Aku sudah keluar dari Rift itu. Aku langsung menyingkir dari hadapan Rift itu tapi Seung-Wo tidak kunjung keluar. Aku bisa lihat kalau Rift ini akan segera menghilang, di mana dia?
*swush*
"A-aku keluar!" Dia menghela nafas lega.
"Sekarang, tolong serahkan Artifact mu." Yah, aku kekurangan Artifact maupun uang.
-
Sin baru saja selesai menyiapkan kamar apartemennya di Tokyo. Mulai dari dapur, kamar mandi, dan ruang tamu, semuanya sudah selesai. Sin hendak mencari Daniel, saat orang misterius memukul tengkuknya.
*ting tong*
Suara bel kamar Sin berbunyi. Ternyata Arisu datang ke apartemen Sin. Sudah menunggu lama, Arisu mulai tidak sabar.
"Shinki, kau di dalam? Cepat buka pintunya, bodoh."
*ting tong*
"(Sialan, di mana dia? Telponku juga tidak diangkatnya lagi. Hahh.. Aku pakai [Junho] aja.)"
Muncul bayangan biru berbentuk separuh tubuh manusia yang memakai hanbok. Setelah beberapa saat, bayangan itu kembali pada Arisu.
"K-kosong? Akan kudobrak ini."
*brak*
Arisu berhasil mendobrak pintunya. Dia mulai memeriksa seluruh ruangan. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Sin. Arisu hendak menghubungi temannya, Daniel tapi dia lupa dia belum meminta kontaknya. Dia berpikir akan mencari Nieru terlebih dahulu lalu akan lebih mudah untuk mencari Shinki.
-
Phew. Dia keras kepala sekali. Maaf kawan, aku butuh Artifact mu. Lain kali, berharaplah untuk tidak bertemu denganku.. Aku selesai berurusan di sini. Untungnya aku sempat merasakan Dark Orbs di Rift tadi, meskipun hanya tiga sih. Kurasa itu cukup memuaskan untuk pemula, ya kan Zed?
*(Hm. Tidak buruk, lagipula Rift itu terlalu mudah untukmu.)*
Haha, aku anggap itu pujian. Lalu, aku akan ke Tokyo sekarang. Sin sudah menungguku.
*whoos*
-
Bulan telah terbit saat Daniel memasuki daerah Tokyo. Dia merasa lelah karena terlalu banyak memakai 「Shadow Step」.
「Low On MP」
"(Sialan. Ternyata ini cukup menguras mana-ku. Aku akan istirahat dulu di sana.)"
Daniel tiba di sebuah atap gedung. Gedung itu cukup tinggi untuk melihat seluruh keadaan Tokyo. Suasana malam yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dia teringat dengan kebersamaan nya dengan keluarga Alifa.
"Hey, Zed. Temani aku ngobrol."
*"Apa yang kau inginkan, Manusia."*
"Berhenti dengan itu, bisa kau sebut namaku saja?"
*"Kau belum memenuhi syarat untuk itu."*
"Ah begitu. Lalu, bisa ceritakan kau itu apa?"
*"Kau belum memenuhi syarat untuk itu."*
"Astaga. Apa aku memenuhi syarat untuk sesuatu?"
*"Kau bisa menggunakan beberapa skill ku."*
"Hadeu.. Apa lagi?"
*"Kau bisa memakai Shadow Key yang kau temukan."*
"Tolong beritahu selain yang sudah kau sebut saat di gua itu."
*"Hm.. Untuk saat ini, kau bisa menganggapku sebagai keajaiban dunia ini. Obrolan selesai, aku ingin istirahat."*
"Keajai..ban?"
Beberapa menit dilalui Daniel dalam kesunyian malam. Merasa dirinya sedikit pulih, diapun turun ke jalan.
'Eh, aku belum tahu alamat baru Sin! Sialan.'
-
"(Apa-apaan ini? Kenapa aku belum menemukan Nieru.)"
Arisu masih menyetir mobilnya menyusuri jalan Tokyo. Sejenak dia berpikir akan memutar sekali lagi dan akan mengakhirinya untuk hari ini. Di sebuah jalan sepi, ujung pandangan Arisu menangkap seorang pria dengan kaos putih bercelana denim yang mirip dengan Nieru yang dia lihat di ruang perawatan tadi.
*ciit*
"Hm?" Daniel menyadari ada mobil yang berhenti di pinggir jalan.
"Nieru! Itu kau kan?" Arisu langsung membuka kaca jendela mobilnya.
"Ah, iya. Ada apa?"
"S-shinki.. Dia hilang!"
"Hah?!"
"Cepat, masuklah! Kita bicara sambil jalan." Arisu membukakan pintu sampingnya. Lalu Daniel langsung berlari masuk.
"Ceritakan rincinya." Daniel berkata serius sambil mengencangkan sabuk pengaman.
-
Di suatu ruangan gelap. Terlihat seorang pria pingsan yang terikat di kursinya. Dua orang berdiri mengawasinya di depan satu-satunya pintu ruangan itu.
"Misi berhasil, bos." Salah satu pria yang berjaga menghubungi bosnya.
"Kerja bagus. Aku akan kirimkan orang lagi ke sana."
"Siap, bos."
Lalu kedua orang itu menghampiri pria yang terikat di kursi. Bersiap untuk melakukan sesuatu.
-
Suasana kantor memanas bukan karena orang-orangnya melainkan panas terik siang hari. Terlihat Guro frustasi dengan memutar-mutar di kursinya.
"Jarak kita itu cukup dekat dengan Prefektur Saitama. Kenapa kita sama sekali tidak mendapat satupun jejak Black Ghost." Guro memijat pelipisnya.
"Maafkan aku, Guro. Anak-anak belum juga menemukan jejaknya." Suara Neo berasal dari laptop Guro.
"Hahh.. Kurasa aku akan ambil cuti untuk hari ini. Sampai jumpa di cafe biasanya, Neo." Guro langsung mematikan sambungan video call nya dengan Neo.
Guro segera beranjak dari kursinya, mengambil kopernya dan pergi meninggalkan ruangannya.
-
Suatu sore yang ramai akan orang-orang. Terlihat seorang pria besar berjas sedang menikmati pemandangan laut di sisi jembatan. Pria itu mengangkat ponselnya.
"Jarang sekali kau menghubungiku secara pribadi, ada apa 02?" 01 menghentikan aktifitasnya.
"Karena ini menyangkut Black Ghost. Jadi, aku rasa kita tidak mengalami kebocoran informasi, aku bisa jamin itu."
"Oh.. Lalu kemungkinan terakhir, mereka bisa melakukan teleportasi. Aku jadi semakin tertarik dengannya." 01 tersenyum kecil.
"Yah, bisa dibilang begitu. Lalu, laporan terkini, mereka berdua belum muncul lagi di radar kita."
"Tetap lanjutkan pencariannya, 02."
"Tentu."
Panggilan berakhir. 01 tertawa kecil sebelum akhirnya menghilang terbawa angin.
-
"Sebentar lagi matahari akan terbit, Nieru.. Kita belum menemukan tanda-tanda Shinki..sedikitpun."
Arisu terlihat kelelahan dan mengantuk di samping Daniel yang menyetir. Tentunya Arisu mengajarinya menyetir. Daniel pun juga terlihat menahan kantuknya. Mereka sempat pergi ke Saitama dan kembali mengelilingi Tokyo untuk mencari Sin.
"I-iya. Mari kita kembali ke apartemen Si-shinki dan istirahat di sana. Kau tidak keberatan kan?" Daniel bersiap mengambil jalan menuju apartemen Sin.
"Tentu. Aku tidak punya kenalan di Tokyo selain dia."
Daniel segera menancap gas. Mereka telah sampai di apartemen Sin dalam beberapa menit. Saat akan membuka pintu, Daniel melirik Arisu yang sudah tertidur di kursinya. Dia pun dilanda kebingungan. Karena dia terlalu lelah memikirkannya, dia langsung keluar, membuka pintu Arisu dan membawanya masuk apartemen. Daniel menyadari ada bekas dobrakan di pintu kamar Sin, tapi dia langsung menepis pikiran itu dengan memikirkan kalau sebelumnya Arisu sudah datang terlebih dahulu. Daniel menaruh Arisu di kasur.
"(Wow, seorang perempuan tertidur di hadapanku. Kuatkan pikiranmu, Daniel!)"
*(Hahaha.. Perilaku manusia cukup menghibur. Aku tidak menyesal terbangun karena kau terlihat sangat kelelahan.)*
"(Diamlah! Kau tahu apa tentang otak manusia.)"
*(Sekarang istirahatlah, Manusia. Agar aku juga bisa beristirahat dengan tenang.)*
"(Aku baru sadar kalau dia ini wanita yang cukup tomboy. Aku makin penasaran bagaimana dengan Alifa sekarang..)"
Daniel menatap Arisu dengan intens. Arisu terlihat memakai setelan pria. Tidak ingin menatapnya terlalu lama, Daniel mencuci muka dan segera mengistirahatkan tubuh dan pikirannya di sofa.
Gelap.
Daniel kembali ke ruang hampa itu lagi. Dia mulai terbiasa, itu dibuktikan saat Daniel ingin duduk. Di bawahnya muncul pemandangan seorang pria bersayap melawan ular raksasa. Pemandangan berganti menjadi pasukan penunggang kuda bersayap menerjang kawanan monster dan makhluk hitam di depannya. Pemandangan berhenti pada saat muncul cahaya yang hanya menyinari satu titik di tengah medan perang itu. Cahaya itu berada di puncak bukit yang merupakan titik tertinggi di seluruh dataran peperangan itu. Banyak makhluk yang melupakan pertarungannya dan segera menuju cahaya di bukit itu.
Waktu berlalu, berjalanlah sebuah cahaya yang membentuk tubuh manusia memakai armor di antara mayat-mayat makhluk. Tujuannya sangat jelas, yaitu cahaya di puncak bukit. Makhluk lain yang masih berdiri di sekitarnya dengan sadar berjalan menjauh, memberi ruang untuk cahaya berarmor itu lewat. Akhirnya makhluk itu sampai di puncak bukit. Setelah beberapa nafas berlalu, bukit itu mulai meledakkan cahaya ke seluruh penjuru. Saat cahaya itu mulai menghilang, hanya tersisa setitik cahaya berdiameter 3 meter melesat ke atas lalu terpecah menjadi tujuh belas cahaya kecil yang segera meninggalkan bukit itu dan medan perang sekitarnya. Makhluk berarmor yang berada di puncak bukit itu menghilang tanpa meninggalkan jejak.
*bugh*
Daniel terbangun saat dia terkejut melihat salah satu cahaya tadi melesat menembus dirinya. Membuatnya terjatuh dari sofa. Dia berdiri lalu melihat kasur. Di sana terlihat wanita berambut putih tidur dengan damai. Saat berjalan ke dapur, dia sempat melirik lagi Arisu dan membuatnya terkejut. Rambut Arisu tergerai, dasinya mengendor dan kancing atasnya terbuka. Daniel yang memperhatikan itupun mencoba tetap tenang dan segera membuat sarapan.
"(Zed. Kau di situ?)"
*(Ada apa, Manusia?"*
"(Tolong carilah Sin sekali lagi. Kumohon.)"
*"Astaga. Itu lagi. Sudah berapa kali kukatakan padamu? Aku terlalu bosan mendengarnya."*
"(Yah, mau bagaimana lagi. Sin tidak meninggalkan jejak apapun. Aku yakin dia diculik seseorang.)"
"Hnngh~"
"(Heh, dia bangun. Kita lanjutkan nanti, Zed.)"
*"Terserah kau saja."*
"N-nieru? Kau di sini?!" Arisu terkejut melihat Daniel berada di dapur.
"Yah, tentu. Kemarin kita kan habis mencari Shinki."
"Yah, b-benar juga. A-apa kita tidur bersama?"
*uhuk* "Tentu saja tidak. Apa yang kau pikirkan tentangku?"
"Y-yah, aku tidak memikirkannya! A-aku juga tidak mau satu kasur denganmu. Ingat itu?!"
"Tentu tentu. Sekarang sarapanlah. Aku sudah selesai memasaknya."
Daniel membawa sepasang piring yang berisi nasi omelet ke meja makan. Arisu mengikat rambutnya lalu duduk di meja makan. Daniel yang melihatnya segera mengalihkan pandangannya.
"Kau pikir ke mana dia pergi?" Daniel mengangkat suara.
"Entahlah. Kita tidak begitu dekat. Dia Tim 6 dan aku Tim 4. Aku kemari hanya untuk berbicara dengannya membahas penaklukan Rift selanjutnya."
"Oh, begitu.. Tentang Rising Hope, bagaimana tempatnya?"
"Tunggu dulu. Kau bukan anggota guild manapun, kan?"
"Aku tidak memutuskan untuk bergabung di manapun."
"Phew, ok. Kupikir Rising Hope yah, sedikit di atas rata-rata. Timku berisi enam orang. Separuh Rank SS dan Rank S. Aku termasuk yang terakhir. Untuk Tim 1, aku hanya tahu kalau mereka beranggotakan Rank SS semua. Rumor mengatakan kalau mereka hanya berempat. Tim 2, 3 dan 5 sama seperti Timku. Lalu Tim 6 sampai 8 berisi enam orang juga tapi hanya ada satu Rank SS di antaranya." Arisu sejenak berhenti untuk menyuap makanannya.
"Wew.. 14 orang Rank SS. Kuyakin Rising Hope tidak hanya mempunyai mereka saja.
"Kau benar. Para petinggi juga Rank SS semua."
Daniel selesai makan, lalu Arisu menyusul. Mereka memutuskan untuk berpencar mencari Sin. Arisu akan berusaha melalui guildnya dan Daniel akan mencari orang-orang yang mencurigakan. Mereka langsung berangkat saat itu juga.
-
Daniel berjalan tanpa arah. Dia belum tahu harus mulai mencari Sin dari mana. Satu-satunya pusat informasi yang dia tahu hanya dia, President Gerard. Dia berusaha agar tidak terlalu banyak berinteraksi dengan Gerard. Itu akan membuat masalah baru untuknya. Karena dia telah sampai Rifters Hall dan lelah berjalan, Daniel menuju atapnya.
*whoos*
*(Hey, Manusia. Mau kuberi tahu sesuatu?)*
"(Eh, tentu.)"
*(Aku mengetahui keberadaan kawanmu. Tapi ini tidak gratis, akan kutagih saat kau selesai melakukan permintaanku ini.)*
"(Wao, keren.)"
*(Yang kau lakukan sekarang adalah tuntaskan tujuanmu datang ke sini.)*
"(Yang benar saja..)"
-
Daniel menuruni tangga gedung. Lalu berjalan menuju ruangan berpapan [President Gerard]. Daniel sadar akan sesuatu, lalu dia segera ke kamar mandi untuk memenuhi panggilan alam dan juga merapikan pakaiannya. Setelah selesai, dia kembali ke pintu ruangan Gerard.
*tok tok tok*
Tidak menunggu lama, pintu terbuka.
"T-tuan Nieru. Ada yang bisa saya bantu?" Ueno dengan sigap menelan keterkejutannya.
"Aku ingin berbicara dengan President Gerard."
"Kenapa anda tidak membuat janji temu, Tuan?"
"Maaf, aku buru-buru. Ada temanku yang menghilang."
"Kalau begitu, silahkan masuk.
Ueno mempersilahkan. Daniel kembali menunggu Gerard di dalam. Tapi berbeda dengan sebelumnya, kali ini Daniel menunggu di meja sudut ruangan dengan kursi dan sofa separuh mengitarinya. Beberapa menit berlalu, Daniel penasaran di mana penghuni ruangan ini berada.
*cklek*
"Maaf membuatmu menunggu, Tuan Nieru. Ada yang bisa kulakukan untukmu?" Gerard masuk melalui pintu samping diikuti oleh Ueno.
"Ada yang ingin kubicarakan denganmu, President Gerard."
"Oh, apakah itu? Bersedia untuk segelas bir, Tuan Nieru?" Ueno lalu menyiapkan minumannya.
"Shinki menghilang. Tidak ada jejak apapun tentangnya di guild dan apartemennya."
"Hmm.. Ini jelas merupakan masalah. Untuk saat ini akan kuperlihatkan daftar Ranks Rifters." Gerard mengisyaratkan Ueno untuk mengambilnya.
"Silahkan, Tuan."
"Terima kasih." Daniel membolak-balik berkas itu.
[Yamada Nobunaga [-] Rank SS]
[Jacob Hugh [-] Rank SS]
[Huo Yi [-] Rank SS]
[Tarou Kotomine [-] Rank SS]
[Neesch [Heosphoros's Chain] Rank SS]
[Gerard Anemo [-] Rank SS]
[Reine Inuyama [Athena's Crown] Rank SS]
[Jacovich Ptryoska [Cursed Bible] Rank SS]
[Yun Zaoyi [Zhuge Liang's Blessing] Rank SS]
[Iana Sjöergei [Munnin's Tear] Rank SS]
Daniel hanya memperhatikan peringkat sepuluh ke atas dari daftar yang diberi Ueno. Dia melihat banyak nama-nama asing di sana. Dia baru menyadari bahwa Artifact-Artifact dari dalam Rift berasal dari berbagai macam mitologi maupun legenda. Satu nama yang sempat mengganjal di pikiran Daniel, yaitu Neesch. Dia tidak ingin memusingkannya sekarang karena saat ini dia sedang mencari Sin.
"Artifact yang tertulis di sini sudah cukup terkenal. Untuk yang tidak tertulis, itu dirahasiakan."
"Seperti itu.."
"Bagaimana, ada sesuatu yang kau dapat dari sini?"
"Selain nama yang tidak kukenal, hanya Neesch yang menarik perhatianku. Bisa aku minta salinan daftarnya?"
"Tentu. Tolong, Ueno."
"Silahkan, Tuan." Ueno selesai membuat salinan daftar tersebut.
"Terima kasih atas bantuan anda, President Gerard." Daniel hendak beranjak dari kursinya.
"Senang membantu anda, Tuan Nieru. Berhati-hatilah."
Daniel berjalan pergi setelah bersalaman dengan Gerard dan membungkuk pada Ueno. Setelah dirasa Daniel telah pergi, Gerard duduk di kursinya dengan peta di hadapannya.
"Ada kabar tentang Tarou?"
"Iya, Tuan President. Mereka memutuskan untuk melaksanakan rencananya." Ueno menyiapkan segelas bir untuk Gerard.
"Hahh.. Dia keras kepala sekali." Gerard meneguk habis minumannya.
— Un nouveau chapitre arrive bientôt — Écrire un avis
Commentaire de paragraphe
La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.
De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.
OK