Télécharger l’application
1.49% Walas Gua, ya Suami Gua / Chapter 2: --Chapter 1--

Chapitre 2: --Chapter 1--

"Sapa tau lu BOKIS sama gua!" Amel menatap Ana menyelidik.

"YA ALLAH JUMINTEM!!! MANA ADA INCESS BOKIS!!!!" Amel mendelik mendengar ucapan Ana.

"Juminten Juminten. NOH JUMINTEN TUKANG JAMU!" Amel kalau ngomong ga pake urat bukan Amel namanya.

"Lagunya yang begini dong, ekhem. Tak gendong, kemana mana. Tak gendong, kemana ma-"

"BUKAN ASTUTI!!!!!" Amel menggeram karena Ana bercanda dengan lagu Mbah Surip.

"Yeeeee! Tadi Juminten, sekarang Astuti, nama gua yang bener yang mana woi!!!" Ana berucap dengan muka jengkel.

"Dahlah, gua ga percaya. LO BOKIS!" Dengan songongnya Amel memilih duduk ditempat duduknya dan melanjutkan kehaluan yang sempat tertunda akibat HOT NEWS dari sahabat karibnya.

Mereka memang sedang di kelas. Amel yang duduk di pojok dekat dengan jendela, sedangkan Ana pojok paling depan. Miris sekali buat Ana, ga bisa bersikap bar bar dengan leluasa.

Sebenarnya mereka duduk bareng, tapi karena mereka ngegibahin cabe cabean yang ada di sekolah mereka, sampai ketawa cekikikan, serta humor receh Amel yang ga ketampung, ditambah ketawa Amel yang selebar Danau Toba, jadilah mereka ketahuan.

Mereka berdua ditegur, serta dipindahkan duduknya. Amel sempat memohon maaf dan memelas, tapi ini bukan pertama kalinya mereka kepergok. Tapi udah berkali kali. Guru yang mengajar dan menegurnya kebetulan adalah Walasnya atau Wali Kelas mereka, makanya guru yang bernama Dandi itu bebas melakukan apa saja terhadap murid bimbingannya.

***

Bel masuk berbunyi, siswa siswi berhamburan untuk segera hadir di tengah tengah lapangan. Apalagi saat ini ada berita HOT. Mereka menantikan hari - hari ini.

"Masa satu sekolah tau gua ga tau, BOKIS LO!!" Amel masih tidak percaya pada Ana. Sepanjang jalan menuju lapangan, dia benar benar tergesa gesa, dan pastinya sambil menggerutu.

Selama proses upacara, amanat dari pembina upacaralah yang membuat Amel tunggu tunggu. Bukan hanya Amel, tapi seluruh siswi di sekolahnya. Katanya ada guru muda dan tampan.

Kebetulan, Amel penyuka cogan. Katanya Ana juga, guru ini yang akan menggantikan walas mereka yang sudah mau keluar karena sudah tua sekali. Kasian kan, harus mengajar anak anak bobrok macam Amel dan Ana.

Pembina upacara hari ini adalah pemilik sekah yang Amel dan Ana tempati. Gosipnya, hari ini pelepasan pak Dandi, sekaligus menyambut guru baru yang katanya anak dari pemilik sekolahnya.

Siswi siswi tuh udah ngebet banget. Karena banyak gosip yang beredar, kalau anak dari pemilik sekolah ini gantengnya kebangetan. Amel yang denger bawaanya ga percaya. Makanya Amel akan membuktikan kalau Ana BOKIS alias BOHONG.

"Bjirrr!" ucap Amel. Amel menatap laki laki itu yang tampak tampan sekali. Benar benar tampan.

"Gua ga bokis kan?" Tanya Ana. Amel mengangguk angguk.

"Ini mah gantengnya macam manusia manusia cogan di nopel Na." Amel berucap dengan mata berbinar bahagianya.

"Yeeeeee! Makanya nih, gua sodorin buat elu!" Ana tiba tiba diam karena ada guru yang, berkeliling untuk mengecek siswa siswi yang ga bisa diatur.

"Aduhhh mana tu muka datarrr banget kek papan triplek."

"Sekali senyum mimisan nih gua."

"Yahhhh! sambutannya gitu doang?"

"Penonton kecoa."

Amel benar benar ga sadar kalau sedari tadi, guru yang sedang berkeliling itu memperhatikannya. Benar benar bikin malu. "Kamu kenapa?" Pertanyaan dari guru itu membuat Amel tergagap.

"Emmm, itu buu. Ko gurunya cakep amat ya? Glowing, kinclong, shinning, shimmering, Splendid buuu. Skincarenya apa ya bu? Ibu aja kalah Glowing." Ingatkan Ana untuk melempar sahabatnya ini.

"Apa kamu bilang?" Sepertinya bu guru ini tersinggung. Dilirik name tagnya, ternyata namanya Susan.

"Eh? Bu Susan, Susan kan nama setan bu. Jadi kayaknya, ibu mukanya kusam kaya Susan."

"AMEL!!!!!!!!!"

***

Bibir Amel mengerucut sambil menggumamkan sumpah serapah miliknya untuk guru itu. Amel benar benar di buat malu, tapi Amel biasa saja. Yang membuat dia malu sampai rasanya mau meninggal tu karena, diliatin doi.

Siapa lagi kalau bukan guru baru? Mana disuruh kedepan. Tambah malu, tapi seneng juga bisa merhatiin lebih deket. "Kalau bukan guru, udah gua caplok tuu orang." Amel benar benar kesal, Ana yang sedang menempati kursi teman duduknya Amel hanya diam.

Ana ga tau harus menanggainya seperti apa.

"Udah, gausah cemberut. Lo jelek banget, serius." Ana segera berlalu karena bel tanda pelajaran akan dimulai sudah berdering.

Tap Tap Tap

Suara hentakan sepatu yang berbenturab dengan lantai membuat siswa siswi seketika terdiam. Siswi siswi menatap kagum termasuk Amel, kecuali Ana.

"Selamat pagi." Guru baru yang dikenal bernama Gavin Al-Agam.

"Pagiiii," sapa semua murid.

"Nama saya Gavin Al-"

"Saya tau ko pak!" Dengan tiba tiba Amel memotong perkenalan Gavin dengan wajah tanpa dosanya.

"Kamu!" Sepertinya pak Gavin kesal.

"Hah, karena sudah kenal saya kita langsung lanjut ke materinya saja," ucap Gavin.

Namanya Gavin Al-Agam. Dia sebenarnya adalah mahasiswa disalah satu Universitas milik papanya. Namun karena dia melakukan kesalahan yang membuat papanya murka, dia dipaksa kerja dan di cabut seluruh fasilitas yang di berikan papanya. Mulai dari kartu, ponsel, uang jajan, bahkan kendaraan.

Papanya menyuruhnya untuk menjadi guru serta menjadi wali kelas untuk menggantikan guru yang sudah keluar. Gavin ga bisa berbuat apa apa selain meng-iyakan.

Dirinya hanya di bekali uang lima ratus ribu rupiah dan handphone jadul. Ini berlaku sampai dia lulus, untungnya dia sudah di semester akhir. Jadi, Gavin tidak perlu khawatir.

"Yahhhh. Kenalan dulu dong pak, ceritain tentang bapak, masa mau langsung belajar!" Gavin sudah benar benar geram sana siswanya yang satu ini.

"Kalau begitu, kamu keluar saja dari kelas saya!" Amel yang menjadi sasaran omel guru barunya ini menyengir.

"Ga jadi pak, hilap saya," ucap Amel.

Setelahnya, Gavin benar benar mengajar murid murid ini dengan wibawanya. Gavin mengajar Fisika, dan itu membuat Ana yang lemah di bidang Fisika mengeluh.

Gavin sesekali juga melirik Ana yang tampak kewalahan akan penjelasannya. Gavin terkekeh kecil sambil menggelengkan kepalanya. Ada ada aja, pikirnya.

Amel sendiri, dia belajar dengan kekagumannya terhadap walas barunya itu. Dia berfikir, apakah dia bisa menjadi istrinya? Amel harus mendapatkannya. Tekadnya sudah bulat, dia ingin Gavin—walas tercintanya menjadi suaminya.

Hah, Amel benar benar akan mewujudkannya dengan cepat. Keburu di tikung di sepertiga malam.

Akhinya pelajaran tetap berlanjut sampai pergantian jam, tentu aaja dengan Gavin yang sesekali melirik Ana, Ana yang kewalahan dan Amel dengan kekagumannya.

***

Bel pulang sekolah telah berdering, Amel dan Ana bergegas untuk pulang. Sebenarnya mereka ada acara, acara nongki nongki seperti remaja pada umumnya.

Amel dan Ana keluar kelas dengan tertawa riang, mereka sedang membahas kejadian lucu yang sempat Ana lakukan. Tawanya Amel jelas mengundang perhatian banyak orang, ditambah Ana sedang melakukan kekonyolan yang di luar dugaan.

"NGAPAIN ANJIR!!!" Amel memperhatikan Ana yang sedang menempel ditembok dengan gaya absurdnya.

"Panas anjirr, temboknya dingin kek dia," ucapan Ana membuat Amel tertawa sambil menggeplak tangan Ana.

"Alay lu ah, pen nampol aja bawaanya," ucap Amel.

Akhirnya mereka keluar dengan raut wajah bahagianya. Tapi sebelum itu, mereka mengganti baju dulu di rumah Ana, Amel pastinya sudah bawa baju ganti.

Setelah itu mereka langsung ke mall, refreshing sedikitlah. Karena mereka tau, setelah ini mereka di seranh tugas, mengingat mereka kelas 12 kan.

Saat sedang nongkrong, mereka terkejut dengan kehadiran seseorang yang duduk di tempat mereka makan.

***


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C2
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous