Setelah Rissa menyebutkan alamatnya, Charlos menyuruhnya untuk diam di tempat. Telepon terputus. Tak berapa lama kemudian sebuah mobil berhenti di depan rumahnya. Rissa bergegas membuka pintu. Perutnya tiba-tiba terasa mulas.
Tangannya gemetar membuka pintu. Charlos sedang berdiri di depan mobilnya, menatap Rissa dengan sangat tajam hingga ia merasa sebuah pedang tajam menusuk dadanya tepat di tengah-tengah. Charlos memperhatikannya saat Rissa membuka kunci pagar, lalu mendorongnya hingga terbuka.
Charlos masih saja diam di tempat. Pria itu masih terus menatapnya tajam. Memangnya Rissa ini penjahat? Pencuri? Mengapa Charlos harus menyiksanya dengan tatapan yang seolah menuduhnya berkhianat?
Rissa nyaris bisa menerjemahkan jutaaan kalimat dari tatapannya. Berbagai pikiran berkelebat di kepalanya. 'Dasar wanita pengkhianat. Kamu telah membuatku sakit hati. Kamu pantas mati. Dasar wanita tidak tahu malu.' Dan sebagainya. Dan sebagainya.