Télécharger l’application
62.5% THE SELECTED / Chapter 5: TS — 4

Chapitre 5: TS — 4

°°°

"Inget karma pasti ada, dan asal lo tahu karma tak semanis kurma,"

-Harizal Devanno

-🍁-

Pagi-pagi sekali sekitar pukul 05.10 Devan sudah berada di sekolah. Devan mendapatkan tugas untuk membuka ruang praktek yang akan kelasnya gunakan untuk pelajaran hari ini.Akan tetapi pada saat Devan menuju ke ruang praktek, Devan sempat melihat sekilas ruang lab yang ternyata terdapat bayangan dua orang didalamnya.

"Siapa yang pagi-pagi udah kesini,ke ruang lab lagi," pikirnya

Dengan modal nekat dan penasaran. Devan mendatangi ruang lab tersebut, mengintip di celah - celah pintu dan bersembunyi dibalik lubang jendela agar tidak terlihat. Namun siapa sangka yang Devan lihat malah tragedi dimana seorang siswa dan siswi bertengkar hebat dalam ruangan dan parahnya lagi si cowok memukul kepala si cewek dengan keras menggunakan microskop hingga si cewek pingsan bersimbah darah.

Merasa sang cewek tidak ada pergerakan sama sekali si cowok panik kalang kabut.Devan yang saat itu tengah bersembunyi pun terkejut dengan apa yang dia lihat

"Gue harus cari pertolongan,gila aja tuh cowok mau bunuh anak orang,parahnya lagi di sekolah.Tapi ini masih pagi, ketemu pak satpam...iya pak satpam," batinnya

Devan bergegas pergi dari tempat persembunyiannya untuk mencari satpam sekolah tapi belum sempat dia menjauh dari ruangan tersebut keberadaannya sudah diketahui oleh si cowok dan cowok itu mengejar Devan sampai akhirnya Devanpun tertangkap.Devan memberontak, niat hati mau melihat wajah si cowok tetapi muka si cowok tertutup slayer sehingga tidak terlihat ,satu yang Devan tau.

"Cowok itu mempunya tanda lahir di leher dan bekas luka yang cukup berat dilengan bagian kiri," batin Devan mencoba memberontak

"Lepasin gue anjing," umpat Devan mencoba memberontak "dasar psycopat ," makinya emosi

"Hahahaha.Lo mau gue lepasin. Hello gila kali ya gue ngelepasin elo, lo harus mati" ujarnya tertawa nyaring

"Lo udah gila,stres,bangsattt,"maki Devan emosii ,tanpa pikir panjang si cowok membenturkan kepala Devan ketembok dan membawa Devan yang sudah tidak bernafas ke ruang praktek.

"Inget karma pasti ada cuk,dan asal lo tahu karma tak semanis kurma," umpat Devan sebelum kesadarannya benar - benar hilang

Sang pelaku membawa Devan ke ruangan yang akan dituju oleh Devan, membuat seolah-olah Devan kecelakaan bahkan polisi pun tidak menemukan bekas kejadian serta tanda - tanda adanya pembunuhan karena semua tempat TKP diberi bubuk putih yang mengganggu penyelidikan polisi sehingga kasus itu selesai tanpa adanya kejelasan yang pasti.

-🍁-

"Gue hargai niat baik lo.Tapi sebelum itu lo harus hati-hati sama temen lo sendiri gue rasa mereka banyak menyimpan rahasia yang lo nggak ketahui," ujar Devan berpesan sebelum dia menghilang dari pandangan Gara

"Gar, gimana apa yang sebenarnya terjadi?," tanya Marsell menatap Gara yang masih terdiam

"Dia nggak tau muka sang pelaku, jadi kita belum ada bukti sih," ucap Gara "Tanda lahir di leher dan bekas luka yang cukup berat dilengan bagian kiri," batinnya

"Lo yakin?," tanya Revan kewkeh sambil menatap Gara dan hanya dibalas deheman singkat oleh Gara

"Yaudahlah,abaikan dulu.Yok balik laper gue," celetuk Aldy beranjak pergi

"Makanan ae pikiran lo," cibir Rizky menatap sinis Aldy

"ABCD," balas Aldy tak kalah sinis

"Apaan noh ABCD ?," ujar Marsell bingung karena setiap perkataan yang diucapkan Aldy semuanya ngelantur dan gak ada yang jelas

"Abjad lah,apa lagi," ucap Rizky sewot

"Aaaaaaaaa...Bacotttt...Cerewet...Diemmm...," teriak Aldy nyaring tepat ditelingan Rizky yang membuat sang empu mendelik kesal karena telinganya yang berbunyi

"Sakitt njir kuping gue," protes Rizky menatap Aldy kesal dan dibalas juluran lidah oleh Aldy

"Wleeee,"

"Udahlah yok kembali ke kamar,udah hampir magrib ntar ketahuan pak penjaga bisa kena strap," ucap Marsell mengingatkan seraya beranjak pergi dan diikuti oleh Revan, Gara, Rizky, dan Aldy untuk meninggalkan ruang kelas XI-8.

Tepat ketika diambang pintu Revan berujar penuh selidik "Dari kejadian lo ngobrol sama Devan, lo diem aja dari tadi. Gue yakin nggak sepenuhnya cerita yang lo ceritain ke kita itu full dari ceritanya Devan,"

"Gue nggak kenapa - napa,dan buat ceritanya udah gue ceritain semuanya kok,"ucapnya "Kecuali tanda lahir di leher dan bekas luka sang pelaku," lanjutnya dalam batinnya

Mereka pun berpisah dan berjalan menuju ruang kamar mereka masing-masing, belum sampai terlalu jauh Marsell mengingatkan

"Jangan lupa ntar malem pukul 23.58 WIB di bascamp ," ingatnya dan diangguki semua

-🍁-

Jarum jam menunjukkan pukul 23.56 WIB, yang dimana 4 menit lagi pukul 00.00 WIB waktunya orang - orang terlelap dalam tidurnya. Revan, Gara, Aldy, Marsell, dan Rizky memikirkan strategi untuk mencari cara agsr bukti - bukti serta fakta kejadian yang pernah terjadi di sekolah ini atau lebih tepatnya mendalami tragedi kematian Devan dengan panduan dari Devan ke tempat - tempat yang menurutnya penting.

"Bagi tugas aja," usul Rizky

"Iya,tapikan jumlah kita ganjil," timpal Aldy

"Gue sendiri aja," sahut Gara

"Nggak bisa gitu dong Gar,entar lo kenapa - napa dijalan, gimana?," protes Marsell tidak setuju, suasana hening menyelimuti mereka cukup lama. Tiba - tiba dari arah pintu terdapat sebuah suara yang memasuki indra pendengar mereka.

"Gue bantu," pinta sesosok itu yang berjalan mendekat ke arah Gara dkk

"Jeslyn," ucap Gara terkejut sekaligus heran, pasalnya dari sekian banyak siswa/i di sekolah tidak ada satupun yang tahu tentang kegiatan yang mereka lakukan.

"Lo kenal Gar?," tanya Revan menatap Gara yang masih terkejut

"Dia sahabat Kleo,anak XI-6 ," jelas Gara bingung pasalnya dia bertemu Jeslyn hanya sekali, itupun karena Kleo.

"Ngapain lo disini, lo nguntit kita ya?," tuduh Rizky penuh selidik

"Nggaklah.Gue sering ke taman belakang dan nggak sengaja denger suara bisikan nggak jelas. Berhubung gue penasaran yaudah gue samperin, eh ternyata sekumpulan manusia begadang," cibir Jeslyn

"Motif lo bantu kita buat apa?," tanya Marsell menatap Jeslyn serius

"Dunia persekolahan cukup membosankan tanpa adanya perlawanan,cari pengalaman dan sedikit main - main," sahut Jeslyn terlampau santai

"Ini kegiatan bukan sekedar buat main - main, kalo niat lo cuman buat cari pengalaman atau ketenaran lebih baik lo balik kekamar lo dan tidur cantik ya sayang," cibir Aldy meremehkan

Jeslyn yang terpancing emosinya, tanpa pikir panjang langsung menghampiri Aldy dan menendang tulang keringnya seraya membuat sang empu berteriak lantang karena kesakitan.

"Aduhhhh,"pekik Aldy kesakitan

"Sakit bangsatttt," umpat Aldy memegang tulang yang ditendang oleh Jeslyn, tanpa memperdulikan teriakan kesakitan dari Aldy, Jeslyn berjalan mendekati Gara dan berucap dengan bangganya

"Gue pinter bela diri dan gue bisa bantu lo buat ngelemahin sistem keamanan sekolah, yah bahasa kerennya gue bisa jadi hacker," sombongnya

"Ok lo bisa ikut," putus Marsell yang melihat Gara tidak berkutik sama sekali

"Sekarang pembagian tugas," titah Rizky menyuruh teman - temannya mendekat

"Revan dan Aldy,kalian berdua ke lantai atas tepatnya ruang Kepala sekolah!,"titah Gara menatap Revan dan Aldy secara bergantian

"Buat lo Marsell dan Rizky ,kalian berdua ke ruangan tempat guru," lanjutnya lagi

"Dan lo?," tanya Revan menatap Gara

"Gue sama Devan ke TKP (tempat kejadian perkara)," ujar Gara mantap

"Tapi sama aja lo sendirian dong Gar," protes Rizky

"Gak pa-pa,cuman Devan yang bisa ngasih petujuk kita," jelas Gara

"Lo__sam___a si itu?nggak takut lo Gar?," ujar Aldy takut saking takutnya sampai berbicara pun terbata - bata

"Lemah," cibir Jeslyn pada Aldy

"Nggaklah diakan temen kita,dia juga udah setuju buat bantu kita," jelas Gara dan dibalas anggukan oleh Aldy

"Dan buat lo Jes,lo disini mantau kita dari leptop itu," ujar Gara menunjuk laptop yang tergeletak diatas meja dideket Aldy

"Dan kalo ada sesuatu yang membahayakan kita lo kasih tau, karena gue udah nyiapin alat buat bantu kita komunikasi," lanjutnya seraya membagikan bluetooth ke Revan, Rizky, Marsell, Jeslyn, dan Aldy. Merekapun berjalan menuju ke bagian tugas masing - masing.

-🍁-

"Dev, tempat pertama yang kita kunjungi ruang lab atau ruang praktek?," ujar Gara bertanya

"Laboratorium dulu aja baru nanti ke ruang praktek," balas Devan ,mereka berdua pun bergegas menuju ke ruang laboratorium.

Diwaktu yang sama dilain tempat.

"Lo nemuin sesuatu nggak?,"tanya Revan pada Aldy seraya mengobrak - abrik susunan berkas yang berada dilemari kaca

"Belum nih ,"balas Aldy seraya membaca isi berkas satu persatu, suasana hening untuk sesaat sampai akhirnya Aldy berteriak gmdengan girangnya "Njir,gue nemu nih,"Revan pun menghampiri Aldy

"Apa?,"tanyanya

"Disini tertulis kalo perihal tragedi yang dialami Devan dan Vio itu cuman kecelakaan belaka, tapi dari yang gue liat isi berkas ini agak mencurigakan. Sepertinya pak kepsek kita tau sesuatu tentang kejadian itu tapi pak kepsek cuman diam aja," ujar Aldy beropini setelah membaca isi dari berkas tersebut sebelum berpindah tangan ke Revan

"Cari lagi mungkin ada bukti yang lain!," perintah Revan seraya berganti posisi didekat brankas dan mulai mencari

-🍁-

"Oii Riz,gue nemuin sesuatu nih," bisik Marsell yang mendekatkan diri kearah Rizky sambil memegang potongan foto

"Maksud lo?," tanya Rizky bingung "inikan hanya foto doang apa gunanya?," lanjutnya heran

"Lo kalo bego jangan kelamaan entar mubazir ," cibir Aldy "nih liat," lanjutnya sambil menyodorkan foto yang ia temukan ketangan Rizky

"Liat baik-baik. Sebelah kanan itu Devan, bagian tengah itu guru mapel apasih," ucap Marsell mencoba mengingat

"Kimia," tebak Rizky

"Bener. Pak Viky deh kalo nggak salah, Viky Arianto namanya dan disebelah kiri itu ____,"

"Revan,"ujar mereka bebarengan

"Gila, jadi Revan tau sesuatu. Kita harus rahasiain ini dari Revan dan kasih tau Gara diam -diam," ujar Rizky masih dengan keterkejutannya

"Gue setuju, yok cari bukti lagi," ajak Marsell yang sibuk mengobrak - abrik lemari berisi kertas

Devan memberi petunjuk Gara yang tengah mencari bukti di dalam ruang laboratorium tanpa menyadari kehadiran seseorang yang diam - diam menyelinap masuk ke dalam hanya untuk memperhatikannya dari tempat persembunyian.

Devan yang menyadari bahwa bukan hanya mereka yang berada di dalam ruangan itu seraya berujar

"Gar, hati - hati ada orang lain disini," ucapnya memperingatkan Gara

"Maksud lo?," tanya Gara menatap Devan bingung

"Ada orang lain,gue harus pergi dia bisa merasakan kehadiran gue tapi nggak bisa lihat gue kek lu. Gue pergi, " pamit Devan yang menghilang dari penglihatan Gara.

Gara lebih waspada sejak Devan memberitahunnya bahwa ada orang lain yang memata - matainya. Hingga terasa ada langkah kaki yang berjalan mendekat.

Gara bersembunyi dibalik pintu di dekat lemari penyimpanan alat untuk memantau orang itu dari posisinya.

Seorang lelaki berdiri dengan tegapnya, membelakangi Gara dan ketika orang tersebut berputar Gara dikejutkan oleh wajah orang itu yang terlihat tidak asing.

"Siapa ya?"gumannya mencoba mengingat "Hah,itukan______,"

-🍁-


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C5
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous