Apa yang dibicarakan oleh Putra dan Adit, ternyata terdengar oleh Maya. Entah sejak kapan si Bunda itu berdiri di dekat dapur, yang tak jauh dari ruangan kerja Putra tersebut.
"Bunda nggak salah denger kan?"
Anak dan Bapak itu sama-sama tersentak. Ia tidak menyadari kehadiran Maya di sana. Sama sekali tidak terdengar langkah kaki, pun bunyi pintu yang dibuka.
"Kok Bunda udah ada aja di sana? bukannya tadi di kamar? hebat lho sama sekali nggak kedengeran langkah kakinya."
Adit mencoba mengalihkan pikiran sang istri. Tapi tidak berhasil. Maya malah berjalan mendekat, dengan wajah yang tegang. Ia sama sekali tidak suka selalu ada cerita Kinan yang keluar dari mulut anaknya.
"Bunda harusnya seneng dong, Abang udah sembuh total."
Adit masih berusaha menenangkan istrinya.
"Bunda pernah bilang sama Ayah kan, meski pun ingatan Abang nggak balik-balik, juga nggak apa-apa kok. Lagi pula cuma empat bulan nggak penting itu."