gak dihukum kok," sahut Nora kesal.
"Lha terus?" tanya Inanna. Wajahnya terlihat bingung.
"Udah kalian bertiga ikut aja!"
.
.
'Tok
Nora dengan sopan mengetuk pintu ruangan Kepala Sekolah, dan dibalas perkataan 'Iya' dari dalam.
'Ceklek
"Kalian sudah di sini semua," ucap Kepala Sekolah.
Nora melangkah masuk diikuti oleh ketiga sahabatnya.
"Jadi ini?" Nora mengangguk guna menanggapi pernyataan Kepala Sekolah.
"Baiklah, kalau begitu kalian berempat berdiri di lingkaran ini," perintah Kepala Sekolah.
Nora, Inanna, Risa, dan Jenny melangkah masuk dan tak lama lingkaran tersebut bersinar terang.
'Cringg
Bagaikan dimakan oleh cahaya. Mereka berempat seketika menghilang di dalam cahaya lingkaran tersebut.
.
.
"Eh gila!" kaget Jenny melihat lingkungan sekelilingnya.
Nora menutup mulutnya tak percaya pada apa yang baru saja terjadi, sungguh mengesankan.
Risa dan Inanna hanya terdiam. Mereka terlihat sangat pusing akibat dari portal barusan.
"Ini di mana? Aku ngapain?" tanya Inanna yang tidak dapat menjernihkan pikirannya.
"Kalian siapa?" tanya Risa pada Nora, Inanna dan Jenny.
Nora mendengus pelan, "Kalian sadar woy!" teriak Nora kencang.
"Ayo masuk ke dalam"
Kepala Sekolah yang entah sejak kapan berada di dalam portal berjalan lurus ke arah sebuah hutan.
"Kita ke mana, pak?" tanya Jenny.
"Rapat anggota organisasi," sahut kepala Sekolah.
"Organisasi?" bingung Jenny.
"Udah ikut aja, bantu aku geret mereka," ujar Nora yang sedang menggeret kedua sahabatnya yang menjadi gila akibat portal.
.
.
"Nah, ini dia empat anggota terakhir," ucap Kepala Sekolah memperkenalkan Nora, Inanna juga Risa yang sudah sadar dari pusingnya, dan Jenny.
"Kalian masing-masing boleh saling memperkenalkan diri," ucap Kepala Sekolah mempersilakan.
Lima orang murid pria terlihat duduk mengelilingi sebuah meja dan salah satu dari mereka terdapat Vince.
"Hai, salam kenal. Saya Nora dan seorang Manusia," ucap Nora memperkenalkan diri.
"Manusia?" tanya seorang pria dari ras yang sama seperti Risa, Werewolf.
Nora menganggukkan kepalanya, mengiyakan perkataan pria tersebut.
"Saya Inanna dari ras mermaid. Salam kenal," ujar Inanna.
"Aku Jenny, dari ras Vampir darah murni," ucap Jenny.
"Saya Risa, ras Werewolf," ucap Risa.
"Oke kalau begitu, perkenalkan yang di sebelahku kalian sudah pasti tau, dia Vince," jelas pria Werewolf tersebut.
"Hn, ras bangsawan Vampir. Salam kenal," ucap Vince.
"Kalo aku sendiri dari kaum Werewolf, Cedric," ucap pria werewolf yang bernama Cedric.
"Malvin, dari ras duyung," ucap pria berambut kuning terang.
"Steven, dari ras Werewolf. Sahabat dekat sama Cedric," ujar pria berambut cokelat.
"Aku Adrian Lenz, ras Vampir. Anggota paling muda di sini," ucap pria tersebut.
Pengenalan diri telah usai. Kepala Sekolah mulai membahas mengenai bagaimana organisasi ini akan beroperasi.
"Jadi, mari kita bahas mengenai organisasi ini. Bapak mau bikin organisasi ini agar dapat membantu sekolah," jelas Kepala Sekolah.
"Misi utama kita adalah melindungi sekolah ini sebisa mungkin, dan paling penting. Jangan sampai sekolah ini terlihat di mata manusia. Mengerti!" lanjut Kepala Sekolah.
"Mengerti!" teriak Kesembilan anggota organisasi tersebut.
"Jadi apa tugas pertama kita Pak?" tanya Steven.
Raut wajah Kepala Sekolah berubah menjadi serius, "Misi pertama kalian adalah..."
"Penelitian!"
.
.
Nora pov
Dan di sinilah kami saat ini. Aku menghembuskan nafas panjang merutuki bagaimana menyesalnya diriku karena harus menerima tawaran organisasi dari Kepala Sekolah.
Mengapa aku menyesal? Tentu saja semua orang akan menyesal jika harus melihat apa yang akan kami teliti saat ini.
"Nora, masker sama sarung tangannya udah kamu pake?" tanya Risa yang telah menggunakan perlengkapan.
Jika ini adalah rumah sakit yang berada di dunia ku. Maka, orang-orang akan mengira bahwa kami bersembilan akan segera mengoperasi seorang pasien.
Namun di kenyataan saat ini tidak, kami akan segera membedah mayat sesosok serigala yang di duga adalah seorang Werewolf liar.
"Aku gak nyangka kita masih sekolah begini sudah di suruh bedah tubuh Werewolf. Untung aja dia di bentuk serigala, bukan manusia," ujar Jennya kesal.
Tak lama, aku memperhatikan Inanna berjalan keluar dari ruangan yang akan kami tempati untuk membedah Werewolf.
"Ada apa Inanna?" tanya ku saat melihat bagaimana gadis tersebut menahan ekspresi wajahnya yang aneh.
Gadis tersebut menggeleng, dan hanya menatap sebentar ke arahku. "Kayaknya lebih baik kalo kamu liat sendiri, Nor."
Keningku berkerut saat mendengar ucapan dari Inanna. Karena rasa penasaran yang telah menguasai tubuhku, dengan perlahan aku melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut.
'Fiutt
Dan suara siulan burung menerpa gendang telingaku. Keningku semakin berkerut. Apa yang sebenarnya berada di dalam?
Aku masuk ke dalam ruangan tersebut. Dan mataku membulat sempurna melihat bagaimana indahnya alam ciptaan Tuhan ini.
Yah, bukannya sebuah ruangan putih yang di penuhi alat bedah dengan tubuh Werewolf terbaring di atas kasur, melainkan sebuah hutan lebat pepohonan dengan sinar matahari yang terik.
Tak percaya? Tentu saja, aku tak pernah tau jika di dunia ini masih ada tempat hijau seperti ini. Tidak ada jejak pohon yang di tebang, tidak ada gedung tinggi, dan tidak ada...
Mataku menyipit saat sesosok makhluk lewat di depan mataku.
Manusia?!
"Bukan manusia tapi para Harpies." Aku terkaget saat mendengar suara seorang pria yang berdiri tepat di belakangku.
"Cedric! Jangan ngagetin orang kenapa!" marahku. Dia terkekeh pelan merespon amukan ku.
"Itu para Harpies. Mereka adalah makhluk mitologi dengan tubuh seperti elang, dan berkepala wanita, dan bulan ini adalah bulan bertelur mereka," jelas Cedric.
"Kamu pinter Cedric, tapi biar lanjutannya bapak jelaskan. Semuanya kumpul!" teriak Kepala Sekolah yang tiba-tiba datang.
Nora pov end
Jenny, Risa, Vince, Malvin, Stevan, dan Adrian melangkah masuk le dalam ruangan tersebut. Namun, raut wajah mereka tidak seterpukau Nora.
Mungkin karena mereka sudah pernah melihat para Harpies yang akan segera bertelur.
"Jadi saat ini Harpies sedang bulan bertelur, dan mereka tidak mampu mencuri mayat tergeletak lagi. Namun, beberapa saat yang lalu mereka ketemu sama mayat Werewolf liar, jadi dengan penuh permohonan dari mereka para Harpies minta kita bantu mereka."
Melvin menepuk jidatnya. "Pak, tapi biasanya 'kan para Harpies sukanya ngambilin mayat," protes Melvin.
"Melvin, membantu sesama adalah salah satu perbuatan baik lho," ucap Adrian menasihati.
"Emm.. Adrian, mereka kan ras Harpies terus aku ras Duyung, jadi sesamanya di bagian mana?" Stevan menggelengkan kepalanya pelan.
"Berarti nasihat Adrian salah, yang benar sesama makhluk mitologi harus saling membantu," ucap Stevan membenarkan.
"Itu juga salah, terus berarti kita gak boleh membantu Nora dong karena dia bukan makhluk mitologi," ralat Cedric.
Kuping Vince lama-lama semakin panas di buat oleh perdebatan keempat orang yang berada di tengahnya. Dia menoleh dengan raut wajah yang kesal.
"Berhenti! Kalian semua salah! Gak ada yang bener, gitu doang ribet amat sih!" ujar Vince kesal.
Malvin, Stevan, Adrian, dan juga Cadric terbengong dengan perilaku Vince.
Pria tersebut pergi ke dalam hutan dengan menghentakkan kakinya kesal.
"Salah kita apa yah?" Malvin, Adrian, dan Cedric mengangguk setuju dengan ucapan Stevan.
"ORANG DIBILANGIN, KALIAN SEMUA TUH GAK ADA YANG BENER PADA SESAT SEMUA, NGERTI?" teriak Vince dari kejauhan.
Melvin menganggukkan kepalanya pelan sembari bergumam kecil, "Iya, ngerti."