Télécharger l’application
50% Aku Cinta Ayahku / Chapter 2: Ayah Cantik

Chapitre 2: Ayah Cantik

Sedari dulu hanya dia yang kucinta, dia ayahku. Ayahku terlalu cantik untuk ukuran laki-laki jadi sangat banyak yang mengejarnya, karena itu upayaku agar hal ini tidak terjadi yang akan kulakukan adalah membuatnya tetap di rumah dan memenuhi segala kebutuhannya di istanaku ini.

Jadi kamu, jangan pernah berharap ataupun bermimpi memilikinya karena dia hanya dan akan selalu untukku. Dia milikku bukan milik kalian.

Kupandangi raut wajahnya yang indah ketika tertidur di kasurku dengan cukup pulas. Kucium dan kujilat lehernya hingga meninggalkan bekas kemerahan disana.

Kulihat ayahku mulai membuka matanya di pelukanku,"Selamat pagi sayang" kecupku pada bibirnya singkat dan dia melotot melihatku mengecupnya singkat.

"Sayang, badanmu lengket. Akan kubawa kau ke kamar mandi",ucapku berniat menggoda ayah cantikku padahal sebenarnya aku sudah membersihkan tubuh ayahku sebelum dia kubaringkan ke kasurku.

"Aku bisa sendiri",bantah ayahku mencoba membuatku melepaskan gendonganku padanya.

Aku pun mencium kening ayahku lembut berharap dia tidak membuatku menjatuhkannya karena aku yang saat ini tengah menuruni tangga ke lantai dua.

Setelah tiba di lantai dua, aku segera menurunkan ayahku ke bangkunya agar kami bisa makan bersama dan aku pun duduk di sebelahnya.

"Sa..",putusku karena ayahku sudah lebih dulu memotong ucapanku.

"Jangan panggil aku sayang, aku ayahmu",ucap ayahku dengan wajah seriusnya.

"Tapi aku tidak mau kau jadi ayahku",ucapku santai dan tak lama kemudian asistenku datang dengan membawa berkas penting untukku.

"Tuan, ini adalah berkas yang tuan minta",ucapnya santai.

Nama asistenku adalah Maya dan dia cantik dan montok. Aku baru menyadari itu setelah di kantorku ada desas-desus tentangnya. Dia adalah salah satu orang yang membantuku untuk dapat ke tingkat sekarang.

Dia orang kepercayaanku sekaligus tangan kiriku di perusahaan dan dia jugalah yang selalu menggantikanku ketika di kantor. Setelah membaca berkas yang dibawa Maya, aku pun sedikit melirik ke ayahku yang nampaknya keheranan.

"Sayang, apa yang kau lamunkan?",tanyaku penasaran dan meminta Maya untuk kembali ke perusahaan setelah memberikan perintah.

"Ada perempuan secantik dan seseksi itu di dekatmu. Mengapa malah mencintaiku?",tanya ayahku heran.

"Hahaha sepertinya sayangku salah paham. Aku tidak pernah mengatakan aku mencintaimu",ucapku dengan seringai mengujinya yang ternyata malah terdiam pucat pasi.

'Jika dia tidak mencintaiku, apa dia hanya menginginkan tubuhku. Kalau begitu itulah mengapa dia selalu menyentuhku setiap kali dan setiap waktu kami bertemu',itulah kira-kira yang ada di pikiran ayahku begitu aku melihat raut wajahnya yang berubah-ubah.

"Sayang, kau mudah dibaca ya?",tebakku melihatnya menatapku aneh.

"Mengapa kau melakukan ini padaku? Aku ayahmu. Ayah tidak pernah mendidikmu untuk melakukan ini",ucap ayahku menyiratkan kemarahan.

"Sayang, aku tahu bagimu aku terlihat menyeramkan dan lagi aku selalu memangsamu di sembarang tempat. Kau terlihat ketakutan setiap kali kita bertemu",ucapku santai melihatnya.

"Sayang, jika ayah tidak ada mungkin aku tidak akan seperti ini",ucapku menatapnya penuh niat.

"Jangan menangis sayang",ucapku mendekatinya.

"Apa aku terlalu kejam? Tapi aku tidak pernah memukuli ataupun bertindak kasar padamu",ucapku mencium keningnya.

"Bagiku kau anak ayah, satu-satunya yang ayah punya setelah ibumu",ucapnya tiba-tiba membuatku geram.

"Jangan sebut ibuku, ayah",ucapku kesal menatapnya dalam dan ayahku menatapku dengan pupil matanya yang bergetar.

Kulihat ayahku kini menatapku ketakutan karena wajahku yang saat ini tidaklah tersenyum nampak bisa membunuh siapapun yang membuatku kesal. Itulah alasanku tidak pernah berhenti tersenyum saat aku tengah bersama ayah, tapi suasana hatiku kini sedang buruk untuk itu.

"Pengawal, bawa ayahku ke lantai lima",perintahku pada bawahanku yang selalu siap sedia di sampingku.

Di istanaku semuanya telah kususun serapi mungkin. Lantai pertama hingga lantai bawah tanah adalah tempat para bodyguardku berada. Lantai kedua adalah lantai khusus untuk dapur, ruang makan, ruang olahraga, ruang keluarga hingga ruang tamu. Lantai ketiga adalah lantai rahasia yang hanya orang-orang khusus saja yang boleh kesana dan ruang kerjaku. Lantai keempat adalah kamarku, kamar tamu dan berisi banyak ruangan rahasia. Lantai kelima adalah kamar ayahku dan orang-orang kepercayaanku sekaligus ruang yang keamanannya paling ketat di istanaku ini. Lantai keenam adalah ruang penyiksaan, jadi tak jarang banyak yang mati secara tragis disini dan aromanya selalu pekat dan berbau darah. Lantai ketujuh adalah ruangan spesial sekaligus ruang teraman yang ada di istanaku.

"Tuan, harus kami bawa kemana jenazah mereka?",tanya Ane penasaran.

"Bawa ke rumah sakit Kita saja",balasku singkat dan Ane memandangku heran.

"Apa Tuan sedang marah?",tanya Ane memandangku penasaran.

"Tentu saja aku marah",balasku cuek beranjak pergi dari kursiku menuju lantai tiga dan Ane malah mengikuti dari belakang.

"Ane, kau ingat apa perintahku?",tanyaku kesal padanya yang tenang-tenang saja.

"Hehe tentu saja aku ingat Tuan, tapi kondisi Tuan yang sedang marah ini menarik perhatianku",ucap Ane cengar-cengir.

"Mohon maaf Tuan, tapi seorang Milioner kaya telah datang",ucap seorang pelayanku panik.

'Alicia kah?",tebakku. Siapa lagi yang berani datang ke tempatku dengan begitu santainya jika bukan dia.

"kukira dia harusnya ada di China",gumamku.

"Suruh dia masuk dan pastikan ayahku tidak bertemu dengannya",perintahku pada Ane dan pelayanku.

Aku pun mendatangi Alicia dan melihatnya tengah asik menyeduh teh kesukaannya.

"Alicia?",panggilku dan dia menengok lalu tersenyum dan seketika berlari ka arahku.

"Aku sangat merindukanmu. Kau bahkan tidak pernah menghubungiku lagi",ucap Alicia bermanja-manja padaku.

"Lepaskan pelukanmu sekarang juga",perintahku tak ingin dibantah.

"Hahh baiklah kelihatannya kau bahkan tak rindu padaku",ucapnya menatapku bersedih tapi masih belum juga melepaskan pelukannya.

"Anggap saja begitu",balasku cuek.

Tiba-tiba terdengar suara sesuatu yang keras terjatuh di belakangku dan itu cukup untuk membuat Alicia melepaskan pelukannya padaku.

Melihat itu aku pun memanfaatkan kesempatan untuk pergi dan meminta kedua bodyguardku yang ada di sana untuk menahan Alicia agar pergi dari ruangan ini dengan tatapan mataku sementara aku pergi untuk memastikan apa yang terjadi.

Saat sampai disana, dapat kulihat pecahan tiga guci mahalku pecah tanpa ada seseorang atau sesuatu disana yang menyenggolnya tapi ada banyak bekas darah disana.

"...Ane, kau masih disitu?",tanyaku dan tak lama Ane muncul dari hadapanku.

"Apa yang terjadi pada ayahku?",tanyaku penasaran saat melihat wajah paniknya saat melihatku.

"Anu Tuan, maafkan aku. Aku tidak sengaja menyenggolnya",ucap Ane merasa bersalah tapi tak ku temukan di tubuhnya ada yang lecet ataupun berdarah dan lagi Ane bukanlah orang yang akan memecahkan sesuatu tanpa sebab.

"Ane tugasmu telah selesai disini, kembalilah ke kantor sekarang", perintahku melihatnya yang masih terlihat panik tapi segera pergi juga dari hadapanku.

Setelah Ane pergi, aku pun pergi ke lantai lima untuk melihat ayahku dan disaat aku sudah sampai disana, tak kutemukan ayahku dimana-mana hingga tujuanku pun adalah kamar mandi. Ku buka kamar mandi yang menjadi unsur utama kecurigaanku.

Aku melihat ayahku tengah duduk di ujung kamar mandi dengan raut wajah panik dan handuk tebal yang menutupi bagian tubuhnya. Mendekati ayahku dan melepaskan handuk tebal itu darinya yang kelihatan tambah panik lalu menggendongnya ke kasur. Kemudian beralih ke satu-satunya meja yang ada disana dan membuka lacinya.

"Ayah,... Sayang bukankah lukamu harus segera diatasi agar tidak infeksi",ucapku dan dengan telaten membersihkan setiap lukanya dengan ayahku memperhatikanku dalam diam.

'Sepertinya aku sudah bisa menebaknya',pikirku melihat ayahku yang tidak berniat mengalihkan fokusnya padaku.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C2
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous