Télécharger l’application
83.33% TAKE ME HOME / Chapter 10: |9| PERTANDA ?

Chapitre 10: |9| PERTANDA ?

Tepat pukul tujuh lewat sepuluh menit Larissa sudah menyambangi rumah kediaman sahabatnya, gadis itu terlihat mondar mandir di depan teras dengan raut wajah masam. Siapa lagi jika bukan Dafa yang menjadi penyebab utamanya. Laki - laki itu rutin sekali menaikkan tekanan darahnya.

"Dafaaa ! Cepetan dikit napa, kalo enggak gue tinggal nih" Peringatnya dengan satu teriakan kencang.

Mendengar sang ratu berteriak, Dafa lari terbirit - birit menuruni tangga sambil memegangi sebelah sepatu putihnya.

"Iyaa sabarr !" Jawabnya sebelum kena omel lagi.

Masih dengan raut wajah masamnya, Larissa naik keatas motor yang baru selesai dipanasi oleh Dafa.

"Pegangan !" Suruhnya dengan lembut.

Dafa melajukan motornya dengan kecepatan normal, membelah jalan ibu kota yang masih nampak sepi. Larissa tak berbicara, mungkin masih kesal dengannya atau mungkin saja pengaruh dari menstruasi yang menyebabkannya sedikit judes hari ini.

Sesampainya di tujuan dua sejoli itu segera memasuki kelasnya masing - masing. Vani datang menghampiri Larissa yang masih setengah jalan menuju ke kelasnya, gadis itu menyeret Larissa tak sabaran.

"Risaaa !" Serunya.

"Hmm" Larissa berdehem malas.

"Muka lo kenapa lesu gitu Sa ? Lagi ada masalah ?" Tanya Vani khawatir.

Larissa menaruh tasnya diatas meja kemudian menjatuhkan pantatnya diatas kursi keras.

"PMS" Balasnya singkat.

Vani mengulum senyum mengisyaratkan sesuatu. "Lagi sensitif pasti nih" Candanya sembari mengedikkan alis keatas.

Beberapa menit berlalu kelas akhirnya dimulai, Vani dan yang lainnya tampak fokus memperhatikan penjelasan guru di depan, sedangkan Larissa pikirannya melayang ke segala arah. Selalu seperti ini jika sedang kedatangan bulan. Tak banyak bicara, gampang emosi, sensitif, dan banyak berkhayal.

Ting.

Ada pemberitahuan pesan masuk dari Dafa di ponselnya.

"Gak usah ke kantin dulu kalo masih sakit. Biar gue yang delivery kesana"

"Gak mau ! Gue tetep ke kantin". Send to Dafa

"Bandel !"

Larissa mematikan ponselnya. Gadis itu merasa bosan dan tanpa sengaja menguap lebar. Sungguh sial ! Bu Susan guru bahasa inggrisnya melihat dirinya.

"Larissa, Are you sleppy ?" Sahut Bu Susan dari depan kelas yang langsung dibalas cengiran oleh dirinya.

****

Larissa sengaja memilih tempat duduk yang sedikit berada di pojokan. Suasana kantin tak begitu ramai seperti biasanya. Hanya ada para pembolos dan dirinya seorang disini. Istirahat lebih awal memang mengasikkan tapi jika sendiri seperti ini juga membosankan. Kenapa ? Karna Larissa dikeluarkan secara paksa dari kelas Buk Susan. Bukan karna tadi sempat ketahuan menguap, tetapi lupa membawa buku tugasnya. Buk Susan orangnya sangat tegas dan disiplin, tak sedikit dari murid yang dia ajar mendapat perlakuan sama dengan Larissa.

"Buat masalah lagi ?" Ucap seseorang yang tiba - tiba sudah berdiri di depannya.

Larissa terkejut menoleh. "Lo ! Ngapain kesini ? Emang lagi gak ada kelas ?"

Dafa menarik sebuah kursi yang posisinya berhadapan dengan Larissa, lalu duduk diatasnya.

"Barusan ujian. Selesai ngerjain gue langsung kesini"

Larissa berohria saja. "Lo udah pesen ?" Lanjut Dafa bertanya.

"Belum. Lagi males makan" Jawabnya singkat.

Dafa menyentil kening Larissa. "Jangan dibiasain. Maag lo bisa kumat nanti" Peringatnya.

Dafa bangun lalu memesan sesuatu di kantin. Tak lama kemudian kembali dengan membawa dua buah piring nasi campur di tangannya.

"Habisin !" Titahnya.

Larissa menuruti ucapannya, lalu dengan perlahan ia paksakan menyendok nasi ke dalam mulut meski dirasa ingin muntah sekalipun.

Beberapa menit berlalu bel istirahat akhirnya tergantikan dengan bel masuk. Derap kaki seseorang terdengar terburu - buru hingga tak sengaja menabrak bahu seseorang yang berada di depannya hingga hampir saja terjatuh.

"Awhh...." Larissa mengaduh.

Gadis yang tak sengaja menabraknya tersebut lantas menghampirinya dengan tatapan khawatir.

"Maaf,,maaf saya gak sengaja. Kamu gak kenapa - kenapa kan" Gadis itu menyentuh bahu Larissa spontan.

Larissa sejenak tertegun ketika melihat kearah wajahnya. Sangat cantik dan ayu, tubuh ramping, rambut hitam lurusnya dibiarkan tergerai begitu saja. Begitu mempesona hingga siapapun yang melihat mungkin akan jatuh hati sama sepertinya. Tapi, tunggu dulu. Gadis ini kurang familiar menurutnya.

"Kamu gak papa kan ?" Ulang gadis tersebut yang belum mendapatkan jawaban darinya.

"Ah ? Oh santai. Gue gak papa kok, cuman lagi gak seimbang aja tadi" Jawab Larissa ramah.

Gadis itu memegang dadanya sembari menghela napas lega. "Syukurlah. Maaf banget ya tadi saya bener - bener gak liat"

Larissa menyimpulkan bibir tersenyum lembut padanya. "Santai aja kali. Yaudah gue duluan ya" Pamitnya lalu lanjut berjalan kearah kelas.

Belum sampai di depan pintu, lengan kirinya ditarik lagi oleh Vani.

"Aduh,,aduh nyantai dikit Van. Lo kenapa sih doyan banget narik gue hah ?"

Vani terkekeh lalu melepaskan genggamannya dari tangan Larissa. "Gak paham dah gua. Tiap ketemu lo bawaannya pengen nyeret mulu" Ungkapnya.

Larissa mendesis, "Aneh lo"

"Eh Sa. Lo udah dapet informasinya belum ?" Tanya Vani ambigu.

Larissa mengernyitkan dahinya. "Informasi apaan ?"

"Itu yang gue omongin kemaren kemaren, gimana sih"

"Yang mana ? Mana inget lah gue" Ucap Larissa polos.

"Emm...itu soal asmara lo sama Dafa" Bisik Vani di telinganya.

"Ah Apaan sih. Ngaco aja lo Van. Udah gue bilang cuman sebatas sahabat dari kecil. Ngeyel banget sih lu ah !"

"Bukan gitu Sa. Maksud gue kan baik. Gue cuman gak mau sampek lo suatu saat nanti baru nyesel, apalagi kalo Dafa udah nemuin yang dia suka kan ? Lo gak bakal jadi yang pertama lagi buat dia. Inget itu" Nasehat Vani.

"Yaudahlah nanti biar gue pikirin lagi"

"Ishh. Lo kalo dibilangin emang susah ya ! Awas aja nanti sampek kejadian jangan harap gue mau nolongin" Ancam Vani

"Yaelah. Iya,,,iya nanti gue pikirin. Ribet lo emang"

Sepulang sekolah seperti biasa Larissa langsung berbaring diatas kasur kepunyaan Dafa. Bedanya kali ini dirinya sama sekali tak mengganti seragam sampai harus mendapat teguran dari sahabatnya tersebut.

"Rissa, ganti baju atau gue sendiri yang gantiin ?" Ancamnya.

Larissa menjulurkan lidahnya, "Coba aja kalo berani" Tantangnya penuh santai.

Dafa tersenyum licik. "Oke, gue gak bakal maksa lagi. Tapi hari ini lo gak bisa ikut gue jalan - jalan"

"Emang mau jalan - jalan kemana ? Palingan juga mampir ke mini market huh" Remehnya.

"Gue diundang birthday party malem ini" Kata Dafa yang refleks membuat suatu perubahan di wajah Larissa.

Jurus puppy eyes nya langsung dikeluarkan guna merayu Dafa agar turut serta mengajaknya juga.

"Ikuttt" Cicitnya penuh manja.

"Ganti baju ! " Balas Dafa singkat.

Dengan gerakan cepat Larissa bangun dari tidur santainya kemudian berjalan keluar kamar. Beberapa menit kemudian gadis itu kembali dengan pakaian rumahan sembari membawa sebuah bungkusan ditangannya. Seperti biasa gadis itu selalu nyelonong masuk ke kamar Dafa yang notabenenya adalah kamar pria.

"Lo bisa ketok pintu dulu nggak sebelum masuk ?" Sindir Dafa secara langsung.

Larissa tak mengindahkan ucapannya tersebut, gadis itu malah melangkah santai dan duduk diatas kasur.

"Bawa apaan lo ?" Dafa yang sedang berbaring tak sengaja melirik kearah bungkusan yang dibawa sahabatnya itu.

"Oh, tadi mampir sebentar beli jajan di toko"

Larissa mengeluarkan isian dari bungkusan tersebut, dan menawarkannya pada Dafa. Ada wafer coklat ukuran sedang serta susu stroberi favoritnya.

"Dafa,,," Panggil Larissa yang dibalas deheman saja.

"Kalo suatu saat nanti lo punya pacar mendahului gue,,,,apa lo bakal berubah ?"

Dafa tertegun lalu menoleh kearah sahabatnya. Dirabanya lantas kening Larissa. Sama sekali tak demam.

"Gak sakit kok" Ledeknya lalu melanjutkan aktivitas memakan cemilan.

Larissa yang kesal lantas merebut kembali cemilannya. "Dafa gue serius !"

Dafa kembali menoleh. "Dari dulu dan sampek kapan pun lo selalu jadi prioritas gue !" Jelasnya sesingkat mungkin.

Senyum senang terbit dari bibirnya, "Meskipun gue nakal, ngeselin, dan bandel ?" Tanyanya polos.

Dafa mengetuk dagunya mempertimbangkan jawaban apa yang harus dilontarkannya.

"Hmm...Tergantung sih. Kalo sering - sering gue pasti mikir juga kali"

Larissa terdiam.

"Yaudah mulai sekarang gue bakal selalu nurut sama lo !" Tuturnya.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C10
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous