/"Dia memang nggak bohong, Kur."/
Dahi Kurnia langsung mengerut. Matanya memandang jauh pada pohon di ujung jalan. "Jadi dia ngapain aja?"
/"Cuma minta maaf. Asli, gue serius. Dia minta maaf karena udah buat gue merasa terganggu. Dia bilang waktu itu dia pengen langsung segera minta maaf lewat chat, cuma gue udah blokir dia duluan. Jadinya dia harus bilang secara langsung deh."/
Kali ini Kurnia terdiam. Perasaannya agak tidak enak. Tubuhnya sudah berbalik membelakangi jendela kamarnya. Punggungnya menyandar di jeruji.
/"Lo pasti udah nyangka yang nggak-nggak."/
Kurnia mendecak. "Bahkan lebih parah, Kesh. Gue udah nuduh dia seenak jidat gue."
/"Gue kan udah bilang jangan kebawa emosi terus."/
.
Gue nggak sering emosian, pikir Kurnia tidak terima. Cuma Aristo yang—tsk.
"Ya udah deh, Kesh. Bye, ya."