Gadis itu bertemu Gangga dan River. Udara dingin Rumpaka yang menyengat di empat bukit yang menjadi pagarnya tepat berada di bawah kota sunyi itu. Jauh dari Tolkien, ia ingin mencari Aigio. Pemuda itu menghilang dan seluruh kepolisian kota seperti kehilangan.
"Nona Tabaj, kita bertemu lagi." Sahut Sarge.
Gadis berwajah tirus itu sumringah. Ia bertanya-tanya dalam hatinya. Di tempat ini, sebuah vila milik Kotaru Noboi Akitei yang pernah datang ke rumah Leth dan menyatakan bahwa bangunan di Rumpaka itu akan dibelinya.
Tabaj menyayangkan rumah mewah ini dijual. Tapi bagi Leth yang takpernah habis akal. Leth tetap ada aset di Rumpaka, tanah yang bangunannya dibeli Kotaru sebenarnya tidak pernah dapat dibeli siapa juga.
Lalu ia berpikir, ada apa gerangan tiba-tiba saja ia bertemu tiga polisi kotanya. "Tuan Sachize, tuan mencari dia juga?"
Mendengar pertanyaan itu Sarge menggeleng. "Anak itu sedang ambil cuti, biarkan. Kami juga sedang liburan, tuh liat aku bawa anak istriku."
"Berlibur?" River sontak menepuk pundak kiri Sarge perlahan dan memandangnya dengan tatapan ketus. "Kita kok tidak dikasih tau kalau sedang berlibur? Tau gini, aku bawa baju renang dan banyak pakaian seksi."
Gangga mendelik cemburu, "pak jangan bercanda!"
River tersenyum. Perempuan itu memeluk Gangga dan menciuminya mesra. "Sayang, kamu ga akan cemburu'kan? Kita dibilang berlibur dan ayo kita nikmati alam Rumpaka seolah dunia milik kita."
"Perempuan gombal, lepaskan aku." Teriak Gangga. Zoan terkekeh melihat dua perempuan berbeda usia itu. Aigio pernah cerita hubungan keduanya, cinta sesama jenis yang mulai retak. Begitu kata Aigio ketika pertama Zoan dipertemukan dengan kolega-kolega kepolisiannya.
Zoan takpernah percaya bahwa pemuda (gadis itu kerap berpikir begitu), pemuda yang selama ini hadir di kehidupannya. Bersikap asing pada budaya-budaya kental di sekitarnya. Dia pernah mengatakan pada Zoan, bahwa Aigio lahir dan tumbuh di Rumpaka. Tanah pegunungan yang beriklim tropis.
Ketika ditanya apa yang hari ini disukai di kota itu, Aigio menggeleng dan berbagai alasan menjadi pembelaan bahwa pada dasarnya Aigio bukan asli Rumpaka.
Zoan pernah mengembara ke kota-kota di luar negeri saat bekerja sebagai relawan medis untuk membantu di area konflik. Ketika sadar usia taklagi mendukung, gadis itu pulang dan suatu hari bertemu istri Leth yang ternyata mau menolongnya memberi fasilitas menginap.
Lalu ia bertemu Aigio. Seorang polisi yang jika boleh gadis itu berkomentar di kesatuannya, Aigio lebih sesuai disebut anak sekolah. Dari segi fisik dan wajah saja kentara. Bahkan pernah satu ketika, polisi dengan pakaian sipil yang dikenakan Aigio ternyata tidak berbeda jauh dari apa yang dilihat dari anak-anak muda yang gandrung akan hal-hal yang sudah jadi atribut aktris atau aktor film terkenal.
Zoan yang juga pernah di masa sekolah mengalami merasa bagaimana kepolisian ternyata memiliki penata busana tersendiri untuk situasi tertentu seorang anggota dalam bertugas. Sebenarnya hal tersebut akal-akalan tim Reserse 13. River dan Gangga pada awalnya pencetus cara-cara tugas infiltrasi khusus seperti itu yang kemudian banyak di kepolisian stasiun lain meniru.
"Aigio taklagi bertugas sejak ledakan yang berasal dari nitrogen cair yang dibawa truk milik Freya Layton yang dibawa seorang pria takdikenal. Sampai sekarang identitasnya belum ditemukan. "Sahut Zoan.
"Info hoax." Sahut River.
"Katakan kalau ini sebuah pekerjaan rumah seorang penulis cerita detektif." Timpal Laura tersenyum.
Sarge menarik lengan Laura, meminta Zoan untuk meneruskan ceritanya. Meminta River jangan melanjutkan komentar ketika Zoan bercerita tentang Aigio. "Lanjutkan ceritamu."
Zoan berhenti bicara. Senyata ini yang ia bisa saksikan di teras vila seluas sepuluh kali rumah-rumah besar penginapan sekitar vila. Vila Kotaru Noboi yang ada di tempat itu yang paling besar dan menarik perhatian. Ia tidak melanjutkan persangkaannya mengenai pergi menghilangnya Aigio sejak diterima kerja sebagai penegak keamanan kota.
"Aku berpikir dia pulang dan atau mungkin salah satu dugaanku dia dipulangkan karena kesalahannya ledakan luar biasa itu mengguncang dunia." Sahut Zoan. Sedikit terisak, gadis itu menundukkan kepala. Seperti telah mengenal lebih dalam, sosok yang dikenalnya lama dan pada saat-saat tertentu selalu membuatnya senang.
Ada sesuatu yang membuat Aigio terlihat sangat tertutup dan misterius. Zoan tegaskan bahwa ada di pemuda itu hal yang dipendam dan menjadi beban. "Alasan itu kerap membuat putus asa. Di satu sisi aku ingin melupakan tapi di sisi lain kami sudah dekat."