Iris matanya bergulir melirik Afka yang tengah menjelaskan sebuah soal kuantitaif kepadanya. Gadis dengan nama belakang Sananta tersebut tidak dapat fokus pada niat awalnya yang hanya belajar. Ghirel merasa Afka lebih sulit dimengerti dibandingkan soal-soal matematika di depannya. Dia merasa rumus untuk memahami pemuda di depannya lebih sulit dihafalkan dibandingkan rumus cepat matematika. Entah apa yang terjadi,tetapi Afka tiba-tiba sangat dingin kepadanya. Bahkan dia tidak menatap Ghirel dengan netra hangatnya yang selalu tersampaikan rasa tulus akan bukti perasaan Afka kepadanya.
"Ish bodoh,harusnya gue bersyukur!"gumam Ghirel yang terdengar hingga telinga Afka membuat pemuda itu mengeryit heran.
"Kalau lo gak niat belajar mending pulang deh,"sindir Afka.
Terlihat raut marah dari wajah tampannya. Afka menutup buku di depannya lalu meraih ponsel keluaran terbaru yang berada di atas meja lalu mulai mengoperasikannya. Sangat jelas dia mengabaikan Ghirel sekarang.