Mata mereka saling beradu, Qia tidak berekspresi sama sekali atas apa yang Kenan lakukan saat ini. "Maaf, pak," hanya itu yang Qia katakan kemudian ia melangkahkan kakinya pergi dari sana dengan cepat.
Sisilia dan para karyawan yang belum pulang itu terdiam atas apa yang di lakukan Qia saat ini. Bisa-bisanya Qia mempermalukan Kenan di depan karyawannya. Seharusnya jika ia menolak pun tidak dengan cara seperti ini. Beberapa karyawan yang tadinya memang berjalan bersisian kini mulai berbisik-bisik.
"Apa yang harus aku lakuin Ta? Kamu bilang aku harus menunjukkannya dan enggak perlu malu tentang kamu. Terus apa lagi Ta?" tanya Kenan dengan suara keras dan ia sudah berdiri kemudian membalikkan tubuhnya untuk menatap Qia yang terus berjalan tanpa berhenti.
"Ta, tolong maafin aku yang dulu ninggalin kamu tanpa kabar!" teriak Kenan lagi. Ia sudah merssa hina, tetapi semua sudah terlanjur lebih baik ia menjatuhkan harga dirinya semakin dalam. Siapa tahu dengan ini Qia akan luluh.