Setelah Ibrahim dibakar tidak mati, sebenarnya banyak rakyat yang mau mengikuti ajarannya tapi karena takut dengan ancaman Raja Namrud, maka mereka masih banyak yang kafir.
Nabi Ibrahim pun melanjutkan dakwahnya untuk mengajak manusia menyembah Allah. Hal ini membuat murka Raja Namrud. Suatu hari Nabi Ibrahim dipanggil menghadap ke istanah Raja Namrud.
"Engkau telah menyebarkan fitnah yang jahat sekali," kata Raja Namrud. "Adakah tuhan selain aku? Akulah tuhan yang harus kamu sembah. Aku dapat mengatur dan merusak segala-galanya. Siapakah yang lebih tinggi kekuasaannya dari pada aku? Hukum yang aku tetapkan mesti berlaku. Keputusanku pasti berjalan.Semua orang tunduk kepadaku, mengapa kau menentangku?".
Dengan tenang Ibrahim menjawab:" Tuhanku adalah Allah. Dialah yang ku sembah. Dialah yang menciptakan kamu dan aku yang asalnya tidak ada. Ia sanggup mematikan dan menghidupkan siapa saja yang dikehendaki-Nya. Ia adalah pencipta langit dan bumi.
Raja Namrud menyanggah jawaban Ibrahim itu dengan jawaban yang konyol:"Aku juga bisa menghidupkan dan mematikan".
"Benarkah?" tanya Nabi Ibrahim.
Raja Namrud lalu memerintahkan pengawal untuk mengeluarkan dua narapidana. Kemudian Namrud mengambil pedang. Salah satu narapidana itu dipenggal lehernya sampai mati. Seorang lagi diampuni, dibiarkan hidup.
Lalu Namrud berkata:"Begitulah caranya aku mematikan dan menghidupkan".
"Itu bukan mematikan, melainkan membnuh dengan cara biadab dan kejam." Kata Ibrahim. "Tuhanku bisa menjalankan matahari dari timur ke barat. Jika kau memang berkuasa Namrud, cobalah kau menjalankan matahari itu dari barat ke timur!."
Namrud terbungkam dan tak bisa bicara. Tantangan Nabi Ibrahim benar-benar membauatnya keok, tak bisa membantah lagi, Ia benar-benar dijatuhkan dengan akal cerdanya Nabi Ibrahim. Sejak saat itu Namrud menganggap Ibrahim menjadi musuh terbesarnya.
— Un nouveau chapitre arrive bientôt — Écrire un avis