"Aku belum bisa memberi jawabannya saat ini, Win. Tapi kamu perlu tahu, kalau aku hanya mencintai kamu …."
Cup!
Wat memberikan kecupan di pipi kanan Win.
Semakin membuat Win diam mematung, ia benar-benar terkejut.
"Tida perlu kaget seperti itu," ejek Wat, terkekeh.
"K—kamu tiba-tiba saja menciumku … maksudnya apa?!"
"Aku merindukanmu …."
***
"Pulang? Apa kamu sudah menghubungi Wat?" tanya Nam, ketika sang anak meminta izin untuk pulang ke rumah suaminya. "Kamu sudah baik-baik saja?"
"Lin baik-baik saja, bu. Lin juga tidak perlu menghubungi Wat. Lin akan naik taksi atau bajaj untuk pulang ke rumah. Lin ingin memberikan kejutan padanya," jawab Lin.
Nam menarik napasnya dan ia hembuskan. Rautnya menujukkan kalau ada kecemasan yang berkecamuk dalam hati dan pikirannya.
"Lin … setelah apa yang kamu lalui selama ini … apa kamu mampu bertahan bersama Wat?"
Lin diam, menunjukkan giginya, namun bukan menyeringai.