Télécharger l’application
6.75% What Do You Know? / Chapter 31: BAB 27,5| MATAHARI

Chapitre 31: BAB 27,5| MATAHARI

Ali kembali mencoba hingga lima kali berturut turut. Hingga yang ke enam kalinya, ia tetap tak bisa menghilangkan umbra.

Tetes keringat Ali mulai bermunculan.

"Cukup." Ucap tuan Wers dengan menutup peti oranye itu.

Ali terduduk di lantai lapangan, dia menarik napas dalam dalam. Raib beranjak memberikanya minuman.

Aku hanya melihat Ali yang kelelahan sambil berpikir. Apakah aku bisa?

"Baik! Sekarang Raib kamu coba." Pinta Tuan Wers.

Raib yang memberikan minum Ali langsung berdiri di hadapan peti oranye itu.

Ia menarik napas dalam dalam, kemudian mulai mengangkat kan tangan nya.

Tuan Wers membuka peti dan mengangguk menandakan bahwa Raib bisa memulainya.

"Mox evanescet!!!"

Umbra itu belum lenyap, Raib mencoba nya sekali lagi. Tapi tetap saja tidak bisa. Hingga percobaan ke 6 umbra mulai bergetar.

"Sekali lagi Raib!" Pinta Tuan Wers.

"Ayo Raib!!!" Semangat ku pada Raib.

"Mox evanescet!!"

Arghhgg!!!!

Akhirnya umbra tersebut dapat lenyap dengan percobaan Raib yang ketujuh. Raib terjatuh di lantai karena kelelahan.

Dia terduduk mematung.

"Bagus putri!" Bangga Tuan Wers dengan bertepuk tangan. Sepertinya Kalvin sering mengajari mu.

"Baik, jangan buang buang waktu, ayo nona Seli." Pinta Tuan Wers pada ku.

Kali ini aku harus membuktikan kalau aku kesatria matahari yang telah mendapat gelar master.

Aku mendekati peti oranye itu, tuan Wers telah membuka peti tersebut.

Fokus.....Fokus.....Fokus...

"Mox evanescet!!!"

Arghhhhh!!!!!

Bak sebuah mimpi yang baru saja terjadi, umbra tersebut dapat kulenyapkan hanya dengan sekali percobaan.

Tuan Wers syok mendapati aku yang berhasil dengan mudahnya.

Ali terlihat jengkel pada ku karena dia belum bisa melenyapkan umbra, sedangkan Raib bertepuk tangan.

Aku melihat tangan ku, dan mendapati cincin dengan berlian kuning yang bersinar terang.

"Woah!! Wow!!! Sungguh menakjubkan." Kata Tuan Wers dengan tepukan tangan.

Raib mendekati ku sambil meraba raba tangan ku

"Sel, kenapa kamu bisa melakukannya? Bahkan Ali hendak menangis melihat mu berhasil." Kata Raib sambil menunjuk ali dengan wajah cemberutnya.

"Aku juga tak tahu Ra, itu sangat fantastis." Ucapku yang aku sendiri tak percaya apa yang telah terjadi saat ini.

"Sepertinya kamu benar benar kesatria hebat klan kami. Sungguh luar biasa." Tuan Wers menepuk punggung ku.

****

Hampir malam di klan Matahari kami masih sibuk dengan latihan ini. Aku sudah berhasil, Raib bisa tapi dia harus lebih cepat.

Jadi sedari tadi aku hanya melihat ke dua sahabatku yang sibuk melenyapkan umbra.

"Mox evanescet!!!" Teriak Raib yang ke 257 kalinya.

"Bagus!! Akhirnya kau berhasil putri!" Ucap Tuan Wers.

Kini wajah Ali makin merah karena dia satu satunya dari kami yang belum berhasil melakukan sihir itu.

"Ayo Ali!!! Masa kamu kalah sama kedua perempuan itu?!!" Bentak Tuan Wers yang melihat Ali malah duduk duduk santai.

"Baiklah akan kubuktikan."

"Mox evanescet!!!"

Arghhhhh!!!!!!!

"Lihat kan?" Sombong Ali yang baru berhasil melenyapkan umbra.

"Iya. Kamu berhasil dengan percobaan 1400 kali." Jawab Tuan Wers.

Ali menatap wajah tuan Wers dengan muka masam sembari meludah.

"Baik, istirahatlah. Besok jam 2 pagi harus ada di sini. Aku tidak mau tau." Ucap Tuan Wers sambil menyeret peti umbra.

****

Pagi pagi buta Raib membangunkan ku yang masih setengah sadar. Yah kini jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari.

Tiba tiba Raib menggoyang goyang badan ku yang telah terlelap dalam tidur, sedangkan Ali? Di sudah bangun entah bagaimana caranya.

Kata Ali sih dia udah sering bangun jam 2 pagi, jadi kalau tanpa disuruh pun dia bakalan bangun.

Tujuan kami di pagi hari ini adalah melatih kekuatan kami, yang demi apa! Itu lebih lelah di banding belajar matematika.

"Sel, bangun." Ucap Raib sambil membawa air minum.

"Aku udah bangun Ra." Jawab ku lesu dan melangkah kan kaki dengan berat.

Ali membawa sejumlah perbekalan agar kami tak bolak balik untuk mengambilnya.

Klan Matahari juga belum bersuara sama sekali. Kendaraan pun masih 1-2 yang lewat.

"Oh kalian sudah bangun? Bagus kalau begitu." Sambut Tuan Wers saat kami baru pertama kali masuk Lapangan bawah tanah.

Ali menganggu dengan meletakkan sejumlah barang bawaan kami.

"Ayo, kalian pemanasan dahulu. Setelah itu baru latihan." Pinta Tuan Wers.

Kali ini tuan Wers mengajari kami dengan suasana hati yang baik. Berbeda dengan kemarin yang lebih menuntut kami.

"Ra, kamu tahu gak? Latihan ini lebih berat di banding masuk jadi Idol." Ucap ku yang menuangkan bahan bercanda pada Raib.

Sejak kemarin pula Raib lebih sering diam sambil membaca buku yang dia pinjam dari perpustakaan. Dia juga tak memperbolehkan ku untuk menyentuh ataupun membacanya.

Aku tak masalah dengan hal tersebut, karena jujur aku kurang suka dengan kegiatan baca membaca.

"Seli! Kamu bisa tunjukan mantra kemarin?" Tanya Tuan Wers sambil mengeluarkan Peti Umbra.

Aku mengangguk dengan memakai cincin klan Matahari yang sangat berperan penting dalam latihan ini.

"Mox evanescet!"

Arhggg!!!!

Dengan sekejap pula Umbra di hadapan ku lenyap. Tuan Wers menatapku dengan kagum.

Mungkin ini kekuatan yang paling aku kuasai.

"Bagus. Ali ayo!! Kamu paling buruk dalam hal ini!" Pinta Tuan Wers yang membuat ku dan Raib tertawa.

Ali yang di panggil oleh tuan Wers langsung pergi tanpa mempedulikan tawa ku dan Raib.

Kini Ali lebih fokus dan menatap umbra dengan tatapan tajam bak mata elang.

"Mox Evanescet!!!!" Teriak Ali.

Saat Ali mengucapkan umbra hanya bergerak geser tertiup angin tapi setelah itu Umbra tersebut lenyap dengan jeritannya.

Aku dan Raib saling memandang, merasa bersalah karena telah meremehkan Ali.

"Look!" Kata Ali sambil berjalan sok gaya nya itu.

Sementara itu aku dan Raib beranjak pergi ke taman klan Matahari setelah 6 jam melatih kekuatan.

Jalanan juga udah mulai rame, mulai dari anak yang mau sekolah sampe orang orang kerja lalu lalang.

"Ra, itu apa?" Tanya nya ku sambil melihat suatu gedung yang mirip sekolahan.

"Itu sekolah." Bukan Raib yang menjawab melainkan tuan Leon yang tiba tiba datang di sebelah kami duduk.

Aku dan Raib mengangguk mengiyakan fakta tersebut. Memang banya anak kecil yang bermain di sana.

"Mau kesana? Kebetulan guru disana lagi ada pelatihan, mungkin kalian mau bantu." Tawar tuan Leon.

Aku mengangguk penuh semangat menerima tawaran dari tuan Leon, sedangkan Raib menggeleng.

Yah, Raib dia bukan tipe anak yang dekat dengan anak anak kecil di sekolahan gini.

"Udah, nanti aku ajarin deh." Ucapku dengan menarik tangan raib.

Saat masuk kedalam lingkungan sekolah itu banyak anak kecil yang langsung mendekati kami.

Satu-dua minta ajak main, yang satu lagi minta di ajarin. Raib yang tak terbiasa dengan anak kecil mengerutkan dahi nya.

Aku tertawa melihat tingkah Raib yang super duper kaku saat bermain bersama anak anak ini.

"Ra, dia cuma mau kamu bacakan cerita."

"Oh cerita apa dek?" Tanya Raib yang baru peka dengan apa yang di maksud anak kecil itu.

"Ngurus anak kecil aja nggak bisa." Ejek Ali yang tiba tiba muncul di tempat kami. Saat Raib mendengarkannya, ia langsung menginjak kaki Ali.

"Awh bercanda Ra." Keluh Ali yang mendapati kakinya di injak.

Ngomong omong cuma Ali di sini yang pake alat penerjemah di telinganya, karena aku dan Raib mengerti bahasa Klan Matahari.

"Ra. Tuh kamu urus anak itu, kayanya dia butuh kamu deh." Pinta ku pada Raib yang melihat ada anak duduk dengan wajah murung.

Raib mendatangi anak yang sedang duduk termenung itu.

"Sel!! Sini!!!" Teriak Raib yang belum aja 5 menit udah manggil manggil.

"Apaan sih?"

"Dia gak bisa ngomong kayaknya." Bisik Raib.

"Em, dek namanya siapa yah?" Tanya ku pada anak kecil ini.

Anak kecil ini memiliki rambut pendek dengan mata coklat, dan pipi tembem nya.

"Kak dia emang biasa gak ngomong. Namanya Noju." Ucap anak laki laki yang lewat disebelah kami.

Sedangkan Noju atau anak yang duduk tadi itu sekarang menatap ku.

"Mama." Katanya sambil memegang tangan ku erat. Matanya yang elegan kini berkaca kaca yang membuatnya semakin anggun.

"Noju, mama kamu udah pergi! Jadi kamu diam aja di sini yah!!" Ejek teman temannya.

Raib yang mendengarkannya langsung memarahi anak anak kecil yang mengejek tadi.

"Ra!" Bentak ku pada Raib.

"Dia ngejek lho Sel!"

"Tapi bukan gitu caranya!"

"Ya udah, Noju ikut Kakak aja yah. Ra ikut gue! Li lo jagain mereka yah!" Ucap ku sambil menuntun Noju pergi dari sekolah.

Kami menuju ke caffe cake yang tak jauh dari sekolahan, kami juga sudah ijin Tuan Leon untuk pergi sebentar.

Tuan Leon juga mengatakan kalau anak ini super istimewa.

"Noju mau pesan apa?" Tanya Raib yang duduk didepan Noju.

"Cake." Jawab Noju sambil menunjuk cake Red Velvet.

Raib mengerti maksud nya dan pergi ke kasir untuk membayar dan menerima cake nya.

"Noju memang mamanya ke mana?" Tanya ku pada Noju yang kembali murung.

Dia cuma menggelengkan kepala.

"Dia pergi ke kota Rut, tapi sudah 4 tahun dia belum kembali. Ayah ku meninggalkan ku saat berperang." Ucap Noju sambil meletakan dagunnya di meja.

Mendengar cerita dari Noju yang umurnya mungkin baru 5 tahun aku jadi sedih.

"Sel, kayaknya mamanya dia udah meninggal saat perang." Bisik Raib sambil menyerahkan cake Red Velvet Noju.

"Tau dari mana?"

"Ada di buku kemarin. Kayaknya buku itu buku yang bisa nentukan jalan kedepannya."

"Maksud mu?"

"Semakin jauh kita petualangan semakin kita tau apa yang akan terjadi." Kata Raib serius.

Semoga tak akan ada yang terjadi apa apa.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C31
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous